Advertisement
Galeri Oma, Usaha Barang Lawasan yang Menjanjikan

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Menekuni bisnis barang bekas atau vintage mungkin bagi sebagian orang dinilai bukan menjadi bisnis yang menjanjikan. Karena unit usaha ini tidak hanya modal tetapi juga ketelatenan. Namun akhir-akhir ini semakin banyak yang menggeluti usaha ini. Salah satu pengusaha yang bergerak di bisnis barang lawasan atau vintage mulai 2016, yaitu Vera Orchidlia dan Dimas Javanova lewat Galeri Oma Vintage Store.
Galeri Oma Vintage Store yang terletak di jalan Monumen Jogja Kembali Nomor 51-55, Gemangan, Sinduadi, Mlati, Sleman ini memiliki berbagai barang nuansa vintage yang usianya sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Mulai dari teropong, mesin ketik, telepon, kamera berbagai furnitur, buku, radio, televisi, dan berbagai barang lainnya. Dari berbagai daerah Magelang, Temanggung, Wonosobo, Solo, Madiun, dengan harga mulai puluhan ribu hingga jutaan.
Advertisement
Menggeluti usaha vintage terbilang gampang-gampang susah. Setidaknya perlu perawatan khusus, dan kehati-hatian mengingat kebanyakan barang usianya sudah tua dan potensi rusak jika tidak hati-hati lebih besar. Selain itu mutlak dapat melihat potensi pasar.
“Sebenarnya barang-barang lama itu materialnya lebih kuat. Hanya karena usia, jadi perlu kehati-hatian dan perlu perawatan dibersihkan. Tantangannya kalau diekspedisi itu di sini barang masih bisa digunakan, kami sudah bagus packing, nanti pengiriman enggak karu-karuan sering terjadi,” ucap Vera, Jumat (12/4).
Vera mengungkapkan yang membedakan dengan tempat lainnya, di tempat ini banyak merestorasi barang-barang yang tidak terpakai menjadi kembali berfungsi. “Bukan pure antic yang dipunya. Kami ada antic, tetapi vintage yang menjadi selera anak muda banyak,” ucapnya.
Iapun menggandeng masyarakat sekitar galerinya untuk membantu merestorasi dan ahli yang berpengalaman. Ia ingin masyarakat sekitar juga turut merasakan usahanya ini.
Usaha yang awalnya bermodalkan Rp20 juta ini, kini terus berkembang. Setidaknya dalam satu bulan ia berhasil memperoleh omzet Rp150 juta-Rp200 juta. Tidak hanya pasar dalam negeri, Galeri Oma juga telah merambah Hong Kong, Singapura dan Malaysia.
Di dalam negeri, termasuk DIY berkembangnya kafe ataupun bernuansa vintage semakin membuka peluang untuk berkembang. Pemasaran online juga terus berjalan. Ia mengaku saat ini banyak yang mulai bergelut dibidang vintage ini, ia tidak menggap sebagai pesaing, tetapi mereka menjadi mitra.
Diawali Misi Sosial
“Harapan kami bisa menjadi berkah bagi semuanya, bagi pelanggan lingkungan sekitar contoh bagian cat ada tetangga disitu nanti yang lain ada sendiri. Semua memberdayakan lingkungan sekitar menjadi berkah lingkungan sekitar dan melestarikan barang yang sinilai sudah menjadi sampah diolah menjadi manfaat,” ucapnya.
Vera mengawali usahanya ini memang dari misi sosial, hingga saat ini misi tersebut terus dijalankan. Ia menceritakan awal membeli barang dari lansia yang membutuhkan uang lalu ia mencoba menjual kembali dan laku.
Ia ingat betul awalnya membeli sebuah lukisan dan batik dari seorang lansia, kemudian tetangganya yang juga lansia masih produktif membuat berbagai anyaman tas kresek jadi tas yang terpakai dan terus berjalan hingga berbagai koleksi semakin banyak.
Villa yang ia miliki mulai digunakan awalnya untuk memajang, tetapi seiring berjalannya waktu villa yang ia miliki ikut terjual. Setelah itu ia mencoba memanfaatkan di lantai II toko besi miliknya. Sempat pesimis karena merasa di lantai I cukup kotor apa akan ada orang tertarik untuk ke atas.
Akhirnya iapun saat bertemu dengan rekannya dikenalkan oleh anak dari rekannya itu Dimas Javanova. Merekapun terus mengembangkan usaha itu, tanpa melupakan tujuan awal untuk mengutamakan membeli barang dari lansia yang membutuhkan uang. Tak heran ia memberi nama Galeri Oma. Akhirnya pada 2018 ia pindah ke galeri yang ada saat ini.
“Ada beberapa barang yang saya tidak jual. Buffet kecil itu saya beli Rp500.000 karena yang jual bilang dulu untuk keperluan berobat Rp250.000 dan membeli obat Rp250.000. Ada juga buku saya yang paling lama tahun 1918 yang tidak saya jual,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal
- Dirut Pertamina Bantah Pertamina Kuasai Impor BBM Satu Pintu
- Money Changer di Perbatasan Negara Berpotensi jadi Tempat Pencucian Uang
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
Advertisement
Advertisement

Wisata ke Hanoi Vietnam Paduan Sejarah dan Budaya, Ini Rekomendasinya
Advertisement
Berita Populer
- Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal
- Apindo DIY Sebut Pemberlakukan Tarif Trump Belum Berdampak pada Ekspor DIY
- Harga Cabai, Bawang, hingga Telur Hari Ini 20 September 2025 Naik
- Harga Emas Antam Hari Ini Naik Jadi Rp2.122.000 per Gram
- Bahlil Sebut SPBU Swasta Sepakat Beli BBM dari Pertamina
- Maskapai Wings Air Buka Rute Semarang-Surabaya
- Didiek Hartantyo Sebut Laba KAI Tergerus Beban Kereta Cepat
Advertisement
Advertisement