Advertisement
Muncul Aksi Borongan, Pemerintah Perlu Membuat Skema Khusus, Setuju?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pemerintah perlu menyiapkan skema yang lebih ketat dalam mengontrol aksi pembelian kebutuhan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang terus menambah korban jiwa. Aksi borongan (rush buying) yang kini terjadi di berbagai wilayah diperkirakan bakal memberi efek domino pada stabilitas keamanan.Â
"Pihak yang memiliki kemampuan lebih harus sadar bahwa kebutuhan bukan milik mereka saja. Jika ada yang membeli melebihi kebutuhan dan pasokan menipis serta ada pihak yang tak mendapat jatah, apa dampaknya? Akan ada penjarahan," kata Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Rabu (18/3).
Advertisement
Menyikapi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan pengendalian penyebaran Covid-19 berupa imbauan pembatasan mobilitas, Agus mengatakan pengambilan opsi ini tak lepas dari kelambanan pemerintah dalam memberlakukan lockdown atau karantina di daerah tujuan kunjungan warga negara China.
"Lockdown biaya terlalu besar, untuk pasokan makanan harus pemerintah yang menyalurkan karena tidak bisa ada mobilitas. Seharusnya dilakukan sejak Januari di daerah-daerah destinasi warga negara China, kalau sekarang terlanjur meluas," ujarnya.
Opsi karantina sendiri telah ditepikan oleh Presiden Joko Widodo. Sekalipun diberlakukan, Agus mengatakan imbasnya akan sangat dirasakan oleh kelompok dengan ekonomi menengah ke bawah yang penghasilannya tergantung pada upah harian dan cenderung melibatkan aktivitas fisik.
"Kalau dalam skema pembatasan mobilitas, kelompok menengah ke bawah tidak peduli, literasi Covid-19 mereka rendah. Jika mereka tidak bekerja, tidak keluar rumah, mereka tidak memperoleh penghasilan," tuturnya.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan situasi pemberlakuan karantina sejatinya tak diharapkan. Namun dalam skenario terburuk, Agus tak menutup peluang pasokan kebutuhan akan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan.
"Situasi lockdown ini tidak diharapkan. Dalam hal ini, Kemendag akan meningkatkan stok. Mungkin peningkatan dua kali lipat atau sampai jangka panjang, jadi kami antisipasi dengan hal tersebut," kata dia di Jakarta, Rabu.
Berkaitan dengan imbauan pembatasan pembelian bahan pokok penting, Agus mengemukakan hal tersebut dilakukan untuk mencegah spekulan dan menyeimbangkan permintaan dan penawaran. "Kami sudah berkoordinasi dengan Satgas Pangan dan maksud kebijakan ini untuk memberikan pemerataan kepada masyarakat," lanjutnya.
Ketua Umum Asoasiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan pengawasan dan implementasi pembatasan transaksi bahan pokok penting dilakukan sesuai standar operasional masing-masing toko. Pihaknya mengaku bakal menggandeng Satgas Pangan untuk mencegah aksi spekulan dan penimbunan di tengah kebijakan pembatasan pembelian bapokting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
- Pendiri Wings Group, Harjo Sutanto Meninggal Dunia
Advertisement

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Selasa 16 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24, 15 September 2025
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Hingga Juli 2025, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp7.089 Triliun
- Pekerja Bisa Nikmati Relaksasi Bunga KPR Lewat BPJS Ketenagakerjaan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Anggaran Rp114 Triliun untuk Kemenkes 2026 Disepakati Komisi IX DPR
- KUR Perumahan Rp130 Triliun Dipastikan Cair Tahun Ini
Advertisement
Advertisement