Advertisement

Bisnis Tanaman Imut Bermodal Rp200.000 Berbuah Jutaan Rupiah

Rheisnayu Cyntara
Minggu, 16 September 2018 - 21:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
Bisnis Tanaman Imut Bermodal Rp200.000 Berbuah Jutaan Rupiah Inas Cahyarani memperlihatkan aneka tanaman yang dijualnya, Jumat (14/9). - Harian Jogja/Rheisnayu Cyntara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Menjalani bisnis penjualan tanaman imut seperti kaktus dan sukulen tak semudah yang dibayangkan. Inovasi dan pengetahuan tentang tanaman sangat diperlukan.

Inas Cahyarani hampir selalu bisa ditemui di rumahnya yang letaknya tak jauh dari dua universitas besar Jogja, UGM dan UNY. Bagaimana tidak, bisnis penjualan tanaman kaktus dan sukulen yang ia tekuni dari awal 2017 lalu kini menyibukkannya. Dalam sehari, tak kurang dari 10 orang datang ke rumah untuk melihat, memilih, dan kemudian membeli tanaman imut yang kini tengah naik daun ini. Padahal Inas mengenang saat memulai bisnis, kaktus maupun sukulen belum se-booming sekarang. Peminatnya belum banyak, begitu pula dengan "pemain" bisnisnya.

Advertisement

Minat masyarakat akan kaktus dan sukulen, menurut Inas mulai terlihat beberapa waktu terakhir saat tanaman ini mulai banyak digunakan sebagai indoor plant. Foto-foto yang sedap dipandang mata dan imut bertebaran di media sosial Instagram dengan akun @wikdei.id, berbarengan dengan penataan rumah yang apik dan minimalis. "Dulu saat saya memulai bisnis ini, saya masih harus cari pasar dulu. Sekarang ini, peta pasar banyak berubah. Kalau dulu sasaran saya fokus pada ibu-ibu muda, sekarang anak kuliahan pun juga banyak," ujarnya saat ditemui Harian Jogja, Jumat (14/9).

Inas memang memulai bisnis ini dengan tidak mudah. Bermula dari kegemaran sang Ibu merawat anggrek, ia pun tergerak untuk memulai bisnis tanaman. Ilmu yang ia dapatkan selama berkuliah di Manajemen Pemasaran UNY coba ia terapkan. Kaktus dan sukulen jadi pilihannya, tanaman yang ia suka dan mudah perawatannya. Inas lantas memberanikan diri memulai bisnis hanya modal Rp200.000. "Awalnya jual ambil satuan, stok yang ada itu dijual. Ambil keuntungan sedikit aja lah yang penting uangnya bisa diputar. Malah kadang keuntungannya dipakai buat kebutuhan sendiri dulu. Belum mikir BEP (break event point)," katanya sambil tertawa ramah.

Periode awal bisnis, Inas gunakan untuk menelusuri dan menentukan segmen pasar. Setelah berjalan beberapa bulan dan segmen pasar mulai terbentuk, dengan berat hati Inas harus mengambil jeda untuk menjalani kuliah kerja nyata (KKN) dan magang. Akhir 2017, ia pun mulai menjalani bisnis ini dengan cukup serius. Pasalnya saat magang, Inas tersadar dunia perkantoran formal bukanlah yang ia inginkan. Ia lebih senang berada di lapangan, menjalankan usahanya sendiri dengan waktu yang fleksibel.

Meski sudah menjalaninya beberapa waktu, Inas tak lantas berpuas diri. Apalagi seiring minat konsumen akan indoor plant meningkat, "pemain" bisnis ini pun juga makin tak terbilang jumlahnya. Pemain-pemain baru bermunculan. Inas memutar otak, mencari strategi yang tepat untuk bersaing. Akhirnya ia sampai pada kesimpulan inovasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Tren setiap saat bisa berubah, pasar pun berkembang namun dengan inovasi suatu brand akan dikenang terus oleh konsumennya. Menurutnya pebisnis yang tidak peduli dengan membangun brand dan hanya fokus menjual produk.

Perempuan muda ini pun tak segan menambah ilmunya dengan membaca tutorial merawat kaktus dan sukulen. Pasalnya jenis tanaman ini sangat banyak, bahkan mencapai ribuan. Tutorialnya pun belum banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Inas sadar betul, inovasi tak bisa dilakukan serampangan. Semua harus didasarkan pada ilmu agar hasilnya memuaskan. "Saya memang melakukan tes ombak, apa saja yang tengah diminati pasar. Tapi tak lantas ikut segitu saja. Kadang saya jumpai juga inovasi yang asal-asalan hasilnya produk yang belum siap dijual. Saya juga tak ingin cuma bisa menjelaskan cara penyiraman saja tapi bisa detail," imbuhnya.

Keseriusan Inas menjalani bisnis, kini membuahkan hasil. Sejak Maret lalu, ia sudah dibantu satu orang karena tak mampu lagi menangani pesanan sendiri. Di lantai atas rumahnya pun sudah ada rumah kaca untuk membudidayakan kaktus dan sukulen. Sudut teras rumahnya dipadati rak berisi tanaman. Saat ditanya soal omzet, Inas tersenyum. "Dalam sebulan, minimal Rp8 sampai 10 juta. Tak perlu kerja kantoran," ujarnya sumringah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Sabtu 20 April 2024, Tiket Rp50 Ribu

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement