Advertisement
Apindo DIY Tolak Tapera, Sebut Beratkan Pekerja dan Pengusaha
Perumahan - ilustrasi - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DIY menolak Peraturan Pemerintah (PP) No.21/2024 tentang perubahan atas PP No.25/2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Wakil Ketua Apindo DIY Bidang Ketenagakerjaan, Timotius Apriyanto mengatakan payung hukum regulasi Tapera ini sudah lama, tertuang di UU No.4/2016.
Akan tetapi setelah diturunkan menjadi PP menjadi kontroversial, sebab mengubah kepesertaan yang mulanya tidak wajib menjadi wajib. Menurutnya Ketua Umum dari Apindo pusat juga sudah mengambil sikap menolak, tidak hanya memberatkan pekerja, namun juga pengusaha.
Advertisement
Dia menyebut alasan penolakan PP Tapera ini karena dibuat tanpa konsultasi yang cukup lama dengan melihat dinamika yang berkembang di dunia industri. Sehingga terkesan mengabaikan pekerja dan pengusaha.
BACA JUGA: Sasar Gen-Z, Kemenparekraf Hadirkan Wonderspace Imersif di MRT Bundaran HI
"Apindo pusat juga menolak PP No.21/2024," ucapnya beberapa hari lalu.
Timotius mempertanyakan regulasi jika PP Tapera ini dipaksakan. Ada pekerja yang sudah punya rumah, apakah wajib menjadi peserta Tapera juga. Belum lagi dana yang besar rawan akan modal hazard dan tindak pidana korupsi.
Lebih lanjut dia mengatakan dunia usaha sedang tidak baik-baik saja diterpa situasi geopolitik global yang tidak menentu. Ini akan menjadi beban jika ada potongan tambahan lagi.
Belum lagi BPJS Kesehatan yang saat ini regulasinya diubah menjadi kelas Rawat Inap Standar (KRIS). Menurutnya ini juga akan memberatkan pengusaha.
"Sekarang ini sedang tidak baik-baik saja, situasi geopolitik global yang tidak menguntungkan," lanjutnya.
Sebelumnya, Koordinator Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MBPI) DIY, Irsad Ade Irawan menuturkan berdasarkan peraturan tersebut, setiap pekerja akan diwajibkan membayar iuran Tapera, berlaku untuk pegawai berstatus ASN maupun pegawai swasta. Iuran ini akan memberatkan buruh karena sudah ada iuran BPJS.
Ia menjelaskan potongan untuk iuran BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, jaminan hari tua atau dana pensiun mencapai 4% dari upah. Sedangkan dalam pasal 15 PP No. 21/2024, potongan gaji untuk iuran sebesar 2,5% dari upah.
BACA JUGA: BP Tapera Tebar Rp8,83 Triliun Buat Pejuang KPR, Ini Realisasinya
"Sehingga jika ditotal, buruh akan mengalami pemotongan upah kurang lebih 6,6%," ucapnya.
Para pekerja mandiri malahan harus menanggung sendiri seluruh iuran Tapera, lebih berat dari pekerja formal yang mendapatkan bantuan iuran 0,5% dari perusahaan. Lalu dari sisi perusahaan, potongan iuran ini pun juga dinilai memberatkan.
"Akan pula memberatkan pengusaha lantaran pengusaha telah membantu iuran BPJS Ketenagakerjaan dan kesehatan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ini Jadwal Lengkap Maganghub Kemnaker Batch 2 Tahun Ini
- Ekonomi DIY Q-III 2025 Tumbuh 5,40 Persen, Tertinggi di Pulau Jawa
- BPS Sebut Ekonomi RI Kuartal III/2025 Tumbuh 5,04 Persen
- Pertamina Pastikan Pertalite di Jawa Timur Bebas Air dan Etanol
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
Advertisement
Advertisement
Deretan Makanan Khas Italia yang Tak Kalah Lezat dari Pizza
Advertisement
Berita Populer
- Ekonomi Global Diprediksi Pulih 2026, Investasi Emas Bakal Turun
- Trump Klaim Tarif AS Cegah Depresi Ekonomi Global
- Kemenko Pemberdayaan Masyarakat Dorong UMKM Kebumen Berdaya Finansial
- Kasus Penipuan Digital di DIY Melonjak, OJK: Kerugian Rp129 Miliar
- Cadangan Devisa RI Naik Jadi 149,9 Miliar Dolar AS
- Ini Jadwal Lengkap Maganghub Kemnaker Batch 2 Tahun Ini
- Bulog Siapkan 100 Gudang Beras Baru dengan Anggaran Rp5 Triliun
Advertisement
Advertisement




