Advertisement
Dari Resesi, Muncul Depresi Ekonomi, Siapkah Indonesia?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Ekonomi Indonesia dipastikan akan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga tahun ini. Artinya, Indonesia akan memasuki fase resesi ekonomi.Jika bertahan dalam kurung waktu lama, resesi akan berubah menjadi depresi ekonomi, siapkah Indonesia?
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 akan terkontraksi lebih dalam, pada kisaran -2,9% hingga -1,0%.
Advertisement
Pemerintah pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada pada kisaran -1,7% hingga -0,6%. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan -1,1%, dengan batas atas masih positif 0,2%.
Sebagaimana diketahui, depresi ekonomi merupakan resesi yang terjadi selama lebih dari satu tahun. Depresi ekonomi terjadi jika kontraksi ekonomi terus berlanjut. Dampaknya pasti lebih besar dari resesi. Depresi pernah tercatat dalam sejarah, terjadi pada 1929-1934, di mana great depression berlangsung hingga 5 tahun.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia dapat jatuh pada jurang depresi ekonomi bila resesi berlanjut hingga 2021.
"Semakin lama pandemi teratasi, semakin lemah daya beli masyarakat, dan semakin besar kelas menengah atas saving di bank untuk menghindari resiko," katanya kepada Bisnis.com, jaringan Harianjogja.com, Senin (28/9/2020).
Harga Barang Turun
Bhima menjelaskan, salah satu indikator depresi adalah terjadi deflasi yang cukup dalam, di mana harga barang tidak naik melainkan menurun. Sementara, pada tahun ini, deflasi yang telah terjadi yakni pada bulan Juli tercatat deflasi -0,1% dan Agustus -0,05%.
Dia mengatakan, deflasi di tengah situasi resesi mengindikasikan sisi permintaan mengalami gangguan sehingga produsen dan pedagang tidak menaikkan harga justru menjual dengan harga diskon, khususnya bahan pangan.
Jika depresi terjadi, dampak yang akan ditimbulkan jauh lebih parah dari resesi. Tidak hanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal, tetapi juga akan terjadi kebangkrutan massal di sektor industri secara permanen. dan bukan temporer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
Advertisement

Kelurahan Keparakan Dorong Inovasi Olah Sampah Organik lewat Budidaya Maggot
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Harper Malioboro Yogyakarta Raih Penghargaan Tertinggi Kategori Makanan dan Minuman di Archipelago F&B Bootcamp 2025
- Danantara Jalin Komitmen Investasi dengan Perusahaan Arab Saudi Senilai Rp162 Triliun
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Karyawan TikTok Shop di Amerika Serikat Kena PHK
- Ini 6 Rute Baru Trans Jabodetabek, Berikut Jadwal dan Trayeknya
- Pertamina Patra Niaga Siap Laksanakan LPG Satu Harga
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisman ke DIY pada Juni 2025 Naik 20 Persen
Advertisement
Advertisement