Advertisement
Bisnis Tanaman Imut Bermodal Rp200.000 Berbuah Jutaan Rupiah

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Menjalani bisnis penjualan tanaman imut seperti kaktus dan sukulen tak semudah yang dibayangkan. Inovasi dan pengetahuan tentang tanaman sangat diperlukan.
Inas Cahyarani hampir selalu bisa ditemui di rumahnya yang letaknya tak jauh dari dua universitas besar Jogja, UGM dan UNY. Bagaimana tidak, bisnis penjualan tanaman kaktus dan sukulen yang ia tekuni dari awal 2017 lalu kini menyibukkannya. Dalam sehari, tak kurang dari 10 orang datang ke rumah untuk melihat, memilih, dan kemudian membeli tanaman imut yang kini tengah naik daun ini. Padahal Inas mengenang saat memulai bisnis, kaktus maupun sukulen belum se-booming sekarang. Peminatnya belum banyak, begitu pula dengan "pemain" bisnisnya.
Advertisement
Minat masyarakat akan kaktus dan sukulen, menurut Inas mulai terlihat beberapa waktu terakhir saat tanaman ini mulai banyak digunakan sebagai indoor plant. Foto-foto yang sedap dipandang mata dan imut bertebaran di media sosial Instagram dengan akun @wikdei.id, berbarengan dengan penataan rumah yang apik dan minimalis. "Dulu saat saya memulai bisnis ini, saya masih harus cari pasar dulu. Sekarang ini, peta pasar banyak berubah. Kalau dulu sasaran saya fokus pada ibu-ibu muda, sekarang anak kuliahan pun juga banyak," ujarnya saat ditemui Harian Jogja, Jumat (14/9).
Inas memang memulai bisnis ini dengan tidak mudah. Bermula dari kegemaran sang Ibu merawat anggrek, ia pun tergerak untuk memulai bisnis tanaman. Ilmu yang ia dapatkan selama berkuliah di Manajemen Pemasaran UNY coba ia terapkan. Kaktus dan sukulen jadi pilihannya, tanaman yang ia suka dan mudah perawatannya. Inas lantas memberanikan diri memulai bisnis hanya modal Rp200.000. "Awalnya jual ambil satuan, stok yang ada itu dijual. Ambil keuntungan sedikit aja lah yang penting uangnya bisa diputar. Malah kadang keuntungannya dipakai buat kebutuhan sendiri dulu. Belum mikir BEP (break event point)," katanya sambil tertawa ramah.
Periode awal bisnis, Inas gunakan untuk menelusuri dan menentukan segmen pasar. Setelah berjalan beberapa bulan dan segmen pasar mulai terbentuk, dengan berat hati Inas harus mengambil jeda untuk menjalani kuliah kerja nyata (KKN) dan magang. Akhir 2017, ia pun mulai menjalani bisnis ini dengan cukup serius. Pasalnya saat magang, Inas tersadar dunia perkantoran formal bukanlah yang ia inginkan. Ia lebih senang berada di lapangan, menjalankan usahanya sendiri dengan waktu yang fleksibel.
Meski sudah menjalaninya beberapa waktu, Inas tak lantas berpuas diri. Apalagi seiring minat konsumen akan indoor plant meningkat, "pemain" bisnis ini pun juga makin tak terbilang jumlahnya. Pemain-pemain baru bermunculan. Inas memutar otak, mencari strategi yang tepat untuk bersaing. Akhirnya ia sampai pada kesimpulan inovasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Tren setiap saat bisa berubah, pasar pun berkembang namun dengan inovasi suatu brand akan dikenang terus oleh konsumennya. Menurutnya pebisnis yang tidak peduli dengan membangun brand dan hanya fokus menjual produk.
Perempuan muda ini pun tak segan menambah ilmunya dengan membaca tutorial merawat kaktus dan sukulen. Pasalnya jenis tanaman ini sangat banyak, bahkan mencapai ribuan. Tutorialnya pun belum banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Inas sadar betul, inovasi tak bisa dilakukan serampangan. Semua harus didasarkan pada ilmu agar hasilnya memuaskan. "Saya memang melakukan tes ombak, apa saja yang tengah diminati pasar. Tapi tak lantas ikut segitu saja. Kadang saya jumpai juga inovasi yang asal-asalan hasilnya produk yang belum siap dijual. Saya juga tak ingin cuma bisa menjelaskan cara penyiraman saja tapi bisa detail," imbuhnya.
Keseriusan Inas menjalani bisnis, kini membuahkan hasil. Sejak Maret lalu, ia sudah dibantu satu orang karena tak mampu lagi menangani pesanan sendiri. Di lantai atas rumahnya pun sudah ada rumah kaca untuk membudidayakan kaktus dan sukulen. Sudut teras rumahnya dipadati rak berisi tanaman. Saat ditanya soal omzet, Inas tersenyum. "Dalam sebulan, minimal Rp8 sampai 10 juta. Tak perlu kerja kantoran," ujarnya sumringah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Sultan HB X Jelaskan Roadmap Pariwisata Jangka Panjang 2045, Ini Isinya
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
- Kadin: Renovasi 500 Rumah Layak Huni Ditarget Selesai April 2025
- Bahlil Minta SPBU Swasta Kolaborasi dengan Pertamina Terkait Stok
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
Advertisement
Advertisement