Advertisement
Batik & Lurik Berpeluang Tembus Pasar Dunia
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Di tengah kondisi ekonomi dunia yang tengah mengalami penurunan, bagi Indonesia potensi ekspor tekstil masih bisa berkembang. Terutama untuk produk batik dan lurik yang harus didorong untuk bisa mengambil peluang pasar.
"Pertekstilan masih memungkinkan berkembang. Asalkan iklim bisnis harus didorong semaksimal mungkin, baik di tingkat daerah maupun pusat," ujar Pakar Ekspor Impor DIY Robby Kusumaharta belum lama ini.
Advertisement
Robby mengakui depresiasi mata uang rupiah yang terus terjadi memberikan pengaruh bagi industri pertekstilan. Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY ini menuturkan dampak pelemahan rupiah akan sangat dirasakan pelaku industri tekstil yang bahan bakunya masih mengandalkan impor.
Ketidakstabilan harga bahan baku impor, kata Robby, berpeluang memberikan kerugian pagi pengusaha tekstil. Sementara bagi pelaku usaha yang memanfaatkan bahan baku lokal, akan mendapat keuntungan di tengah kondisi tersebut.
"Makanya, sektor-sektor kerajinan seperti batik dan lurik, harus didorong untuk bisa mengambil peluang pasar," ungkap Robby.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY Budi Hanoto mengatakan untuk meningkatkan ekspor ada beberapa hal yang perlu didorong. Agar produk yang diekspor dapat menembus pasar luar negeri, produk unggulan perlu dikurasi dan disertivikasi. Tujuannya, supaya produk tersebut layak ekspor dan memiliki daya saing tinggi.
Dia meyakini potensi DIY dalam mengembangkan produk-produk kelas premium sangat besar. Selain itu, penting dalam menjalin kerja sama dengan kedutaan besar serta diaspora untuk memperluas jaringan guna memperoleh kesempatan dalam membuka pasar-pasar baru. Pembentukan forum investor bagi DIY juga menjadi langkah strategis untuk dapat menjaring potensi-potensi investor dari dalam negeri yang ke depannya dapat membantu pemerintah dalam mencari potensi pasar ekspor.
"Harus ada penetapan Kawasan Ekonomi Khusus [KEK] yang memang untuk mengelola produk-produk unggulan DIY. Di sana nantinya para pengusaha atau pelaku UMKM bisa diberikan fasilitas dan insentif supaya bisa membuat produk berkualitas internasional. Lalu baru mencari terobosan pasar ekspor baru," jelas Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Sabtu 27 April 2024: Hujan Sedang di Siang Hari
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Hari Ini Harga Telur Ayam Terpantau Naik hingga Rp31 Ribu per Kilogram
- Per Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 Triliun
- Biaya Pembangunan IKN Mencapai Rp72,1 Triliun dari APBN
- UMKM DIY Bisa Manfaatkan Securities Crowdfunding Sebagai Alternatif Pendanaan Selain Perbankan
- Kadin DIY Optimis Ekonomi Masih Stabil di Tengah Pelemahan Rupiah
- Digitalisasi Keuangan Daerah, BPD DIY Dukung Penuh Pemkot Jogja
- Journalist Competition Astra Motor Yogyakarta Kembali Digelar
Advertisement
Advertisement