Advertisement

IDE BISNIS: Hydhearings, Menyulap Kemasan Makanan Menjadi Anting-Anting

Salsabila Annisa Azmi
Rabu, 10 Oktober 2018 - 16:35 WIB
Maya Herawati
IDE BISNIS: Hydhearings, Menyulap Kemasan Makanan Menjadi Anting-Anting Produk anting Hydhearings - ist/Hydhearings

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Rajin mengamati tren bisnis di media sosial membuat Lulu Dhea Zahermi, 23, tak hanya mendapat penghasilan dari laman Instagram. Melalui media sosial, Lulu menangkap peluang berjualan anting-anting dengan bentuk beraneka jenis makanan kemasan yang diberi label Hydhearings.

Tak hanya terjun ke dunia kreatif dengan berkuliah di Desain Interior Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Lulu yang merupakan anak rantau dari Pekanbaru harus mengasah kemampuan bisnisnya untuk menambah uang saku. Awalnya dia tak langsung menggunakan kemampuannya menentukan desain yang menarik, dia hanya berfokus pada kemampuan bisnisnya.

Advertisement

"Dua tahun lalu saya mulai menjadi reseller pakaian. Saya beli di Jogja lalu jual ketika pulang ke Pekanbaru. Margin harganya lumayan jauh, lebih murah di Jogja, jadinya keuntungan juga besar, bisa buat tambahan uang jajan pas kuliah," kata Lulu kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Setelah mapan dengan bisnis awalnya, Lulu mulai memproduksi pakaiannya sendiri dengan suatu brand. Tak sampai setahun, brand lulu berkembang pesat, keuntungan berlipat dan akhirnya dia bisa memiliki gerainya sendiri.

"Kemudian ada teman yang kasih aku modal dan join bisnisku, kesalahanku adalah, aku setuju brandnya diganti. Sejak saat itu konsumen bingung, jualan sepi, akhirnya tutup," kata Lulu.

Permasalahan branding menjadi latar belakang Lulu untuk memulai bisnis selanjutnya dengan perencanaan branding yang kuat. Lulu mulai mencari-cari tren di media sosial, khususnya Instagram. Ternyata di kota metropolitan, banyak public figure yang menggunakan anting-anting dengan berbagai bentuk dan memamerkannya di Instagram mereka. Mulai dari pompom, aneka bunga, hingga anting-anting berbahan rafia.

"Kalau bentuknya makanan kemasan, di Jogja belum ada. Ada beberapa selebgram di luar sana yang pakai, dan menurutku itu unik. Mulailah aku mencari produsennya," kata Lulu.

Lulu mulai mencari produsen anting-anting berbentuk kemasan makanan ringan dan mengambil harga paling murah. Setelah mendapat harga termurah, dia pun mulai menguji coba animo calon konsumennya di Jogja dengan menggunakan anting-anting tersebut saat beraktivitas.

Menurutnya suatu produk yang meledak di pasaran kota lain, belum tentu akan laku keras juga di Kota Jogja. Menguji tren pasar melalui promosi produk sebagai barang pribadinya menurut dia lebih efektif daripada hanya sekadar mengamati. Promosi dengan cara itu lebih membuat orang-orang di sekelilingnya memperhatikan produknya.

"Awalnya saya beli sepuluh buah dulu, aku pakai kemana-mana, ternyata teman-teman banyak yang suka. Setelah itu baru aku cari produsen yang lebih murah," kata Lulu.

Komunikasi dengan produsen juga merupakan aspek yang penting. Saat ini Lulu memiliki produsen asal luar kota yang cukup ramah dan jujur. Dari situ Lulu mempelajari desain anting-anting makanan ringan dan mencoba-coba desain menggunakan berbagai aplikasi.

Menurutnya mendesain anting-anting berbentuk kemasan makanan ringan tak mudah. Lulu harus memperhatikan detail desain bagian depan dan bagian samping kemasan. Hingga saat ini, Lulu masih terus mempelajari desain produk tersebut agar semakin sempurna.

 

Jenis Produk

Banyak jenis anting-anting makanan ringan yang ditawarkan. Mulai dari wafer, es krim, hingga keripik. Baru-baru ini, Lulu mengembangkan produk anting-antingnya dalam bentuk minuman bersoda dan paper bag dalam berbagai merk.

Menurutnya inovasi produk harus terus dilakukan, tetapi bukan berarti menambah jenis produk yang dijual. Hal tersebut demi menguatkan branding produknya.

Mengikuti berbagai bazar yang diadakan pusat perbelanjaan pun terus dilakukan oleh Lulu. Namun dia harus memilih pusat perbelanjaan mana yang memiliki biaya sewa murah dengan penghasilan yang tinggi. Lulu pun harus mengamati di pusat perbelanjaan mana segmen pasarnya lebih sering berkunjung.

Harga anting-anting berbentuk kemasan makanan ringan maupun berbentuk kemasan minuman dibanderol mulai dari Rp35.000 hingga Rp65.000.

"Peminatnya sesuai segmen, kebanyakan mahasiswa, bahkan ada juga anak-anak SMA. Sejak dibentuk awal tahun lalu, laba bersih pas sepi saja Rp500.000," kata Lulu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 22:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement