Advertisement
Pandemi Corona Picu Kontraksi Pertumbuhan Ekonomi DIY Capai 6,65%
Sejumlah pengemudi becak meminta sumbangan dana untuk kehidupan sehari-hari mereka di simpang empat Blok O, Banguntapan, Bantul, Rabu (17/06/2020). Para pengemudi becak yang biasa mangkal di Malioboro ini kina bertahan hidup dari belas kasihan. - Harian Jogja/Desi Suryanto
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mengumumkan pertumbuhan ekonomi DIY triwulan II 2020 mengalami kontraksi sebesar 6,65% dibanding triwulan sebelumnya. Industri akomodasi dan makanan-minuman memiliki andil terbesar dalam kontraksi ini sebagai imbas pandemic covid-19.
Kepala BPS DIY, Heru Margono, menjelaskan kontraksi lebih besar terjadi jika dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar 6,74%. “Berbalik arah jika dibanding pertumbuhan periode yang sama di tahun 2019 sebesar 6,77 persen,” ujarnya melalui siaran langsung youtube Humas BPS DIY, Rabu (5/8/2020).
Advertisement
Baca juga: Pemkab Bantul-BPD DIY Siap Bangun Wisata Agro di Nawungan
Kontraksi pertumbuhan ekonomi ini dipicu oleh sembilan kategori. Pada hitungan quarter to quarter, penyumbang terbesar adalah lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan, dan jasa lainnya, masing-masing sebesar -3,51%, -1,44%, dan -1,10%.
Sementara pada hitungan year on year, andil terbesar kontraksi adalah dari penyediaan akomodasi dan makan minum yakni sebesar -3,79%, kemudian disusul oleh kontruksi sebesar -2,38%, lalu transportasi dan pergudangan -1,81%, jasa lainnya -1,18%, dan industri pengolahan -0,96%.
Baca juga: Rektor UNY Sutrisna Wibawa Khawatirkan Keselamatan Anak Mencari Sinyal
Ia menjelaskan penyebab utama kontraksi ini tak lain adalah pandemic covid-19 yang mulai melanda DIY pada pertengahan Maret lalu. Di samping itu, selesainya pembangunan megaproyek Yogyakarta International Airport (YIA) juga turut berkontribusi dalam kontraksi ini.
“Tingginya kontribusi kategori penyediaan akomodasi dan makan minum membawa pengaruh yang signifikan terhadap arah pertumbuhan ekonomi DIY. Puluhan hotel tutup karena tingkat hunian yang sangat rendah,” ujarnya.
Sementara kontraksi kategori transportasi dan pergudangan disebabkan dibatasinya kegiatan transportasi publik selama masa pandemi. Anjuran pemerintah agar stay at home mengakibatkan penurunan kunjungan wisata dan tempat hiburan di DIY
Meski demikian, dari sisi lapangan usaha, terdapat beberapa kategori yang masih tumbuh, diantaranya informasi dan komunikasi sebesar 20,74%, disusul jasa Kesehatan sebesar 17,91%, pertanian 10,06%, jasa Pendidikan 5,13%, administrasi pemerintahan 5,02%, pengadaan air 3,16% dan real estate 2,75%.
Sebelumnya, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Tri Saktiyana, mengatakan dua sektor paling berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi DIY adalah Pendidikan dan pariwisata. Karena Pendidikan masih belum akan dilaksanakan tatp muka, maka di sektor pariwisata pemulihan ekonomi akan dilakukan dengan bertahap.
Pada pemulihan ekonomi sektor pariwisata ini, pihaknya mengusung konsep wisata eksklusif, dimana target wisatawan bukan lagi rombongan, melainkan kelompok kecil seperti keluarga tapi dengan daya beli yang lebih tinggi. “Quality tourism, bukan mass tourism,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
- Cek Harga Sembako Hari Ini, Cabai Rp39 Ribu, Telur Rp31 Ribu
- Kemnaker Siapkan Perpres Ojol, Tekankan Aspek Keadilan Kerja
Advertisement
Tren Event Sport Tourism Tingkatkan Pergerakan Wisatawan di DIY
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



