Advertisement
Harga Hortikultura Diserahkan pada Mekanisme Pasar
Salah satu pedagang di Pasar Kranggan melayani pembeli yang akan membeli sayuran di lapaknya, Jumat (25/5/2018). - Harian Jogja/Holy Kartika N.S
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Lonjakan harga kebutuhan pokok dan komoditas pertanian lainnya terus terjadi setiap tahun secara periodik. Pemerintah dituntut mempunyai strategi terencana untuk mengatasi permasalahan rutin ini. Apalagi prediksi musim kemarau panjang yang terjadi tahun ini mulai menimbulkan keresahan di tingkat pedagang.
Namun demikian, tidak semua harga bisa dikontrol melalui regulasi pemerintah. Kepala Dinas Perdagangan DIY Tri Saktiyana mengakui hanya komoditas yang masuk dalam sembilan bahan pokok (sembako) saja yang bisa dikontrol oleh pemerintah. Yakni beras dan sagu, jagung, sayuran dan buah-buahan, daging baik sapi maupun ayam, susu, gula pasir, garam beryodium, minyak goreng dan margarin, minyak tanah atau gas elpiji. Bahkan hanya beberapa dari sembako tersebut yang bisa ditentukan harga eceran tertingginya (HET) oleh pemerintah.
Advertisement
"Sedangkan sayuran seperti cabai, bawang, kami tak bisa menentukan HET-nya. Karena harganya sangat fluktuatif. Kadang harganya Rp30.000 tetapi saat mahal bisa sampai Rp150.000," katanya kepada Harian Jogja, Selasa (14/8).
Karena itu, harga-harga komoditas yang tak menjadi kewenangan pemerintah diserahkan pada mekanisme pasar. Artinya harga akan menyesuaikan ketersediaan stok dan permintaan di pasaran, hukum supply demand diberlakukan. Maka Tri menyebut harga komoditas pertanian hortikultura bisa berubah dengan cepat. Saat stoknya berlimpah, harga akan turun tetapi saat ketersedian barang menipis harga bisa langsung melonjak drastis.
BACA JUGA
"Karena tidak berwenang penuh dalam mengatur harga, kami juga tidak punya sistem pergudangan untuk itu. Apalagi komoditas tersebut kan bukan milik pemerintah tetapi milik perorangan, masyarakat, para petani," ucapnya.
Namun Tri menegaskan bukan berarti pemerintah tak bisa mengambil peran saat terjadi gejolak harga di lapangan. Yakni dengan memperlancar rantai distribusi komoditas tertentu. Pasalnya Tri menuturkan Jogja bukan merupakan penghasil besar komoditas hortikultura, meskipun ada jumlahnya tak seberapa. Jogja masih perlu mendatangkan sayur-sayuran dari Magelang dan sekitarnya.
"Kami berperan memperlancar distribusi, memastikan tidak tersendat. Misalnya di sini kurang apa, kami pesankan ke luar daerah. Memastikan pasokan di sini tercukupi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Warga Jogja Kini Bisa Pesan Bight Gas 12 Kg via WA Milik Pertamina
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24, 18 Nov 2025
- Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Tetap Lanjut
- Impor Pakaian Bekas Dilarang, Mendag Fokus Penindakan
- Hungaria Catat Rekor Redenominasi Terbesar, Hapus 29 Nol Sekaligus
Advertisement
Guru di Kokap Kulonprogo Kehilangan Aerox saat Mengajar, Terekam CCTV
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




