Advertisement
Ketersediaan Beras Bergantung pada Produksi selama Oktober-Desember

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Ketersediaan beras pada 2020 akan sangat bergantung pada produksi selama Oktober-Desember. Pemerintah perlu mencermati sejumlah faktor demi menjamin pasokan beras memadai dan tak menimbulkan kenaikan harga.
Angka sementara yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi gabah kering giling (GKG) sepanjang Januari-September 2020 berjumlah 45,45 juta ton.
Advertisement
Angka ini turun 3,17% dibandingkan dengan 2019 dan terjadi lantaran luas panen yang turun dari 9,28 juta hektare (ha) menjadi 9,01 juta ha.
Namun, BPS juga melaporkan bahwa luas panen pada Oktober-Desember 2020 bisa mencapai 1,78 juta ha atau naik 27,54 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Jika produksi pada kuartal IV sejalan dengan prediksi ini, maka produksi beras diproyeksi mencapai 31,63 juta ton atau naik 1,1% dibandingkan produksi 2019.
Dengan konsumsi ditaksir berjumlah 29,37 juta ton, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan Indonesia bisa menikmati surplus beras sampai 2,3 juta ton.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan soal perkembangan La Nina di Samudra Pasifik.
Fenomena iklim ini secara historis menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia sampai 40 persen di atas normal.
Menurut Suhariyanto, dampak peningkatan curah hujan perlu diwaspadai dan diantisipasi dengan sejumlah langkah mitigasi seperti pengelolaan produksi pertanian. Pemerintah perlu menjamin ketersediaan pangan karena selama ini produksi amat dipengaruhi oleh iklim.
Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan fenomena La Nina perlu disyukuri. Menurutnya, fenomena La Nina dan volume produksi padi kerap menunjukkan korelasi positif.
“Faktor penentu produksi beras di Indonesia hanya ada dua, iklim dan hama. Pada 2007 sampai 2010 ketika terjadi fenomena La Nina, produksi beras kita terus naik,” kata Dwi kepada Bisnis, Jumat (16/10/2020).
Perlu Jadi Catatan
Kendati demikian, Dwi mengatakan ketersediaan beras tetap perlu menjadi catatan. Dia memperkirakan produksi beras bisa turun sampai 500.000 ton pada 2020 sebagai imbas turunnya produksi pada semester I.
Penurunan ini lebih rendah dibandingkan dengan prediksi awal Dwi yang memperkirakan bahwa produksi akan turun 1,5 juta ton.
Di sisi lain, informasi jaringan tani AB2TI juga menunjukkan adanya pergerakan harga GKP dari Rp4.800 per kg di tingkat petani pada September menjadi Rp5.000 pada pertengahan Oktober. Dwi menyebutkan tren kenaikan harga berpotensi berlanjut mengingat produksi pada akhir tahun cenderung lebih sedikit.
“Pada akhirnya harga akan terpengaruh dan ini yang perlu dicermati. Kalau produksi naik stok bisa aman. Namun kalau produksi turun atau sama, stok bisa tidak aman,” kata Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
Advertisement

Puluhan Motor di Gunungkidul Tak Lolos Uji Emisi Kendaraan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Anggaran Rp114 Triliun untuk Kemenkes 2026 Disepakati Komisi IX DPR
- KUR Perumahan Rp130 Triliun Dipastikan Cair Tahun Ini
- Mainan Jepang Jadi Magnet Wisata, Orang Dewasa Ikut Borong Koleksi
- Peserta BPJS Ketenagakerjaan Dapat Cicil Rumah dengan Bunga Rendah
- Proposal Bisnis Kopdes Wajib Sertakan Rincian Pembangunan Gudang
- Januari-Agustus 2025, Stasiun Lempuyangan Berangkatkan 1,8 Juta Penumpang
Advertisement
Advertisement