Advertisement
Durasi Menginap Wisatawan di Indonesia Anjlok, Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Minimnya pergelaran berskala internasional menjadi salah satu penyebab anjloknya rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang.
Data Badan Pusat Statistik menyatakan, rata-rata lama tamu menginap pada September 2018 hanya mencapai 1,84 hari menurun 0,13 poin jika dibandingkan dengan rata-rata lama menginap selama September 2018. Untuk tamu asing sendiri, sebetulnya lebih lama yaitu 2,92 hari dibandingkan tamu domestik selama 1,66 hari.
Advertisement
Penurunan itu rupanya selaras dengan tingkat penggunaan kamar hotel klasifikasi bintang yang mencapai 53,52% atau turun 5,43 poin dibandingkan TPK September 2018 yang mencapai 58,95%.
Namun, tidak sebanding dengan jumlah kunjungan wisman yang naik sebesar 2,15% dari September 2018 dibandingkan bulan yang sama pada tahun ini.
Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata, Titi Kanti Lestari mengatakan adanya penurunan ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari mahalnya tiket pesawat dan minimnya perhelatan internasional yang ada pada September ini.
“Ada kemungkinan karena tiket mahal, jadi yang tadinya tinggal dihotel lebih lama jadi sebentar,” kata Titi kepada Bisnis.com, Senin (4/11/2019).
Dia menuturkan, berbeda dengan tahun lalu dimana banyak event besar, seperti Asian Games dan IMF-World Bank Annual Meeting, pada September tahun ini cenderung sepi. Jadi, meski jumlah wisman naik, namun rata-rata tidak tinggal lama di Indonesia lantaran minimnya acara pariwisata yang menarik.
Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo), Rudiana menuturkan penurunan lama waktu menginap ini juga bisa disebut sebagai penurunan jumlah wisatawan.
"Penurunan jumlah wisatawan kan bukan hanya di jumlah otangnya, tapi secara kualitas juga terjadi penurunan yaitu lama tinggal dan rata rata pengeluaran mereka juga yang turun,” kata Rudiana.
Menurutnya, banyak faktor mengapa wisatawan gak ingin tinggal lama. Namun, faktor yang paling menonjol adalah minimnya pergelaran skala internasional yang bisa menarik tamu asing.
“Kontribusi lainnya tentu segi kemanan dan bencana yang kerap melanda pun ada kontribusi yang cukup signifikan, tapi kita juga harus lihat bahwa perkembangan ekonomi dunia masih tidak menentu, perang dagang China Amerika maih memberi dampak angin buruk pada perekonomian.”
Selain itu, sama dengan Titi, Rudiana juga menilai mahalnya tiket domestik juga memberikan pengaruh, serta promosi pariwisata yang terbatas budget.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
Advertisement
Advertisement