Advertisement
Rupiah Dekati Level Asumsi Pemerintah

Advertisement
harianjogja.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah mendekati posisi target kurs yang ditetapkan pemerintah Rp14.400 dalam asumsi Rancangan Anggaran dan Belanja Negara 2019. Apresiasi kali ini terdorong sentimen global seperti isu kenaikan suku bunga The Fed dan KTT Brexit.
Pada penutupan perdagangan Senin (26/11), kurs rupiah menguat 69 poin atau 0,47% menjadi Rp14.475 per dolar AS ketika kurs Paman Sam tergelincir.
Advertisement
Sementara itu, pelemahan dolar AS terjadi lantaran mendapat komentar dovish dari Bank Sentral AS, Federal Reserve, terkait dengan kenaikan suku bunga yang direncanakan diterapkan pada Desember mendatang.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan dolar AS terpengaruh nada penuh kehati-hatian dari The Fed pada Rapat Dewan Moneter (FOMC) ditambah dengan perkembangan pembahasan Brexit yang positif.
“Faktor utama yang mendorong rupiah saat ini adalah Konferensi Tingkat Tinggi Brexit antara Inggris dan Uni Eropa yang cukup bagus,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (26/11).
Dalam pertemuan Parlemen Inggris, kemungkinan hasil KTT Uni Eropa bakal menjadi bahasan utama. Hal itu cukup positif dan menegaskan bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada April 2019 kemungkinan mendapat dukungan pasar.
Dilansir Reuters, dolar AS melemah tertekan mata uang euro yang menguat setelah Uni Eropa dan Inggris menyetujui kesepakatan Brexit dan tanda-tanda bahwa Italia bersedia untuk mencapai kompromi atas rencana anggaranya.
Namun, saat ini pasar dinilai lebih fokus kepada pergerakan politik di Uni Eropa dan Inggris, serta Italia. Masalah di Italia dengan Uni Eropa terkait dengan revisi anggaran belanja telah memberikan efek positif bagi mata uang Italia dan membuat dolar AS yang menjadi lawan euro mengalami pelemahan.
Adapun, Bank Sentral Eropa (ECB) pada pekan ini rencananya melakukan pertemuan untuk membahas pelonggaran kuantitatif atau kebijakan non-moneter konvensional terkait dengan perlambatan ekonomi global.
Pada perkembangan lain, pertemuan G20 di Buenos Aires 30 November menjadi agenda pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk membahas perang dagang.
Apabila dalam pertemuan tesebut tidak ada kesepakatan, maka kemungkinan besar AS akan melanjutkan tarif senilai US$257 miliar kepada China. “Artinya [rupiah] masih dalam tahap adem ayem untuk pekan ini. Pembicaraan perang dagang baru akan memberikan gejolak pada pekan depan.”
Ibrahim menilai apa yang dilakukan oleh AS menjadi upaya untuk mempertahankan harga diri sehingga bakal terus berupaya menggulirkan tarif baru untuk menekan China pada awal Desember.
Hanya saja, dampak perang dagang kemungkinan baru bergejolak pada pekan depan. Hal itu dinilai bagus karena pasar tidak lagi hanya fokus pada kenaikan suku bunga The Fed dan perang dagang.
“Seandainya masih fokus ke sana, harusnya rupiah sudah melemah dari kemarin-kemarin. Melihat bahwa rupiah di pekan ini cukup kukuh, jadi kemungkinan target pemerintah Rp14.400 per dolar AS bisa tercapai di November ini,” ujarnya.
Proyeksinya, pada pekan ini mata uang Garuda bisa menguat ke Rp14.410 dan kemungkinan bisa melemah kembali mencapai Rp14.551 karena antisipasi pernyataan The Fed dan perang dagang.
Harga Minyak
Pergerakan nilai tukar rupiah melejit setelah sempat melemah 14 poin ke level Rp14.558 pada saat perdagangan lantaran harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan tajam.
Pada sesi perdagangan siang, pergerakan kurs rupiah ke posisi penguatan setelah harga minyak mentah mengalami pelemahan ke level terendah selama satu tahun terakhir.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,73 poin atau 1,45% menjadi US$51,15 per barel dan mencatatkan penurunan hingga 15,34% secara year-to-date (ytd). Minyak Brent menguat 1,10 poin atau 1,87% menjadi US$59,90 per barel dan turun 10,42% ytd.
Meskipun mengalami kenaikan, harga tersebut masih menjadi yang terendah sepanjang tahun ini dan mencatatkan penurunan lebih dari 20% dari puncaknya pada posisi masing-masing US$75 dan US$85 per barel September lalu.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menuturkan bahwa kondisi tersebut direspons cukup positif oleh pelaku pasar domestik.
“Mengingat impor minyak menjadi komponen terbesar yang menyeret defisit transaksi berjalan domestik melebar,” tambahnya.
Penguatan rupiah memimpin perbaikan nilai tukar di Asia. Mengekor apresiasi rupiah, baht Thailand menguat 0,23%, disusul peso Filipina yang menguat 0,21, renminbi China dan won Korea Selatan terapresiasi 0,13% serta dolar Singapura dan bath Thailand dengan penguatan 0,12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
Advertisement

Sri Sultan HB X: Kita Harus Lebih Peka Terhadap Kondisi Masyarakat
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Diramal Tembus 4.000 Dolar AS Troy Ounce pada 2026
- Pasar Panel Surya RI Dikuasai Produk Murah China
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Merger Pelita Air dan Garuda, Begini Tanggapan CEO Danantara
- Impor Komoditas Etanol Akan Dibatasi, Ini Tujuannya
- Kucuran Rp200 Triliun Himbara Perlu Diimbangi Kemudahan Usaha
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
Advertisement
Advertisement