Advertisement

Hungaria Catat Rekor Redenominasi Terbesar, Hapus 29 Nol Sekaligus

Newswire
Rabu, 12 November 2025 - 19:42 WIB
Maya Herawati
Hungaria Catat Rekor Redenominasi Terbesar, Hapus 29 Nol Sekaligus Ilustrasi uang / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Redenominasi menjadi strategi banyak negara dalam menghadapi krisis ekonomi. Hungaria mencatat rekor penghapusan 29 nol dari mata uangnya pada 1946, diikuti Zimbabwe dan Brasil yang juga memangkas belasan nol akibat hiperinflasi.

Di indonesia wacana redenominasi rupiah kembali mencuat awal pekan ini setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah memasukkan RUU Redenominasi Rupiah dalam rencana strategis (Renstra) 2025—2029.

Advertisement

Hal tersebut seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70/2025. Rencananya, target penyelesaian beleid tersebut rampung pada 2026.

Dengan redenominasi ini, rencananya mata uang rupiah akan disederhanakan dengan menghapus jumlah nol, tanpa mengurangi nilai atau daya beli. Contohnya, rupiah yang semula bernilai Rp1.000 akan disederhanakan menjadi Rp1.

Purbaya menegaskan bahwa kebijakan tersebut sepenuhnya akan dijalankan oleh Bank Indonesia, selaku bank sentral.

Redenominasi atau umumnya penghapusan jumlah nol pada mata uang bukanlah hal yang baru di dunia. Sejumlah negara telah melakukan redenominasi dengan rasio yang beragam untuk menstabilkan ekonomi.

Sebagian negara tersebut berhasil mengendalikan gejolak ekonomi dengan redenominasi. Namun, ada pula negara yang gagal.

Berikut ini 10 negara yang melakukan redenominasi mata uangnya dengan rasio yang paling besar dalam sejarah dunia, dikutip dari berbagai sumber:

Hungaria (1946)

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Hungaria mengalami kehancuran ekonomi total. Nilai tukar mata uangnya, pengő, anjlok bebas akibat biaya perang dan kerusakan infrastruktur. Inflasi melonjak hingga 41,9 kuadriliun persen per bulan, membuat harga-harga naik dua kali lipat setiap 15 jam.

Pemerintah akhirnya mengganti pengő dengan forint, dengan memangkas 29 nol. Ini merupakan rekor redenominasi terbesar di dunia yang belum pernah terpecahkan hingga kini. Satu forint baru setara dengan 400 oktilion pengő lama. Forint hingga kini masih menjadi mata uang resmi Hungaria.

Zimbabwe (2008–2009), Pangkas 25 Nol

Kisah Zimbabwe adalah pelajaran klasik tentang bagaimana hiperinflasi bisa menghancurkan kepercayaan publik terhadap mata uang. Akibat kebijakan moneter longgar dan penurunan tajam produksi pangan, inflasi tahunan mencapai 231 juta persen pada 2008.

Pemerintah melakukan serangkaian redenominasi, memangkas 25 nol dari dolar Zimbabwe. Namun, langkah itu tidak menyentuh akar masalah, dan harga-harga terus melonjak. Uang tunai menjadi tidak berharga—orang-orang menggunakan karung uang hanya untuk membeli roti.

Pada akhirnya, Zimbabwe meninggalkan mata uangnya sendiri dan beralih ke dolar AS serta rand Afrika Selatan. Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa redenominasi tanpa reformasi ekonomi tidak akan membawa hasil.

Yugoslavia (1994)

Di tengah disintegrasi negara dan konflik bersenjata, Yugoslavia menghadapi hiperinflasi yang mencapai 313 juta persen per bulan. Nilai dinar jatuh setiap hari akibat embargo internasional dan defisit anggaran besar.

Pemerintah akhirnya melakukan redenominasi besar, memangkas 13 nol dari dinar. Meski sempat menahan laju inflasi sesaat, situasi politik yang tidak stabil membuat upaya ini gagal. Tak lama kemudian, Yugoslavia terpecah, dan masing-masing negara pecahan memperkenalkan mata uang baru.

Brasil (1986–1994)

Brasil pada 1980-an dikenal dengan “década perdida” atau dekade yang hilang. Inflasi melonjak hingga ribuan persen, sementara utang luar negeri menumpuk. Dalam kurun waktu delapan tahun, Brasil mengganti mata uangnya enam kali, dari cruzeiro hingga real, dengan total 18 nol dihapus.

Puncak reformasi terjadi pada 1994 melalui Plano Real, yang bukan hanya mengganti mata uang, tetapi juga mereformasi kebijakan fiskal, memperbaiki sistem perbankan, dan menahan defisit anggaran. Hasilnya, inflasi yang sebelumnya mencapai 2.500% per tahun turun drastis menjadi di bawah 10%. Real kini menjadi simbol era stabilitas ekonomi baru Brasil.

Argentina (1983–1992)

Argentina memiliki sejarah panjang inflasi dua digit yang terus berulang. Pada 1980-an, negara ini mencatat inflasi lebih dari 3.000% per tahun, membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap peso. Pemerintah akhirnya memangkas 13 nol dalam serangkaian redenominasi dan memperkenalkan nuevo peso.

Namun, langkah itu hanya menenangkan situasi sementara. Tanpa reformasi fiskal dan disiplin moneter, inflasi kembali melonjak. Redenominasi gagal mengubah perilaku ekonomi masyarakat yang terbiasa dengan ketidakstabilan. Bahkan hingga kini, Argentina masih berjuang menahan inflasi dua digit dan defisit kronis.

Turki (2005)

Turki pernah hidup dengan angka-angka fantastis di mata uangnya—harga segelas teh bisa mencapai 1 juta lira. Setelah puluhan tahun inflasi dua digit, pemerintah akhirnya menghapus 6 nol dari lira dan meluncurkan New Turkish Lira.

Kebijakan ini dilakukan setelah reformasi besar-besaran di bawah pengawasan IMF, termasuk pengendalian utang dan defisit. Hasilnya, inflasi turun dari 70% ke kisaran satu digit, dan kepercayaan publik terhadap lira meningkat pesat. Redenominasi Turki kerap dijadikan contoh sukses modern, karena dilakukan di saat ekonomi mulai stabil, bukan saat krisis.

Rusia (1998)

Krisis finansial global 1997–1998 menghantam Rusia, menekan harga minyak dan memukul nilai rubel. Dalam upaya menata kembali sistem keuangan, pemerintah memangkas 3 nol dari rubel lama. Langkah ini bersamaan dengan pembenahan sistem perbankan dan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Walau awalnya dipicu oleh kejatuhan ekonomi, redenominasi membantu membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap rubel. Setelah 2000, ketika harga minyak kembali naik, ekonomi Rusia mulai pulih, dan rubel baru menjadi simbol stabilitas baru pasca-krisis.

Polandia (1995)

Setelah kejatuhan komunisme pada 1989, Polandia menjalani reformasi ekonomi besar untuk beralih ke sistem pasar. Inflasi sempat mencapai lebih dari 500% pada awal 1990-an.

Pada 1995, pemerintah menghapus empat nol dari złoty dan memperkenalkan new złoty (PLN). Redenominasi ini bukan hanya untuk menyederhanakan transaksi, tetapi juga simbol bahwa ekonomi Polandia sudah keluar dari masa transisi menuju kestabilan. Reformasi ini kemudian membuka jalan bagi Polandia bergabung dengan Uni Eropa pada 2004.

Ghana (2007)

Berbeda dengan banyak negara lain, Ghana melakukan redenominasi bukan karena krisis, melainkan demi efisiensi dan modernisasi ekonomi. Pemerintah memangkas empat nol dari cedi, sehingga ¢10.000 lama menjadi GH¢1 baru.

Tujuan utamanya adalah mempermudah sistem akuntansi, transaksi digital, dan integrasi keuangan. Redenominasi ini berjalan mulus karena dilakukan di saat inflasi relatif terkendali dan ekonomi tumbuh stabil. Namun, Ghana tetap harus menjaga disiplin fiskal agar stabilitas nilai tukar tidak kembali tertekan oleh utang dan defisit.

Venezuela (2018 & 2021)

Venezuela adalah contoh paling mutakhir dari hiperinflasi yang menghancurkan mata uang nasional. Akibat salah urus sektor migas dan sanksi ekonomi, inflasi tahunan melampaui 1 juta persen. Pemerintah akhirnya memangkas 5 nol pada 2018 dan 6 nol lagi pada 2021, total 14 nol hilang.

Namun, tanpa perubahan struktural dan kepercayaan publik, bolívar tetap terpuruk. Masyarakat beralih menggunakan dolar AS untuk transaksi harian. Redenominasi di Venezuela menjadi pengingat bahwa kebijakan moneter tidak bisa berdiri sendiri tanpa stabilitas politik dan kepercayaan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Operasi Rokok Ilegal Sleman, 10 Penjual Didenda Rp48,7 Juta

Operasi Rokok Ilegal Sleman, 10 Penjual Didenda Rp48,7 Juta

Sleman
| Rabu, 12 November 2025, 21:27 WIB

Advertisement

Tips Berwisata Aman dan Nyaman dari Kemenpar

Tips Berwisata Aman dan Nyaman dari Kemenpar

Wisata
| Selasa, 11 November 2025, 20:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement