Advertisement
Begini Tanggapan Para Ekonom tentang Inpres Pengetatan Anggaran
Foto ilustrasi. - Ist/Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo mengatakan Instruksi Presiden (Inpres) No. 1/2025 tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan APBN dan APBD tahun anggaran 2025 akan memukul industri pariwisata DIY.
Meski ada penurunan dari kementerian, khususnya Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), Sri menyebut masih ada market dari swasta, BUMN, dan organisasi profesi lain yang masih bisa digarap.
Advertisement
"Berkurang iya, tapi gak hilang sama sekali. Kementerian iya, tapi swasta dan BUMN juga menyelenggarakan," ucapnya, Jumat (31/1/2025).
Menurutnya kebijakan ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi DIY, namun ia sebut tidak signifikan. Sumber pertumbuhan ekonomi DIY, kata Sri, tidak hanya wisata namun juga pertanian, konstruksi, hingga industri pengolahan punya kontribusi.
Dia menyebut yang menjadi masalah adalah seolah-olah wisata segalanya. Industri wisata ia sebut yang murni adalah hotel dan makan minum sementara turunannya seperti transportasi tidak hanya didorong oleh wisata. Industri pengolahan dan sektor-sektor lain juga butuh transportasi.
"Ini hanya salah satu sumber pertumbuhan, kita ada banyak 17 lapangan usaha. Saya masih optimis tumbuh bisa sampai 5,2%, seapes-apesnya sama dengan 2024," jelasnya.
BACA JUGA: Imbas Inpres Prabowo, Pemkab Bantul Bersiap Lakukan Refocusing Anggaran
Lebih lanjut dia mengatakan mendukung kebijakan penghematan anggaran dari pemerintah. Melalui kebijakan ini ada skala prioritas, kementerian diminta untuk menyusun ulang mana yang memerlukan bajet.
Perjalanan dinas salah satunya tidak masuk prioritas. Dampaknya kota-kota yang menjadi tujuan MICE misalnya DIY, Malang, Bali akan terdampak. Di DIY dia sebut daya ungkit ekonominya adalah sektor pariwisata, jika ini turun maka daya ungkit lain harus didorong.
"Harus mendorong daya ungkit yang lain, termasuk industri pengolahan dan UMKM, untuk lebih mendorong ekspor dan lainnya," lanjutnya.
Sementara itu, Kaprodi S3 Ilmu Ekonomi FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Catur Sugiyanto meyakini pengurangan anggaran akan sangat berpengaruh pada perhotelan, kuliner, dan wisata di DIY.
Bahkan rangkaiannya bisa panjang sampai pada sektor hulu. Menurutnya perlu dicermati, dihitung dan diantisipasi. "Untuk mengurangi dampak negatif sumber 'krisis' baru yang bersumber dari penurunan anggaran pemerintah," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Promo Libur Nataru Pertamina: BBM, Bright Gas, dan Hotel Patra Jasa
- Modus Penipuan Siber Berkembang, Ini Jenisnya Kata OJK
- Harga Emas Hari Ini Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Menguat
- Industri Buzzer Terorganisir Dinilai Ancam Etika Ruang Digital
Advertisement
Fasilitas Kesehatan Terdampak Bencana Mulai Pulih Bertahap
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Naik Lagi, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
- PHRI Gerah, Akomodasi Ilegal Serap Hingga 30 Persen Pasar Hotel di DIY
- Harga Pangan Nasional: Cabai dan Telur Masih Tinggi
- Tips untuk Investor Pemula Bisa Investasi Perak secara Aman
- Bapanas Pastikan Stok Gula Aman Jelang Natal dan Tahun Baru
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
Advertisement
Advertisement




