Advertisement

Promo November

Sejarah Panjang Bong Suwung yang Kini Suwung usai Ditertibkan KAI

Anisatul Umah
Jum'at, 11 Oktober 2024 - 11:17 WIB
Ujang Hasanudin
Sejarah Panjang Bong Suwung yang Kini Suwung usai Ditertibkan KAI Sterilisasi Kawasan Bong Suwung bagian Barat Stasiun Yogyakarta pada Kamis (3/10/2024). - Ist / dok.Daop 6

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Rumah-rumah bedeng beratap seng dan terpal warna biru di Bong Suwung adalah pemandangan pertama yang akan disaksikan oleh penumpang Kereta Api (KA) ke arah Barat. Kini yang tersisa hanya tanah kosong. Kosong seperti namanya 'suwung'. 

Tidak ada aktivitas sama sekali di lokasi Bong Suwung yang baru saja ditertibkan awal bulan ini. Sedikit sisa-sisa bekas bangunan menjadi penanda lokasi tersebut baru saja ditinggal penghuninya. Garis pembatasan berwarna hitam dan kuning nampak mengelilingi lokasi, terlihat jelas dari dalam KA Prambanan Ekspres (Prameks) yang melintasi lokasi pada, Minggu (6/10/2024) lalu.

Advertisement

Ketua Paguyuban Warga Bong Suwung, Jati Nugroho menceritakan riwayat Bong Suwung dulunya adalah tanah kosong tak berpenghuni. Di kanan kiri penuh dengan kebun pisang, kebun tebu, kumuh, dan rawan. Lokasinya yang berdekatan dengan Stasiun Tugu Yogyakarta, pada zaman dahulu kerap dijadikan lokasi turunnya para pencopet karena kereta berjalan lebih lambat menjelang sampai stasiun.

"Bajing loncat dah bawa koper saya masih ingat itu," ucapnya beberapa waktu lalu.

Lambat laun di lokasi bekas kuburan China ini banyak yang mulai membuka usaha jualan minuman dan perempuan menjajakan diri atau menjadi pekerja seks komersial (PSK). Seiring berjalannya waktu, menurutnya bangunan menjadi lebih tertata kriminalitas menurun dan menjadi lebih aman.

Ia mengenang sekitar 15 tahun lalu Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska) kerap meminta tolong ke warga. Misalnya saat ada copet atau ada perkelahian. Sebelum banyak dihuni dia mengatakan di lokasi Bong Suwung terkadang terjadi perkelahian antar preman dan juga konsumsi Miras.

"Kalau pandangan orang umum yang netral, menganggap Bong Suwung sudah masyarakat biasa. Ada balai pertemuan, belajar mengajar setiap hari minggu," ucapnya.

Sejarah Bong Suwung dari Hasil Penelitian

Harian Jogja mencoba mencari sejarah Bong Suwung dari Tesis berjudul SEJARAH SOSIAL BONG SUWUNG YOGYAKARTA, 1970An Awal Abad Ke- 21 milik Hersumpana disusun tahun 2014 di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Dalam penelitiannya dia menyebut perkembangan Bong Suwung periode awal sebelum tahun 1970 an merupakan sebuah komunitas yang terbentuk oleh kesamaan aktivitas ekonomi ilegal. Terdiri dari warga lokal dan berbagai macam pendatang yang termarjinalkan secara ekonomi di Kota Jogja.

Menurutnya tidak ada data yang pasti sejak kapan yang dimaksud periode awal ini. Berdasarkan ingatan kolektif warga setempat tanda-tanda aktivitas prostitusi liar sudah dikenal sejak masa Jepang. Berkembang pesat saat Indonesia merdeka didorong faktor urbanisasi karena perubahan sosial di pedesaan yang cepat.

BACA JUGA: Setelah Disterilkan, KAI Jadikan Bong Suwung untuk Tempat Melangsir Kereta

Aktivitas Bong Suwung hanya terjadi di malam hari dengan keberadaan warung remang-remang yang ditandai dengan pelita dari lampu teplok untuk menjajakan makanan kecil dan minuman. Sementara PSK menjajakan diri dengan pakaian kebaya.

"Aktivitas Bong Suwung semakin berkembang dengan adanya permainan judi yang dikelola oleh para bandar dengan para gali sebagai pelindung informal kegiatan ekonomi ilegal tersebut," tulis Tesis tersebut.

Perkembangan selanjutnya adalah periode awal 1970 an di masa pemerintahan Orde Baru. Bong Suwung berkembang signifikan dengan bertambahnya pendatang ke kota. Terjadi perluasan wilayah dari kawasan makam Bong Badran ke sisi Selatan menempati lahan kosong mendekati jalur KA di Barat Stasiun Tugu Yogyakarta.

Bong Suwung sampai 1979 menjadi tempat perjudian yang ramai. Berbagai jenis permainannya seperti dadu dan rolet. Menjelang 1980 an Bong Suwung berkembang menjadi dua lapisan sosial. Pertama sebagai komunitas yang bersifat cair tidak terikat keanggotaan organisasi kampung. Dan kedua sebagai penduduk Bong Suwung.

Bong Suwung mengalami perubahan besar ketika terjadi penggusuran kuburan Cina Badran, termasuk lokasi perjudian dan prostitusinya pada tahun 1980-1985. Kawasan Bong Suwung menyempit hanya menempati lahan di kanan kiri jalur kereta api.

"Periode 1980 an juga ditandai dengan Operasi Pemberantasan Keamanan (OPK) di antaranya dua tokoh gali yang menjadi simbol Bong Suwung Peno dan Imron menjadi korban Petrus tahun 1982-1983."

Sejak kejadian ini aktivitas Bong Suwung mengalami penurunan, tapi aktivitas ilegal perjudian dan prostitusi tetap berlanjut di ruang yang semakin sempit di lahan yang menjadi milik PT KAI.

Sampai awal abad XXI sejarah mencatat bahwa penggusuran berulang-ulang terhadap komunitas Bong Suwung menegaskan tentang hubungan biner antara sektor informal dan formal.

Bong Suwung dari Kacamata Dosen Sejarah

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma, Silverio R. L. Aji Sampurno mengatakan Bong Suwung berasal dari kata suwung yang artinya kosong dan bong berdasarkan teks bahasa Jawa berarti makam China. Kota Jogja yang sudah padat, ditambah pendatang yang butuh tempat tinggal tapi tidak punya finansial yang cukup.

Sehingga memanfaatkan Bong Suwung ini sebagai tempat tinggal. Lokasi Bong Suwung yang merupakan Sultan Ground menurutnya diberikan kepada PJKA kala itu yang kini menjadi PT KAI. Menjadi dilema karena pemerintah memberikan KTP sebagai identitas namun mereka nemempati wilayah milik PT KAI.

BACA JUGA: Aliansi Bong Suwung Curhat Nasib Anak-Anak, dari Masuk Panti Asuhan hingga Tidur di Becak

Menurtnya ini merupakan fenomena di perkotaan di mana orang dari daerah berbondong-bondong mencari rezeki ke kota tapi bekalnya tidak cukup. Ia berpandangan penertiban yang dilakukan PT KAI adalah suatu hal yang wajar.

"Sebenarnya mereka tidak punya bekal yang cukup, keahlian. Menempati wilayah punya PT KAI," paparnya.

Dia menyebut sejak 1970 an kondisi masyarakatnya sudah seperti itu. Premanisme di Bong Suwung mulai mereda di 1980 an saat ada Petrus.

KAI Manfaatkan Bong Suwung untuk Langsiran Kereta

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Yogyakarta menyampaikan setelah Kawasan Bong Suwung dikosongkan lokasi tersebut dimanfaatkan untuk langsiran kereta api. Manager Humas Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro mengatakan sebelumnya lokasi tersebut tidak digunakan untuk langsiran karena kurang aman.

Banyak yang lalu lalang sehingga proses langsiran kereta api di Bong Suwung cukup rawan. Ia menyebut penertiban Bong Suwung lebih menekankan pada keselamatan operasi kereta api.

"Dengan disterilkannya Bong Suwung dari faktor perjalanan kereta api akan lebih terjaga. Sudah digunakan [untuk langsiran] sejak penertiban," ucapnya.

Sementara itu, EVP Daop 6 Yogyakarta Bambang Respationo mengatakan emplasement yang sudah bersih ini nantinya akan dilakukan pemekaran dalam artian pelebaran jarak antara rel. Hal tersebut memungkinkan perpanjangan peron Stasiun Yogyakarta.

"Saat ini dapat kita lihat bahwa peron diantara dua jalur pendek-pendek. Ini juga berbahaya bagi penumpang karena berkerumun," paparnya.

Dia menjelaskan untuk tahap berikutnya Stasiun Yogyakarta ini akan diperluas sehingga dapat mengakomodir penambahan pelanggan KA. Menurutnya stasiun yang sekarang adalah stasiun heritage, tidak bisa dirombak lagi.

"Kami bisa melakukan pengembangan dengan membuat bangunan stasiun lagi yang lebih besar di sekitarnya." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Program Makan Bergizi Gratis Jadi Peluang Pemkot Jogja Kembangkan Koperasi

Jogja
| Kamis, 14 November 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Berwisata ke Labuan Bajo, Ini Rekomendasinya

Wisata
| Kamis, 14 November 2024, 07:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement