Advertisement
Mangunan dan Kaliurang Potensial untuk Glamping, Tertarik Mengembangkan?

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Objek wisata glamorous camping (glamping) yang mengusung konsep eco-wisata makin dilirik oleh para pelaku bisnis wisata dalam negeri. Konsep wisata berkemah dengan fasilitas lengkap di alam yang tengah booming di luar negeri tersebut mulai digarap oleh Badan Otorita Borobudur (BOB) di wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Di Jogja, kawasan Mangunan dan Kaliurang dianggap potensial dijadikan objek wisata yang mengusung konsep glamping.
Ketua Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY, Udhi Sudiyanto menuturkan pada 2019 ini ada beberapa kecenderungan wisatawan yang perlu disikapi dengan tepat oleh para pengelola destinasi maupun stakeholder pariwisata di DIY. Wisatawan sekarang cenderung ingin mendapatkan pengalaman akan budaya dan kehidupan masyarakat yang mereka datangi. Jika dahulu objek wisata cukup didatangi, dilihat, dan dipotret saja sekarang menurut Udhi wisatawan ingin pengalaman lebih. Bisa menginap di lokasi wisatawan atau bahkan berinteraksi langsung dengan masyarakat pengelola objek wisata tersebut. Maka konsep glamping sebenarnya sangat cocok diterapkan.
Advertisement
Dengan konsep glamping, Udhi menyebut wisatawan bisa mendapatkan pengalaman baru. Lebih bagus lagi jika tak hanya menginap tetapi dikombinasikan dengan berkegiatan bersama masyarakat sekitar sehingga wisatawan tak hanya menikmati alam saja tetapi juga budayanya. “Saya rasa konsep glamping ini bagus ya. Kawasan Mangunan dan Kaliurang bisa jadi sangat cocok untuk konsep ini. Apalagi sekarang wisatawan juga tertarik dengan wisata di luar, di alam, bukan di dalam gedung. Artinya kesempatan untuk mengembangkan konsep glamping ini sangat terbuka,” ujarnya kepada Harian Jogja, Senin (7/1).
Maka Udhi mengatakan keberadaan paket-paket wisata ke lokasi glamping sangat diperlukan. Agar ada penyebaran dan pergerakan wisatawan ke daerah-daerah sehingga tidak terkonsentrasi di wilayah kota saja. Namun Udhi menegaskan sebelum menggarap konsep glamping ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengelola objek wisata. Terutama dari sisi pembenahan sehingga glamping tersebut memiliki standar kualitas yang diharapkan oleh wisatawan. “Apabila objek tersebut [glamping] ditujukan untuk wisman juga harus menggunakan standar internasional tetapi kalau untuk wisnus juga digunakan standar nasional,” ujarnya.
Sedangkan dari segi aksesbilitas, Udhi menuturkan aksesibilitas di Jogja sudah cukup bagus. Jalanan sudah bagus dan tersedia, tinggal bagaimana para pelaku wisata dan stakeholder terkait bersama-sama memanfaatkan dan mengembangkannya sesuai target. Udhi juga berpesan satu hal yang harus diperhatikan yakni wisatawan ingin tetap terhubung dengan dunia luar sehingga koneksi koneski Internet menjadi hal penting untuk diperhatikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
- Harga Bawang Merah Masih Tinggi di Level Rp42.528 per Kilogram
- Shopee Tambah Beban Baru Biaya Transaksi untuk Seller
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ini Daftar Tarif Listrik PLN Mulai 1 Juli 2025
- Barsa City Yogyakarta Resmikan HQ dan Unit Baru Tipe Studio
- Harga Emas Antam Hari Ini 30 Juni 2025 Turun Drastis, Rp1,88 Juta per Gram
- 30.000 Pekerja Terkena PHK hingga Juni 2025, Begini Langkah Pemerintah
- Hingga Mei 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Mencapai Rp7,26 Triliun
- Harga Bawang Merah dan Cabai Hari Ini 30 Juni 2024 Turun
- Permudah Perizinan Usaha, Pemerintah Terbitkan PP 28/2025 dan Wajibkan Semua K/L Masuk OSS-RBA
Advertisement
Advertisement