Advertisement

Eka Tjipta Widjaja,Masa Muda & Jatuh Bangun Bisnis

Newswire
Minggu, 27 Januari 2019 - 22:10 WIB
Laila Rochmatin
Eka Tjipta Widjaja,Masa Muda & Jatuh Bangun Bisnis Eka Tjipta Widjaja.dok - scmp.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA -- Siapa sangka pedagang kelontong keliling dengan sepeda bernama Oie Ek Tjhong, nama asli Eka Tjipta Widjaja, yang memulai bisnis pada 1938, akhirnya menjadi orang nomor dua terkaya di Indonesia 80 tahun kemudian.

Riset yang dilakukan Globe Asia 2018 mengungkapkan kekayaan Eka Tjipta Widjaja mencapai Rp198,8 triliun dan menempatkannya sebagai orang terkaya kedua di Indonesia, di bawah duet Hartono dari Grup Djarum di peringkat atas dengan kekayaan Rp300 triliun.

Advertisement

Eka Tjipta Widjaja yang lahir pada 3 Oktober 1923 di Quanzhou, Tiongkok, pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia ketika berusia Sembilan tahun.
Bukanlah perjalanan yang mudah bagi Eka untuk bisa mendapati namanya tercatat oleh Forbes sebagai orang terkaya ketiga di Indonesia pada 2018, dengan kekayaan senilai US$8,6 miliar.

Dia memulai kariernya di Indonesia dengan berjualan biskuit dan segala barang dagangan yang ada di toko milik ayahnya. Susahnya kehidupan membuat dirinya bahkan hanya dapat mencicipi pendidikan hingga tingkat SD di Makassar, Sulawesi Selatan.

Beranjak remaja, Eka yang masih berkeliling di Makassar menjajakan dagangan mulai berpikir untuk mencari pemasok yang dapat membuat bisnisnya kian berkembang. Tak lama menikmati keberhasilannya dengan bisnis yang baru, pendudukan Jepang pun tak terhindarkan.

Meskipun bisnis barunya hancur lebur, Eka tak patah arang. Setiap kesempatan dicermatinya, setiap peluang diambilnya. Dia mulai membuka warung kecil-kecilan yang menjual makanan untuk dibeli oleh tentara Jepang dan tawanannya pada masa itu.

Setelah itu, Eka meminta izin kepada tentara-tentara Jepang untuk mengambil barang-barang yang sudah dibuang. Seperti tak kehabisan ide, dari barang-barang yang tampak sudah tidak berguna tadi, dia memilah-milah mana barang yang dapat digunakan ulang dan bernilai ekonomis.

Dia menjual beberapa barang yang masih bernilai, misalnya terigu ditawarkan seharga Rp50 per karung, semen seharga Rp20 per karung. Dengan permintaan yang tinggi karena kondisi perang, Eka pun berkesempatan menaikkan harga-harga barang dagangannya.

Dari berjualan semen, Eka sempat pula berbisnis membuatkan kuburan untuk orang-orang kaya. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam bisnis menjual minyak kelapa.

Namun, sejak Jepang memutuskan untuk jual-beli minyak kelapa dikuasai oleh Mitsubishi, Eka pun bangkrut.

Eka kembali memutar otak. Pilihannya jatuh untuk berdagang gula. Namun ketika harga gula turun, bisnisnya melesu lagi. Dia bahkan harus menjual beberapa harta keluarga untuk menutupi utang yang melilit. Masa mudanya dihabiskan dengan jatuh-bangun dalam berbisnis.

Tak heran, Eka Tjipta Widjaja tampil lagi dengan ide bisnisnya yang baru, yakni membeli sebidang perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 hektare di Riau. Dengan begitu, perjalanan Sinarmas pun dimulai.

Berdasarkan profil perusahaan, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, didirikan pada 18 Juni 1962 dan langsung memulai aktivitas komersial.

Keberhasilan bisnis perkebunan tersebut membuat Eka melebarkan ke sektor lainnya, seperti di bidang properti, pulp and paper, dan jasa keuangan.

Bahkan, Kelompok Usaha Sinarmas tersebut berhasil menjadi salah satu konglomerat di Indonesia yang dapat melewati krisis moneter 1998. Tentu dengan pengorbanan, seperti melepas PT Bank International Indonesia Tbk, yang kini lebih dikenal dengan nama Maybank.

Konglomerasi Sinarmas tersebut semakin bertambah, seperti hadirnya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Puridelta Lestari Tbk (DMAS), PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA), PT Smart Tbk (SMAR), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM), PT Indah Kiat Pulp & Paper (INKP), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA), PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), dan PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM)

Kini, nama Eka Tjipta Widjaja memang tinggal kenangan. Namun melihat yang ditinggalkannya ada begitu banyak. Baik bisnisnya, pelajaran hidupnya, maupun kegigihannya dapat dicontoh dan menjadi referensi untuk mengambil langkah esok hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Bantul Gencarkan Upaya Menjaga Ikan Lokal

Bantul Gencarkan Upaya Menjaga Ikan Lokal

Bantul
| Kamis, 16 Oktober 2025, 05:47 WIB

Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Wisata
| Senin, 13 Oktober 2025, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement