Advertisement

Bagasi Berbayar Pengaruhi Bisnis Oleh-Oleh

Rheisnayu Cyntara
Rabu, 06 Februari 2019 - 10:33 WIB
Mediani Dyah Natalia
Bagasi Berbayar Pengaruhi Bisnis Oleh-Oleh Aneka makanan kalengan khas Jogja - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Penerapan kebijakan bagasi berbayar dianggap mempengaruhi omzet bisnis oleh-oleh di Jogja. Pada masa libur panjang Imlek yang berdekatan dengan akhir pekan ini, capaian keuntungan yang didapatkan pengusaha tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Gudeg Jogja, Esaf Mangngiri mengakui setelah dua pekan pasca-ditetapkannya kebijakan bagasi berbayar oleh beberapa maskapai untuk rute penerbangan domestik, dunia bisnis oleh-oleh mulai merasakan dampaknya. Wisatawan luar kota ataupun luar Pulau Jawa yang selama ini ditargetkan untuk dapat membeli dan membawa oleh-oleh dalam jumlah banyak kini makin berkurang, baik dari segi jumlah wisatawan maupun volume pembelian. Pasalnya mereka akan berhitung lebih ketat terkait bujet untuk membayar bagasi jika bawaannya cukup berat. "Pasti wisatawan berpikir jangan sampai ongkos bagasinya lebih mahal dari harga oleh-olehnya," katanya kepada Harian Jogja, Senin (4/2).

Advertisement

Namun demikian Esaf menyebut penurunan omzet dari segi wisatawan yang menggunakan moda transportasi pesawat terbang cukup terimbangi dengan wisatawan yang datang ke Jogja melalui jalur darat, baik bus antarkota antarprovinsi (AKAP) ataupun kereta api. Konsumsi oleh-oleh wisatawan yang menggunakan dua moda transportasi tersebut tidak berkurang. Pasalnya seberat apapun barang yang dibawa, mereka tidak dikenakan tarif bagasi.

Apalagi pada masa libur panjang seperti ini, Esaf menuturkan ada banyak wisatawan grup baik dari sekolah maupun institusi pemerintahan ataupun perusahaan swasta yang mengadakan liburan bersama ke Jogja. Setiap orang biasanya akan membeli oleh-oleh. Sehingga konsumsi oleh-oleh yang berkurang dari wisatawan yang menggunakan pesawat bisa tertutupi. Hal itu bisa juga dipantau dari gerai Gudeg Yu Djum yang berada di stasiun yang tetap ramai dan di bandara yang cenderung sepi.

"Meski saya belum bisa mengatakan seberapa besar penurunannya karena gerai di bandara juga belum lama, tapi memang terasa. Misalnya selama ini 200 kaleng gudeg, dua tiga hari habis. Sekarang seminggu belum habis. Meski tetap laku, agak melambat," ujarnya.

Selain itu, Esaf mengatakan peralihan konsumen ke jenis pengemasan gudeg juga sangat terasa. Jika dahulu mereka lebih memilih membeli gudeg kendil karena kemasan yang khas dan nuansa yang sangat kental dengan Jogja, kini wisatawan lebih memilih gudeg yang dibungkus dengan besek. Akibatnya ada penurunan omzet penjualan gudeg kendil karena peralihan pilihan ini. Namun demikian untuk pengiriman pesanan gudeng ke luar kota melalui paket logistik menurut Esaf belum terlalu terasa. Pasalnya pihaknya masih mengandalkan jalur darat dan mempunyai kerjasama dengan beberapa penyedia jasa angkutan logistik. "Kami juga selalu tanyakan ke konsumen mau pakai paket apa dan memberi tahu ragam tarifnya," ucapnya.

Esaf berharap kondisi ini tidak terus berlanjut hingga waktu mendatang. Pasalnya jika kebijakan bagasi berbayar ini tidak ditinjau ulang dan disesuaikan, bisa jadi para pengusaha oleh-oleh bisa merugi karena omzet yang terus menurun. Apalagi nanti pada saat Lebaran yang biasanya menjadi harapan utama para pebisnis oleh-oleh untuk meraup keuntungan dari para pemudik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement