Advertisement
Tekanan Ekonomi Mulai Mereda, Indeks Saham Acuan Filipina Terbesar se-Asia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Tekanan ekonomi di Filipina terlihat mulai mereda. Ekonomi Filipina diperkirakan akan bangkit pada 2019 ini.
Setelah goncangan inflasi, kemerosotan mata uang sebesar 5% dan defisit transaksi berjalan yang melebar membebani Filipina pada 2018, tekanan terlihat mulai menurun.
Advertisement
Pertumbuhan harga konsumen melambat bulan lalu, kinerja peso dan saham rebound, dan transaksi berjalan tampak tetap terkendali.
Pertumbuhan ekonomi negara beribu kota Manila ini diperkirakan akan melampaui 6% dengan reserve buffer menjadi salah satu yang terkuat di antara pasar negara berkembang (emerging market) global, menurut Moody's Investors Service.
“Kita telah melihat yang terburuk pada 2018. Kita optimistis namun tetap berhati-hati karena tahu kita tidak lagi dalam kondisi itu,” ungkap Jonathan Ravelas, kepala strategi pasar di BDO Unibank Inc., Manila, seperti dilansir Bloomberg.
Indeks saham acuan Filipina telah naik lebih dari 7% sepanjang tahun ini. Kenaikan tersebut menjadi terbesar di Asia. Nilai tukar peso pun menguat 0,6% ke level 52,3 per dolar AS, setelah menjadi salah satu yang paling terpukul oleh kemunduran pasar negara berkembang pada 2018.
Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan nilai tukar peso akan menguat hingga ke level 50 per dolar AS selama 12 bulan ke depan. Pengetatan kondisi keuangan tahun lalu dinilai akan memperlambat permintaan domestik dan pertumbuhan impor sehingga membantu mendukung transaksi berjalan.
“Ada lebih banyak ruang bagi peso untuk rebound, dengan reserve buffer yang cukup dan fundamental yang cukup solid,” ujar Koji Fukaya, chief executive officer di FPG Securities Co., Tokyo.
Filipina memiliki keuntungan karena memiliki kewajiban utang luar negeri yang rendah. Pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo tahun ini dan total non-resident deposits selama satu tahun diperkirakan mencapai 25% dari cadangan devisa untuk tahun 2019, terendah di antara 19 pasar negara berkembang yang dilacak oleh Bloomberg, menurut perkiraan Moody's.
Pengiriman uang (remitansi) oleh warga Filipina yang tinggal di luar negeri menjadi pilar utama dukungan bagi ekonomi dan mata uang negara ini, dengan jumlah hingga 10% dari produk domestik bruto.
Arus masuk itu kemungkinan naik 8% pada November dari tahun sebelumnya karena ada lebih banyak orang yang mengirimkan uang ke kampung halaman mereka ini untuk liburan, menurut survei Bloomberg.
Ketika fundamental-fundamental ekonomi menguat, ini akan mengimbangi berbagai risiko termasuk perang perdagangan AS-China yang berkepanjangan dan kenaikan harga minyak dunia, yang telah menghambat ekonomi Filipina tahun lalu.
“Keadaannya tidak lagi suram. Investor siap terjun kembali ke Filipina,” tambah Ravelas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Popularitas Mobil LCGC Merosot, Tak Lagi Terjangkau Kelas Bawah
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisata Saat Libur Sekolah Naik 10-15% Dibanding Tahun Lalu
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Kompak Naik
- Jakarta Fair 2025 Berakhir, Transaksi Sentuh Rp7,3 Triliun
- Airlangga Sebut Tarif Impor AS 32 Persen untuk Indonesia Masih Nego
Advertisement

Sleman Panen 6,3 Hektar Lahan Pertanian Padi Organik Varietas Sembada Merah
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Ribuan Dapur Umum Sudah Terbentuk, Pemerintah Antisipasi Defisit Ayam dan Telur
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Kompak Naik
- Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Selasa 15 Juli 2025
- Harga Pangan Hari Ini: Cabai Rawit Rp67.171/Kg, Bawang Merah Rp40.943/Kg
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisata Saat Libur Sekolah Naik 10-15% Dibanding Tahun Lalu
- Selama Libur Sekolah 1,2 Juta Penumpang Gunakan KA Jarak Jauh di Daop 6 Yogyakarta
- Penjualan LCGC Turun Drastis hingga 50 Persen, Pakar: Akibat Regulasi dan Harga yang Semakin Tinggi
Advertisement
Advertisement