Advertisement
Hotel di Raja Ampat Ikut Terdampak Lesunya Penerbangan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Sektor perhotelan turut merasakan dampak lesunya kinerja perusahaan maskapai penerbangan. Terutama terhadap hotel-hotel yang beroperasi di destinasi wisata lintas pulau seperti Labuan Bajo dan Raja Ampat.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan tingkat okupansi hotel-hotel yang berlokasi di sekitar destinasi wisata lintas pulau sangat sejalan dengan kondisi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan.
"Hotel-hotel di daerah itu berharap dari transpotasi udara yang merupakan indikator utama dari okupansi hotel. Ada perbedaan situasi antara destinasi yang bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi dan yang hanya bisa dijangkau dengan menggunakan pesawat," ujar Maulana, Selasa (3/8/2021).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat okupansi hotel di provinsi destinasi wisata lintas pulau dari Pulau Jawa, seperti Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan Bali adalah yang paling rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya.
Pada Juni 2021, BPS mencatat tingkat okupansi hotel klasifikasi bintang di Kepulauan Riau hanya 23,03 persen, Kepulauan Bangka Belitung 23,92, dan Bali dengan kondisi terparah hanya 16,68 persen. Secara nasional, tingkat okupansi hotel pada Juni 2021 adalah 38,55 persen.
Namun, okupansi hotel di destinasi wisata yang berjarak relatif dekat dan memungkinkan untuk diakses melalui jalur darat tidak begitu dipengaruhi oleh perubahan tren kunjungan wisata untuk destinasi dari pengggunaan pesawat ke kendaraan pribadi, terutama di Pulau Jawa.
Adapun, tingkat okupansi hotel di sejumlah destinasi, seperti DI Yogyakarta, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Timur, dan DKI Jakarta tercatat cukup tinggi dibandingkan dengan sejumlah destinasi lainnya.
BPS mencatat okupansi hotel klasifikasi bintang pada Juni 2021 di DI Yogyakarta sebanyak 45,73 persen, Sumatra Selatan 53,42 persen, Lampung 49,65 persen, Jawa Timur 44,16, dan DKI Jakarta 51,90 persen.
"Selama pandemi, reservasi hotel di daerah tersebut di platform OTA meningkat karena tren perjalanan wisata banyak berubah dari menggunakan pesawat ke kendaraan pribadi. Namun, itu hanya terjadi di Pulau Jawa dan beberapa provinsi di Sumatra yang punya banyak akomodasi transportasi," kata Maulana.
Selain itu, minat pengunjung bisa dikatakan masih ada karena persediaan hotel saat ini lebih banyak dibandingkan dengan permintaan sehingga tidak sulit bagi wisatawan untuk mendapatkan akomodasi.
BACA JUGA: Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas Waspada Investasi Tutup 6.000 Pinjol Ilegal dan Investasi Bodong
- Serangan Siber BSI Celahnya Ternyata dari Komputer yang Sudah Usang
- Long Weekend, PHRI DIY: Kenaikan Wisatawan Tak Signifikan
- Uang yang Beredar di Indonesia pada April Capai Rp8.350,4 Triliun
- 8 Calon Dewan Komisioner OJK, Yuk Cek Profilnya di Sini
Advertisement

Cek Kesehatan Hewan Kurban, DKPP Bantul Belum Temukan Kasus Menonjol
Advertisement

Restoran Jepang Sajikan Mi yang Lebarnya Mencapai 12 Sentimeter, Begini Cara Memakannya
Advertisement
Berita Populer
- Transaksi Pameran Perumahan REI DIY Tembus Rp50 Miliar, Rumah Harga di Bawah Rp700 Juta Laris
- Harga Gabah Masih Terus Naik, Segini Angkanya
- 24 Pinjol Miliki Kredit Macet Tinggi, Ini yang Dilakukan OJK
- Mau Masuk Obligasi Korporasi? Perhatikan Masalah Ini
- DPR dan Pemerintah Sepakat Naikkan Target Rasio Perpajakan 2024
Advertisement
Advertisement