Advertisement

Salip Indonesia, Australia Jadi Pemasok Terbesar LNG ke China

Dika Irawan
Minggu, 16 Juni 2019 - 16:57 WIB
Sunartono
Salip Indonesia, Australia Jadi Pemasok Terbesar LNG ke China Ilustrasi kapal pengangkut Liquefied Natural Gas (LNG). - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Industri gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) Australia yang berkembang pesat tahun ini, telah membawa negara itu menjadi pemasok terbesar komoditas tersebut ke China.

Seperti dikutip dari Reuters, Minggu (16/6/2019), data Refinitiv menunjukkan Negeri Kangguru telah memasok lebih dari 53 persen impor LNG China selama 5 bulan pertama tahun ini. Jumlah itu naik dari sekitar 40 persen pada 2016, ketika putaran proyek ekspor baru gas Australia mulai meningkat.

Advertisement

Kemungkinan ekspor LNG Australia ke China bakal meningkat lagi, sejalan dengan pengiriman kargo LNG pertama Prelude Royal Dutch Shell dari Australia pada pekan lalu.
Prelude mulai melengkapi konstruksi LNG senilai US$200 miliar yang menempatkan Australia di jalur yang tepat untuk menyalip Qatar sebagai pengekspor bahan bakar utama dunia tersebut.

“Ketidakpastian permintaan di pasar LNG yang lebih tradisional. China telah muncul sebagai sumber terbesar pertumbuhan LNG dan karenanya menjadi fokus bagi pemasaran LNG Australia,” ujar Saul Kavonic, analis dari Credit Suisse.

Lonjakan ekspor tersebut membuat Australia melampaui pemasok gas utama tradisonal China lainnya seperti Malaysia, Qatar, dan Indonesia, serta eksportir baru yaitu AS.

Konsumsi gas alam China melonjak di tengah program gasifikasi, yang menggeser konsumsi bahan bakar jutaan rumah tangga dan sejumlah besar pabrik dari batu bara menjadi gas. Namun, beberapa analis memperingatkan, perlambatan dalam perekonomian China bisa mengurangi permintaan LNG.  

"Melemahnya pertumbuhan ekonomi akan membebani permintaan," ungkapnya James Taverner dari konsultan IHS Markit.

Dia menambahkan bahwa pertumbuhan impor LNG dapat berkurang selama beberapa tahun ke depan.

Dalam sebuah laporan bulan ini, Lembaga Studi Energi Oxford memperkirakan China juga tampaknya melakukan diversifikasi pasokan gas, berpotensi mengimpor lebih banyak dari sumber-sumber seperti Rusia dan Mozambik.

Sementara itu, AS, yang baru memulai ekspor LNG pada 2016, awalnya mencatatkan peningkatan ekspor ke Negeri Panda. Puncaknya adalah Negeri Paman Sam memasok sekitar 10 persen dari keseluruhan impor LNG China pada 2018.

Tetapi, pengiriman berhenti setelah Beijing memberlakukan tarif 25 persen untuk pasokan AS sebagai bagian dari perang dagang kedua negara.

Traverner mengatakan sengketa dagang China dan AS telah berdampak pada pasar LNG kedua negara.

“Pengenaan tarif membuat LNG AS jauh lebih mahal dari segi biaya untuk pembeli China,” ucapnya.

Dengan melonjaknya produksi di seluruh dunia, pasar LNG Asia telah kelebihan pasokan. Hal ini terjadi tepat ketika permintaan dari pembeli tradisional seperti Jepang macet, mengakibatkan penurunan harga hingga 60 persen sejak tahun lalu, mendekati rekor terendah hanya lebih dari US$4 per juta mmBtu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ini Rekayasa Lalu Lintas yang Disiapkan Polres Bantul Untuk Atasi Kemacetan saat Libur Lebaran

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement