Advertisement
Pelemahan Rupiah, Pengusaha Alat Berat Terdampak
Ilustrasi rupiah - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Tren nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS membuat beban operasional pengusaha alat berat meningkat. Pengusaha memilih untuk menggarap kontrak dari sektor pertambangan untuk menjaga kinerja usaha.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Pemilik Alat Berat dan Konstruksi Seluruh Indonesia (Appaksi) Dipar Tobing mengatakan kurs rupiah yang melemah telah membuat harga suku cadang naik hingga 20%. Pergerakan kurs amat berpengaruh terhadap beban operasional karena suku cadang masih didatangkan dari luar negeri.
Advertisement
Pekan lalu kurs rupiah sudah tembus ke level Rp15.000 per US$1. "Spare part sudah naik 20 persen, tapi tarif [sewa] kami belum bisa naik karena sudah kontrak [dengan klien]. Jadi, [kondisinya] makin berat," katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), pekan lalu.
Menurut Dipar, sejauh ini kalangan pengusaha dan pemilik alat konstruksi belum berencana menaikkan harga sewa.
Anggota Appaksi, ujarnya, masih perlu berhitung sebelum memutuskan penyesuaian harga sewa alat konstruksi.
Kendati demikian, para pengusaha, menurut Dipar, masih bisa mereguk kontrak dari sejumlah pekerjaan konstruksi maupun pertambangan. Secara khusus, anggota Appaksi lebih melirik kontrak-kontrak dari sektor pertambangan. Pasalnya, sektor ini kembali menggeliat seiring dengan kenaikan harga batu bara. Walhasil, permintaan terhadap alat-alat berat pun meningkat.
Berdasarkan harga acuan batu bara (HBA), Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM), HBA per Oktober 2018 mencapai US$100,89 per ton. HBA tersebut lebih tinggi dari posisi Oktober 2017 sebesar US$92,03 per ton.
Dipar mengungkapkan geliat sektor pertambangan turut mengerek harga sewa alat berat. Tarif sewa untuk sektor pertambangan lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan sipil.
Oleh karena itu, kenaikan beban operasional bisa terkompensasi oleh kontrak-kontrak pertambangan. Secara umum, porsi perolehan kontrak dari sektor pertambangan mencapai 50%, sisanya dari pekerjaan sipil.
Di sisi lain, kontrak-kontrak pekerjaan sipil juga masih mengalir karena sejumlah proyek infrasruktur seperti jalan tol dan bangunan gedung tetap berjalan.
Dipar berharap agar perolehan kontrak baik dari sektor pertambangan maupun konstruksi tetap bisa menopang kinerja pengusaha alat berat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
- Cek Harga Sembako Hari Ini, Cabai Rp39 Ribu, Telur Rp31 Ribu
- Kemnaker Siapkan Perpres Ojol, Tekankan Aspek Keadilan Kerja
- Regulasi UMP 2026 Masih Disusun, Menaker Pastikan Libatkan Buruh
- Lampung Jadi Kandidat Lokasi Pabrik Etanol Toyota di Indonesia
Advertisement
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Kunjungan Wisatawan Eropa ke DIY Masih Stabil Hingga September 2025
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24, Masih Turun
- Ini Langkah Agar Tren Kunjungan Wisatawan Eropa ke DIY Positif
- Korupsi Impor Gula, 5 Petinggi Perusahaan Swasta Dihukum Bayar Rp337 M
- Prabowo Tunjuk 16 Nama Calon Dewan Energi Nasional, Diserahkan ke DPR
- QRIS Jadi Penyelamat Ekonomi Digital Indonesia di Masa Covid-19
- Indef Ungkap Mafia Lintas Negara di Impor Baju Bekas
Advertisement
Advertisement



