Advertisement

IDE BISNIS: Giowari Putra Craft Manfaatkan Bonggol Jagung Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

Salsabila Annisa Azmi
Rabu, 24 Oktober 2018 - 09:35 WIB
Maya Herawati
IDE BISNIS: Giowari Putra Craft Manfaatkan Bonggol Jagung Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sempat bekerja menjadi pedagang sayur yang hilir mudik ke beberapa daerah, Stefanus Indri Sujatmiko, kerap menerima keluhan juragan jagung asal Kulonprogo soal limbah berupa bonggol jagung. Keluhan itu menumbuhkan kreativitasnya. Ia lantas membuat aneka kerajinan dari bonggol jagung dan produknya kini menembus pasar internasional.

Indri, demikian ia biasa dipanggil melihat limbah bonggol jagung menggunung di sawah dan akhirnya mengganggu pertumbuhan padi. Kemudian muncul ide untuk membuat kerajinan berupa kotak tisu, lampu tidur hingga lukisan.

Advertisement

Ia serius mengembangkan idenya menjadi bisnis kerajinan. Pada Desember 2015 ia berhenti menjual sayur keliling dan memulai bisnis kerajinan dengan mendirikan Giowari Putra Craft. Ia menyebarkan ide bisnis kepada tetangga-tetangganya.

Indri juga turut menggandeng mahasiswa Seni Kriya Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Arsitektur YKPN untuk menggali desain dan teknis. Sembari terus berdiskusi, dia terus memasok stok bonggol jagung ukuran kecil dari Kulonprogo, sementara ukuran besar didapatnya dari Pleret, Bantul dan Seyegan, Sleman.

Ratusan bonggol itu kemudian melalui tahap kontrol kualitas mengingat banyak bonggol jagung dari petani yang terlalu basah dan berjamur. Indri memilah bonggol jagung bersih dan teksturnya kokoh. Langkah selanjutnya bonggol dijemur selama empat hingga lima hari.

Berlanjut pada proses pengamplasan dan perendaman dalam larutan khusus selama tiga jam guna mengawetkan bonggol dari serangan mikroorganisme. Setelah itu dilakukan tahapan pemotongan dan perangkaian bonggol jagung menjadi bentuk yang diinginkan. Tak lupa penyemprotan melamin dilakukan sebagai anti rayap.

“Produk pertama saya lampu tidur bentuknya tabung, motifnya tumbuh-tumbuhan dan bunga. Untuk motif saya menggunakan klobot jagung atau kulit jagung. Saya mengajak berbagai pihak untuk bekerja sama mengembangkan produk saya, termasuk tetangga sekitar,” kata lelaki berusia 45 tahun itu kepada Harian Jogja, belum lama ini. 

Menurut Indri, bonggol jagung memiliki daya jual tinggi. Selain teksturnya lebih keras dibanding kayu bambu, bonggol jagung memiliki pola garis-garis indah yang alami. Pola itu semakin memperindah produk kerajian buatannya. Indri mengakui selama tiga tahun membuat produk bonggol jagung, tidak pernah sekali pun produknya dimakan rayap karena kekuatan teksturnya.

Saat Harian Jogja berkunjung ke kediaman sekaligus tempat produksi kerajinannya di Dusun Minggir II RT 1/RW 3 Sendang Agung, Minggir, Sleman, dia menunjukkan inovasi terbarunya yaitu tempat tisu dan tempat lampu berbentuk tabung. Pembuatan kotak tisu menggunakan bonggol jagung berukuran kecil sedangkan pembuatan lampu tidur dapat menggunakan bonggol jagung berukuran besar dari Bantul dan Sleman.

“Dalam dua produk kotak tisu dan lampu tidur saya menggunakan motif wayang dan garuda pancasila karena saya ingin mengangkat budaya lokal. Mengingat saya juga ingin menjadikan desa tempat saya tinggal sebagai desa wisata sekaligus desa budaya,” kata Indri.

Motif disusun dengan tali rotan yang sebelumnya telah direndam pewarna dan dijemur selama beberapa hari. Mengenai penyusunan pola dan pencarian bahan pola, Indri selalu melakukan riset ke Desa Wisata Kasongan.

Indri tak mau sekadar menggunakan rotan untuk membubuhkan pola, Indri juga menggunakan kulit buah salak untuk membentuk pola pada kerajinannya. Semua bahan yang digunakan murni dari limbah tumbuhan, mengingat konsep produknya adalah ecogreen alias ramah lingkungan. Selain berbisnis dan mengangkat budaya lokal, Indri juga ingin melestarikan lingkungan.

Biasanya Indri mengangkut bonggol jagung menggunakan satu mobil Gran Max, tetapi volumenya belum mencapai satuan ton. Apabila menggunakan mesin biasa, bonggol jagung bisa untuk stok selama satu tahun. Dengan menggunakan alat yang lebih modern dan menghasilkan produktivitas tinggi, Indri dapat menghabiskan 50 karung bonggol jagung dalam kurun waktu beberapa bulan.

“Dalam dunia bisnis, kami harus terus menciptakan ide gila. Semakin beda, semakin banyak orang cari produk kita. Akhirnya saya juga membuat lukisan dari bonggol jagung. Biasanya pelanggan kirim foto ke saya lewat e-mail, saya olah di photoshop atau corel, dijadikan sketch hitam putih. Nanti saya tempeli bonggol jagung yang sudah dipotong-potong sesuai pola,” kata Indri.

Membuat lukisan dari bonggol jagung membutuhkan waktu dua hingga tiga minggu tergantung ukuran lukisan. Penempelan bonggol jagung harus detail termasuk bagian di mana bonggol jagung harus diamplas hingga sekecil mungkin untuk ditempel ke bagian tertentu. Misalnya pada bagian mata. Apabila pemasangannya tidak detail, lukisan menjadi tidak mirip dengan foto yang dikirimkan.

Salah satu hasil karya lukisan bonggol jagungnya adalah lukisan wajah Sri Sultan Hamengku Buwono X. “Lukisan saya sudah saya tunjukkan ke Ngarsa Dalem, waktu itu saya diterima sebagai tamu. Beliau suka sekali lukisannya, dan saya juga mendapat bantuan mesin dari Ngarsa Dalem,” kata Indri.

Harga dan Omzet

Stefanus Indri Sujatmiko

Satu lukisan Indri dibanderol dengan harga sekitar Rp2,5 Juta, harga bisa lebih tinggi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan prosesnya. Sementara untuk lampu tidur dibanderol dengan harga bervariasi mulai dari Rp150.000 hingga Rp300.000.

Harga paling mahal adalah harga lampu tidur dengan alas akar sonokeling yang diukir dengan motif bunga. Sementara itu harga kotak tisu dibanderol mulai Rp200.000 hingga Rp350.000. Meskipun belum melakukan ekspor secara besar, seluruh produk terutama lukisan Indri telah menembus pasar internasional.

“Biasanya saya perdagangkan di Instagram dan di Facebook. Kebanyakan yang beli perorangan. Saya kirim pakai jasa logistik yang bisa menjangkau pasar saya hingga Kalimantan tetapi harganya tetap murah. Kalau untuk membuat produk ini meledak di pasaran, nanti dulu, saya sedang rancang kerja sama dengan pihak mal Universitas Gadjah Mada,” kata Indri.

Menurut Indri untuk membuat suatu produk melejit di pasaran tak boleh sembaragan. Baginya senjatanya adalah ilmu pengembangan produk, modal dan keunggulan bahan. Sebab ketika produk meledak di pasaran ketika amunisi belum siap, kemungkinan pesaing akan lebih mudah mencari celah untuk menyaingi produknya.

Kini dalam sebulan, produk tisu dan lampu tidur masing-masing menghasilkan omset sebesar Rp3 juta hingga Rp 5 juta dalam sebulan. Apabila lukisan bonggol jagungnya sedang diproduksi dan mendapat banyak pesanan, omset usahanya bisa mencapai puluhan juta. Namun dalam membuat produknya, Indri mengaku tak pernah menetapkan target.

“Saya saat ini selalu aktif mengikuti beberapa pameran baik skala nasional maupun internasional. Dalam pameran itu, saya juga tampilkan miniatur dari bonggol jagung. Contohnya miniatur monas, menara eiffel dan candi borobudur untuk menarik perhatian pengunjung,” kata Indri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok Cabai Melimpah, Harga Cabai di Sleman Anjlok Ancam Petani

Sleman
| Jum'at, 29 Maret 2024, 17:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement