Advertisement
Harga Minyak Dunia Turun, Akankah Pertamina Berencana Turunkan Harga BBM?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Harga minyak dunia mengalami penurunan. Kendati demikian PT Pertamina (Persero) belum menunjukkan tanda-tanda penyesuaian harga bahan bakar minyak.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina Heru Setiawan mengatakan untuk menurunkan harga BBM di tengah anjloknya harga minyak dunia, Pertamina mengaku perlu koordinasi dengan para pemangku kepentingan khususnya kementerian terkait. "Harga BBM turun? Wah itu masih jauh, kami masih pelajari, tetapi yang pasti tidak semudah itu perlu koordinasi dengan pemangku kepentingan, seperti Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan ,dan pihak lain yang terdampak, ada formulanya itu," katanya seperti dilansir dari Antara, Rabu (11/3).
Advertisement
Kendati demikian, Heru memastikan terus memantau pergerakan harga minyak dunia yang sempat anjlok. Sebelumnya, pengamat ekonomi energi dari UGM Fahmy Radhi menyarankan PT Pertamina segera menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) karena harga minyak dunia turun drastis sampai di bawah US$50 [Rp718.102] per barel setelah OPEC berupaya menurunkan produksi hingga 1,5 juta barel, tetapi Rusia yang non-OPEC menolaknya. "Jika tidak ada penurunan produksi, maka harga minyak dunia bisa semakin rendah mencapai di bawah US$40 [Rp574.482] AS per barel," kata Fahmy.
Fahmy menjelaskan tidak bisa dihindari margin kontraktor kontrak kerja sama (K3S) pasti turun, bahkan kalau harga minyak dunia terus turun sampai sekitar US$30 [Rp430.668] per barel, K3S harus menanggung kerugian potensial.
Pertamina harus segera menurunkan semua harga BBM, baik yang non-subsidi maupun subsidi. "Pertamina jangan hanya menaikkan harga BBM pada saat harga minyak dunia naik, tetapi juga harus menurunkan harga BBM pada saat harga minyak dunia turun," tegas dia.
Di sisi lain, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebut Indonesia akan ikut menikmati dengan subsidi BBM yang langsung hilang. Pertamina akan memiliki kesempatan kembali meraih laba jumbo apabila harga BBM telat diturunkan pemerintah.
Di sisi lain, Indonesia berpotensi kehilangan pendapatan dari bagi hasil di sektor migas. Termasuk dari pajak-pajak di sektor tersebut. Dahlan berpendapat penurunan pendapatan pemerintah tersebut ditaksir mencapai Rp115,1 triliun. Nilai tersebut merujuk realisasi PNBP sector migas pada tahun lalu.
“Di Indonesia, biaya produksi minyak mentah itu di sekitar [asumsi] US$40 per barel, kalau harga jualnya US$30 per barel, Anda pun bisa membuat corporate decision, tutup saja,” sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aturan Rumah Bersubsidi Ukuran Mini Batal Direalisasikan, Ini Daftar dan Ukuran yang Berlaku
- Cara Cek BSU Lewat Aplikasi Pospay
- Ekonom Prediksi Bunga Utang RI Makin Membengkak
- Harga Pangan Hari Ini, Rabu 9 Juli 2025, Beras, Cabai, Minyak, hingga Bawang Turun
- Bagaimana Tugas Kementerian BUMN Setelah Danantara Beroperasi, Begini Penjelasan Erick Thohir
Advertisement

SPMB 2025, Jalur Afirmasi Tambahan Sudah Terpenuhi, Sejumlah SMA/SMK di DIY Masih Kekurangan Siswa
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Jelang Berakhirnya Libur Sekolah, Harga Komoditas Pangan Mulai Turun
- Larangan Bus Wisata Masuk Jogja, Hunian Hotel Diperkirakan Turun
- Toyota Kuasai Pasar Mobil Tanah Air per Juni 2025, Kijang Innova Terjual 31.100 Unit
- Sinergi HPE, Equinix, dan AGIT Mendorong Ekosistem Digital dan Akselerasi AI di Indonesia
- Paket Hot Deals dengan Harga Terbaik di Grand Mercure Yogyakarta Adisucipto
- KAI Daop 6 Yogyakarta Umumkan Ketentuan Pesan Tiket Kereta Api di KAI Access Bisa Dilakukan 30 Menit Sebelum Berangkat
- Donald Trump Bakal Kenakan Tarif Impor 200 Persen untuk Produk Obat, Ini Kata Produsen Indonesia
Advertisement
Advertisement