Advertisement
Sambut NYIA, Wisata DIY Seharusnya Dipetakan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Keberadaan bandara baru di Kuloprogo digadang-gadang akan mampu mendongkrak kunjungan wisata ke DIY termasuk wisatawan mancanegara. Namun, pemerintah dan juga masyarakat harus memetakan lokasi mana yang cocok untuk wisatawan domestik ataupun internasional.
Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendorong semua daerah memetakan dan me-branding daerah itu sendiri dengan menentukan pasar mana yang dituju, apa yang akan disuguhkan, dan wisata apa yang ditonjolkan. Ketua Asita DIY Udhi Sudiyanto mengungkapkan secara geografis, destinasi wisata juga bisa ditentukan apakah akan menjadi tujuan wisatawan domestik atau mancanegara.
Advertisement
"Ketika memproklamasikan diri sebagai tujuan wisata internaisonal, sarana prasarana harus bersifat dan berstandar internasional termasuk asuransinya, sumber daya manusianya juga. Kita harus merujuk pada standar yang diperlukan. Kalau terbalik-balk akan kacau," kata dia, Selasa (26/3).
Ia menegaskan bukan berarti destinasi domestik dan internasional tidak bisa dicampur, tetapi pelaku wisata harus memahami siapa yang dihadapi. Menurut catatan Asita, wisatawan mancanegara ketika berkunjung ke DIY masih cenderung menyukai wisata budaya dan heritage. Di sinilah pelaku wisata harus tahu akan memfokuskan pemetaan potensi. Wisata pantai juga demikian, bisa dipisah antara yang misalnya leisure atau olahraga.
BACA JUGA
"Misal di Gunungkidul ada seperti kawasan khusu Nusa Dua, Bali. Jadi, wisatawan ke sana ingin menikmati pantai dengan baik dan Gunungkidul punya pantai yang bagus. Kawasan itu nanti enggak untuk mass tourism. Kalau wisata massal nanti ada pantainya sendiri," jelas dia.
Untuk Jogja banyak bangunan heritage. Ini menjadi potensi wisata untuk menarik wisman. Hotel pun disarankan bisa menyajikan suasana khas Jogja. Untuk Sleman, banyak potensi alam yang bisa dikembangkan. "Untuk Kulonprogo, banyak wisata alam tetapi belum ada fasilitas pendukung lain sehingga harus segera dikembangkan," kata dia.
Lama Tinggal
Pengembangan itu perlu dilakukan agar DIY tidak hanya menjadi lokasi transit atau hanya dilewati oleh wisatawan. Pemerintah dan pelaku wisata juga harus memahami tipikal wisatan baik yang tinggal lama maupun yang sekadar transit. Ketika wisatawan transit sekitar lima hingga tujuh jam, daerah seperti Kulonprogo harus memiliki paket wisata yang bisa dinikmati wisatawan tersebut sehingga mereka tidak hanya menunggu di bandara atau malah lari ke daerah lain.
"Kalau tidak ada lokasi yang bisa menggaet mereka, lama waktu tinggal wisatawan justru bisa makin pendek. Untuk itu Kulonprogo harus kerja sama dengan bandara dan maskapai juga. Kita harus pintar bikin destinasi wisata yang bagus, branding bagus, stakeholder harus bersinergi," ujar dia.
Asita DIY pun tak tinggal diam. Asita memulai dengan menyinergikan empat pilar yakni Asita, PHRI, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), dan Organda. Pihaknya juga menggandeng Dinas Pariwisata untuk mengatur beberapa destinasi mana yang diperuntukkan untuk domesti dan internasional. Pengembangan wisata yang dilakukan setiap daerah juga harus mengacu pada rencana induk pembangunan kepariwisataan Daerah (Riparda).
"Kalau memang menyebut standar internasional, fasilitas juga harus mendukung seperti jalannya harus bagus, mudah dijangkau, longsor apa enggak, apakah informasi yang ada sudah bagus, story telling sudah bagus apa belum, toiletnya bagaimana. Kalau orang asing, toilet bersih itu yang kering," kata dia.
Oleh karena itu, menurutnya, pelaku wisata perlu memahami cross culturan understanding atau pemahaman lintas budaya. Kebanyakan turis asing yang berkunjung di DIY berasal dari Eropa. Pelaku wisata bisa mempelajari karakteristik dan budaya mereka tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Pakar Ekonomi di DIY Prof Edy Suandi Hamid sempat mengungkapkan rencana pembangunan bandara dan operasional minimum sudah digaungkan sejak lama. Rencana ini pun seharusnya sudah diantisipasi oleh semua pihak. "Misalnya saja otoritas bandara dari sekarang sudah harus melihat siapa yang diizinkan di sana dalam tahap pertama. Misalnya dari Malaysia, Jepang, Korea. Kita harus siap menerima mereka," kata dia.
Pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya harus memiliki gambaran kira-kira ke manakah para wisatawan mancanegara ini akan diarahkan. Sebisa mungkin, para wisatawan itu menghabiskan uangnya di DIY sehingga ekonomi daerah menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunungkidul Kembangkan Budidaya Lele dan Ayam Petelur, Ini Tujuannya
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Purbaya: Ekonomi Tembus 5,7 Persen Jika Program Perumahan Berjalan
- Dihapus dari UU Kepariwisataan, GIPI DIY Pastikan Tetap Berjalan
- Harga Emas Antam, UBS dan Galeri24 Kembali Melejit Hari Ini
- Harga Bawang, Cabai, hingga Telur Kompak Turun Hari Ini
- Purbaya: Ekonomi Tumbuh 5,7 Persen Jika Program Perumahan Berhasil
- Perpres Pengolahan Sampah Jadi Listrik Bisa Tarik Investor Asing
- Apindo DIY Sebut Kenaikan Upah Hingga 50 Persen Tidak Realistis
Advertisement
Advertisement