Advertisement
IDE BISNIS: Kaloka Pottery, Ciptakan Ciri Unik, Tembus Pasar Kelas Menengah Atas

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Merintis bisnis tableware keramik tak melulu soal keunggulan desain. Hal itu lah yang disadari oleh Francisca Puspitasari, 43, saat jatuh bangun mempelajari pasar dan ilmu handmade produk keramik. Kika lalu menemukan karakteristik brand Kaloka Pottery dan berhasil menembus pasar menengah atas.
Tanpa modal, tanpa pengetahuan. Berada di tengah keadaan tersebut pada 2016, tak membuat Kika mundur untuk mewujudkan idenya merintis bisnis keramik. Kika memulainya dengan membuat desain keramik sendiri dan membuat produknya di workshop orang lain. Setelah itu, produk difoto dan dikemas sebagai sampel dalam katalog.
Advertisement
"Kalau ada yang pesan, baru deh aku bikinin di workshop orang lain," kata Kika saat ditemui di workshop Kaloka Pottery, belum lama ini.
Setelah produknya banyak dipesan, Kika memberanikan diri menembus pasar perhotelan dengan mengandalkan teman-teman terdekatnya yang bekerja di dunia perhotelan dan resort. Namun kenyataan tak semulus bayangannya, produk Kika kerap ditolak karena produksi masih berskala kecil. Setelah berhasil membuat perjanjian dengan salah satu resort, tantangan lain menantinya.
Membuat produk di workshop lain menimbulkan keamanan finansial bagi Kika. Dia tak harus berurusan dengan perhitungan kerugian akibat barang reject alias barang rusak. Akan tetapi, Kika tidak pernah bisa mengatur jadwal pembuatan produknya. Akibatnya dia tidak bisa menjanjikan dengan pasti kapan pesanan-pesanan pelanggan akan selesai dibuat.
"Itu aku jalani selama setahun. Rasanya pusing. Sering ada banyak orderan tetapi enggak bisa mengerjakan karena kepentok jadwal workshop yang lagi ramai juga sama pesanan mereka sendiri. Akhirnya aku mikir, kayaknya kalau gini terus bisnisku enggak akan gerak kemana-mana," kata Kika.
Pertengahan 2017 Kika memberanikan diri membeli tungku pembakaran melalui seorang teman yang menekuni kerajinan keramik. Kika memutuskan membeli tungku second alias tungku bekas kawannya itu dengan menyicil pembayarannya. Setelah itu Kika menghabiskan waktu berbulan-bulan trial and error untuk meramu formula tanah liat yang tepat. Baru di akhir Juni 2017, Kika memutuskan mempekerjakan satu pegawai.
Saat ini Kika juga menggandeng 10 perajin yang membentuk produknya. Mereka mengerjakan pembentukan keramik di rumah. Jika sudah selesai, Kika mengambil pekerjaan mereka untuk dilakukan finishing di Kaloka Pottery.
Sejak saat itu Kika berkomitmen tak lagi melempar desainnya untuk dikerjakan di workshop lain. Ketika merintis workshop Kaloka Pottery, Kika banyak menghasilkan barang reject alias rusak. Entah itu retak, atau ukuran yang tidak sesuai. Kika menganggap produk itu tak bisa lagi dijual.
"Jadinya duit juga surut kan kalau begitu. Akhirnya ya sudah, barang reject itu coba aku jual karena butuh duit. Ternyata laku keras. Di situ aku belajar kalau yakin sama produk kami ya pasti ada market-nya," kata Kika.
Setelah Kika berhasil mengumpulkan kembali modalnya. Kika mendapatkan order besar pertamanya pada akhir 2017. Melalui pengerjaan pesanan tersebut, Kika baru benar-benar merasakan belajar ilmu keramik. Kika mempelajari teori takaran tanah liat, menimbang ukuran produknya. Sebelumnya, Kika juga harus mempelajari perhitungan penyusutan tanah liat di setiap prosesnya. Tujuannya agar produk akhirnya memiliki ukuran yang akurat sesuai permintaan.
Tembus Resto dan Kafe
Saat itu Kika pertama kali menembus pasar resto dan kafe kelas menengah atas di mana size produk menjadi sangat penting. "Misalnya kafe kan butuh ukuran 200 ml buat takaran espresso atau latte, itu enggak boleh kebesaran, karena akan berpengaruh juga di kerugian mereka," kata Kika.
Pesanan besar pertamanya membuat Kika sadar bahwa produk Kaloka Pottery memiliki karakteristik tersendiri. Selain dari hulu ke hilir yang dikerjakan dengan tangan, Kaloka Pottery juga mampu mengerjakan produk dengan ukuran yang diminta pelanggan. Tak hanya itu, setiap tahunnya, Kika mengeluarkan tren warna baru dari produknya.
Kini keramik buatan Kika telah banyak dipesan banyak restoran dan kafe-kafe di Jogja. Kaloka Pottery juga pernah bekerja sama dengan seniman Ria Papermoon untuk properti pentasnya. Per bulannya, Kaloka Pottery mampu memproduksi 2000 produk tableware dengan omzet ratusan juta. Harga yang ditawarkan cukup variatif, mulai dari Rp75.000 hingga Rp700.000 untuk tea set.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
- Pengin Menabung di Deposito? Berikut Bunga Deposito BCA, Mandiri, BNI, dan BRI Terbaru
- Muhammadiyah Membangun Pusat Distribusi Barang untuk Warung Kelontong
- Setelah Bali Kini Giliran Bekasi Blackout, PLN Berjibaku Membenahi Jaringan Listrik
- Presiden Prabowo Umumkan Sejumlah Kebijakan untuk Pekerja di Hari Buruh
Advertisement

Grand Malioboro Hotel Gelar Event Fun Run di Kawasan Malioboro dengan Ratusan Peserta
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Pengin Menabung di Deposito? Berikut Bunga Deposito BCA, Mandiri, BNI, dan BRI Terbaru
- Rupiah Hari Ini Ditutup di Level Rp16.455 per Dolar AS
- Grand Altuz Hotel Usung Gaya Hidup Sehat di Yogyakarta
- Ekonomi DIY Triwulan I 2025 Tumbuh 5,11 Persen
- Harper Malioboro Sajikan Beef Teriyaki-Inovasi Baru Kuliner Yogyakarta
- Apindo DIY Sebut Belum Ada Badai PHK, Namun Perlu Waspada di Semester Kedua 2025
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
Advertisement