Larangan Study Tour Mulai Bikin Wisata di DIY Lesu
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menyebut larangan study tour mulai berdampak ke kunjungan wisatawan di DIY. Ketua GIPI DIY, Bobby Ardianto mengatakan sejauh ini dampaknya belum signifikan, namun jika masalah ini dibiarkan dan tidak segera dimitigasi akan menjadi kerugian besar industri pariwisata DIY.
Dia menyampaikan kecelakaan bus yang mengangkut pelajar di Subang, Jawa Barat mestinya bisa jadi pembelajaran dan momentum untuk memperbaiki tata niaga dan ekosistem transportasi. Baik transportasi untuk wisata, maupun umum.
Advertisement
"Berdampak pasti meskipun belum signifikan," tuturnya, Senin (3/6/2024).
BACA JUGA: Dishub Gunungkidul Rancang Aturan Penggunaan Kendaraan Untuk Study Tour
Bobby menyebut, tata niaga yang sehat akan membuat industri mampu melaksanakan regulasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yakni memposisikan keselamatan menjadi prioritas utama. Masyarakat bisa teredukasi jika regulasi dan penegakan hukum dijalankan.
Lebih lanjut dia mengatakan lingkaran ekosistem transportasi di Indonesia ini yang perlu diperbaiki secara menyeluruh. Tidak bisa dilakukan secara parsial untuk progres yang implementatif. Ia mengajak untuk bersama-sama mewujudkan transportasi wisata yang sehat dan bertanggung jawab.
"Lumayan besar, kurang lebih kisaran 40% [share] wisata berbasis study tour di DIY," jelasnya.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menyampaikan reservasi hotel di Juni 2024 baru mencapai 40%-50% dari target 85%. Ia menyebut target 85% sudah diturunkan dari target awal 90% melihat kondisi objektif dampak larangan study tour.
Menurutnya, banyak travel agent atau sekolah yang membatalkan perjalan ke DIY. Musim liburan tahun lalu di bulan Juni okupansinya bisa mencapai 90%.
"Larangan study tour di beberapa daerah itu menghambat," sesalnya.
Deddy mengatakan jika pemerintah pusat seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), hingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak meminta daerah mencabut larangan, PHRI DIY pesimis okupansi hotel bisa sama dengan tahun lalu.
BACA JUGA: Bus Rombongan Wisatawan Asal Purwomartani Kalasan Sleman Alami Kecelakaan di Karanganyar
Ia menegaskan, tidak hanya PHRI DIY yang terdampak, namun semua pelaku wisata terkait, termasuk UMKM. Padahal, kata Deddy, pemerintah mengajak masyarakat untuk berwisata di dalam negeri. Melalui study tour siswa bisa menambah wawasan dalam belajar dan juga bergaul.
"Jadi ini yang salah bukan study tour-nya, yang harus disempurnakan armada, driver, Sumber Daya Manusia (SDM), dan lainnya. Harus ada izin dan sertifikat yang dipenuhi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Gunungkidul City Run & Walk 2024: Olahraga, Pariwisata, dan Kebanggaan Daerah
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
- PPN Jadi 12% Tahun Depan, Harga Barang Elektronik Juga Bakal Ikut Naik
- Menyambut Masa Depan Cerah Emas dan Pangan pada 2025
- Ketimbang Kenaikan PPN, Ekonom Sarankan Pemerintah Bidik Kalangan Super Rich
- Mengenal Galeri 24, Anak Perusahaan Pegadaian untuk Investasi Emas
- Harga MinyaKita Melambung hingga Rp18.000, Kemendag Segera Panggil Distributor
- GATF Kembali Digelar di Jakarta, Hadirkan Lebih dari 500 Ribu Kursi dengan Harga Terjangkau
Advertisement
Advertisement