Advertisement
Kadin DIY Jajaki Pasar Ekspor Baru

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendorong pengembangan pasar ekspor ke tujuan nontradisional. Selain itu, pasar domestik terus digarap.
Ketua Bidang Komersial, Distribusi, Logistik, Hubungan Internasional, Promosi, dan Investasi Kadin DIY Wawan Hermawan mengungkapkan pasar tradisional ekspor barang dari DIY biasanya Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Guna mendukung niat itu, Kadin DIY aktif berkomunikasi dengan kedutaan besar karena dinilai sebagai pasukan terdepan. Diharapkan akan ada jalinan kerja sama yang membuka peluang untuk ekspor DIY.
"Negara nontradisional yang diharapkan tahun ini adalah Timur Tengah dan Afrika Selatan. Walaupun dari segi transportasi agak jauh. Kita mungkin bisa menggarap dengan jalur langsung atau melalui Timur Tengah," ujar dia, Senin (28/1).
Ia mengatakan komoditas yang diminati adalah gula semut Kulonprogo dan turunannya, garmen, dan kerajinan dari kulit. "Tetapi utamamya adalah garmen," ujar dia.
"Pada 2019 ini masih optimistis ekspor bisa tumbuh asal masih intensif semua. Yang penting bisa bertahan seperti tahun kemarin karena ekonomi kita pas lagi ada pemilu. Logikanya menurun. Oleh karena itu target pertumbuhan minimal sama dengan tahun lalu," ujar dia.
Selain mengembangkan pasar internasional, Kadin DIY juga mendorong perkembangan pasar domestik apalagi sekarang banyak penerbangan langsung dari DIY. Provinsi lain di Indonesia pun menjadi tujuan peningkatan pasar domestik.
Pasar domestik Indonesia timur dinilai potensial dan cocok untuk produk dari DIY seperti Ujung Pandang, Makassar, Maluku, Papua, dan NTT. Produk yang cocok misalnya kerajinan dan barang yang fungsional.
Tak Berpengaruh
Mengenai kenaikan biaya kargo, Wawan mengaku hal itu tidak terlalu berpengaruh pada biaya ekspor pasalnya sebagian besar ekspor produk dari DIY dilakukan melalui jalur laut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Johannes De Britto Priyono melalui berita resmi BPS mengatakan ekspor DIY selama November 2018 menunjukkan penurunan sebesar 9,12% dibanding
bulan sebelumnya. Dibandingkan setahun yang lalu, kumulatif Januari-November 2018, nilai ekspor meningkat sebesar 9,83%. Lebih dari setengah nilai ekspor dikirim ke Amerika
Serikat, Jerman, dan Inggris.
"Khusus kawasan ASEAN, ekspor ke Singapura merupakan nilai ekspor terbesar November 2018 sebesar 49,11 persen. Sementara, perkembangan ekspor terbesar adalah Malaysia dengan persentase sebesar 203,37 persen," kata dia.
Sementara, pakaian jadi bukan rajutan, perabot, penerangan rumah, dan barang-barang rajutan merupakan tiga kelompok komoditas dengan nilai ekspor tertinggi pada November 2018 masing-masing sebesar 31,45%; 13,88% dan 12,08%. Perkembangan komoditas ekspor terbesar dari Oktober 2018 ke November 2018 adalah komoditas plastik dan barang dari plastik yang meningkat sebesar 47,88%.
"Perkembangan terbesar kumulatif year on year komoditas tutup kepala dengan peningkatan sebesar 63,30 persen."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ini Upaya OJK DIY Tekan Gap Literasi dan Inklusi Keuangan yang Masih Lebar
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
Advertisement

UAJY Terima SK Guru Besar dan Pembukaan Prodi Teknologi Informasi Program Doktor
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Hingga Maret 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Capai Rp4,66 Triliun
- Honda Premium Matic Day Hadir di Purwokerto
- Libur Waisak Reservasi Hotel DIY Turun hingga 20 Persen Dibandingkan Tahun Lalu
- PLTS Terbesar di Indonesia Segera Dibangun di Banyuwangi
- Panasonic Umumkan Akan Melakukan PHK 10 Ribu Karyawan
- KHAS Malioboro Hotel dan KHAS Tugu Hotel Sajikan Pengalaman Kuliner Istimewa di Kediaman Menteri Pariwisata, Ndalem Tjokronegaran Yogyakarta
- Istana Membantah Kebijakan Efesiensi Anggaran Memicu Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Advertisement