Advertisement
Ekonom Berharap Penurunan BI Rate Segera Diikuti Penurunan Suku Bunga Perbankan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25% pada Juli 2025. Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo berharap turunnya BI Rate bisa segera diikuti dengan penurunan suku bunga perbankan.
Menurutnya dengan turunnya suku bunga perbankan termasuk suku bunga investasi, maka realisasi investasi akan meningkat. Dampak lebih jauhnya lapangan kerja akan semakin terbuka.
BACA JUGA: Dalam 2 Hari, BMKG Catat 55 Kali Rentetan Gempa Bumi Terjadi di Probolinggo Akibat Aktivitas Sesar Aktif
Dia menjelaskan realisasi investasi suatu industri akan menarik aktivitas industri lain, baik melalui keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Multiplier efeknya akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Penurunan suku bunga acuan tersebut diharapkan segera diikuti penurunan suku bunga perbankan," ucapnya, Jumat (18/7/2025).
Lebih lanjut dia mengatakan penurunan BI Rate dapat dipahami karena inflasi sampai bulan Juni relatif terkendali. Di samping itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga relatif stabil.
"Penurunan suku bunga acuan BI, dari 5,50% menjadi 5,25% dapat dimengerti," lanjutnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 15-16 Juli 2025 memutuskan menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,00%.
Advertisement
BACA JUGA: Hasil Monitoring Beras di Jogja, Belum Ditemukan Penyimpangan
Keputusan ini konsisten dengan semakin rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus 1%, terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta perlunya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya kedepan BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial akomodatif terus dioptimalkan dengan berbagai strategi untuk meningkatkan kredit/pembiayaan, menurunkan suku bunga, dan fleksibilitas pengelolaan likuiditas perbankan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, serta penguatan infrastruktur dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran," tuturnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
Advertisement
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- KUR Perumahan Rp130 Triliun Dipastikan Cair Tahun Ini
- Mainan Jepang Jadi Magnet Wisata, Orang Dewasa Ikut Borong Koleksi
- Peserta BPJS Ketenagakerjaan Dapat Cicil Rumah dengan Bunga Rendah
- Proposal Bisnis Kopdes Wajib Sertakan Rincian Pembangunan Gudang
- Januari-Agustus 2025, Stasiun Lempuyangan Berangkatkan 1,8 Juta Penumpang
- Harga Emas Antam 16 September 2025 Naik, Rp2.181.000 per Gram
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
Advertisement
Advertisement