Advertisement
EKONOMI KREATIF : Iseng Berbuah Untung
Advertisement
Ekonomi kreatif pembuatan bros sederhana hanya perlu waktu lima menit, untuk yang rumit hingga tiga jam.
Harianjogja.com, JOGJA—Berawal dari keisengan, Laila Fathimah mampu meraup keuntungan dari membuat bros. Ayla Bros bahkan sudah dipasarkan hampir ke seluruh wilayah Indonesia.
Advertisement
Laila bercerita, ia memulai usaha pada 2013 silam. Awalnya penggemar bros ini iseng membuat untuk dia kenakan sendiri. Ketika dipakai di tempat kerja, banyak rekan kerjanya yang ingin memiliki bros serupa.
“Karena banyak yang berminat, saya mulai menjualnya. Ternyata laku,” ujar dia kepada Harian Jogja di Rumah Produksi Ayla Bros Handmade, Jalan Brigjend Katamso No.222, Jogja, Sabtu (23/5).
Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 100 model bros yang dia buat. Inspirasi bentuk didapat spontan dan dari melihat beragam bentuk kreasi dalam keseharian.
“Terkadang begitu bangun tidur mendapatkan ide baru, tapi banyak juga model melayani permintaan konsumen,” terangnya.
Perempuan kelahiran 1987 itu, memasarkan brosnya secara online mulai 2014. Pemesanan pun hampir merata di semua provinsi yang ada di Indonesia. Ia melayani berapa pun jumlah pemesanan.
Meskipun pelanggan hanya memesan satu bros, Laila tetap melayani.
Untuk bahan bros, Laila menggunakan kain sifon, organdi, satin, berbagai macam jenis pita, renda, mutiara KW 1, CJI, kristal sv China, dan bulu. Ia memastikan setiap karya yang dibuat sangat rapi. Untuk itu, ia meminta ketiga karyawannya untuk membuat bagian-bagian bros dengan rapi. Untuk proses penyatuannya, ditangani oleh Laila sendiri untuk memastikan kerapian bentuk. Lama pengerjaan sebuah bros berbeda-beda.
Untuk bentuk sederhana, hanya diperlukan waktu lima menit. Namun, untuk bros yang rumit, diperlukan waktu hingga tiga jam.
“Saya harus menjaga kepuasan pembeli. Itu jadi nilai lebih selain mereka bisa memesan sendiri modelnya,” lanjut dia.
Ia pun memastikan bros buatannya kuat. Untuk itu, ia tidak takut untuk terus melakukan beberapa perubahan. Misalnya, dengan mengganti peniti dari besi menjadi dari fiber plastik. Alasannya, peniti fiber plastik lebih kuat merekat sehingga tidak mudah lepas.
Selain itu, sebelum memasang mutiara KW 1, ia memastikan lem tembak benar-benar panas. “Kalau tidak panas banget, maka cepat lepas,” jelas dia. Ia memproduksi bros sekitar 20 lusin setiap bulannya.
Tingkat Kerumitan
Rentang harganya pun bermacam-macam tergantung dari tingkat kerumitan. Rentang harga
yang dipatok yakni Rp5.000 hingga Rp45.000. Namun, untuk pemesanan khusus misalnya untuk pernikahan dan foto model, ada harga yang dipatok sendiri tergantung dari kerumitan.
“Omzet setiap bulan rata-rata Rp4 juta hingga Rp5 juta,” ujar dia.
Laila menyadari, banyak produk pesaing di pasaran. Namun, dengan mempertahankan kualitas, ia yakin bisa bertahan. Konsistensi, kerja keras, dan restu orang tua menjadi kunci keberhasilannya. Rencananya, ia akan menambah lagi pekerja dan akan membuat outlet di Jogja pada 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Jadwal KRL Jogja-Solo Lengkap, Panduan Bepergian Desember 2025
Advertisement
Jepang Naikkan Biaya Visa dan Pajak Turis untuk Atasi Overtourism
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Pegadaian Hari Ini Stabil, UBS & Galeri24
- Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Nasional Turun
- Harga BBM Pertamina hingga Shell Stabil Jelang Nataru
- Samsung Biologics Akuisisi Pabrik Obat GSK US$280 Juta
- Harga Emas Antam Naik Rp11.000, Kini Rp2.502.000 per Gram
- Viral Roti O Tolak Pembayaran Tunai, Ini Aturan Tegas BI
Advertisement
Advertisement



