Advertisement

Tako Bag Hadir dengan Misi Kembalikan Masa Kejayaan Tas Kulit

Lajeng Padmaratri
Senin, 14 Februari 2022 - 08:07 WIB
Arief Junianto
Tako Bag Hadir dengan Misi Kembalikan Masa Kejayaan Tas Kulit Dita Wahyu Nirmala, owner Tako Bag. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Sudah bukan rahasia jika tas kulit kini tak lagi hanya jadi konsumsi kalangan orang tua. Dengan desain yang everlasting tetapi tetap stylish, meski berbahan kulit sintetis, Tako Bag sukses mengembalikan kejayaan tas kulit dengan menyasar segmen anak muda.

Sedekade lalu agaknya tas kulit belum populer di kalangan anak muda. Namun kini, dengan desain yang inovatif, tas kulit bisa menjadi bahan style anak muda.

Advertisement

Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Dita Wahyu Nirmala. Melalui jenamanya, Tako Bag, tas kulit sintetis ia padukan dengan wastra, terutama tenun. Selain itu, faux leather itu juga dikombinasikan dengan bahan suede untuk menambah desain agar lebih menarik.

Dengan desain minimalis, Dita mencoba menghadirkan tas yang timelessly stylish. Kini, Tako Bag telah meluncurkan tas dengan beragam jenis, mulai dari backpack, slingbag, totebag, hingga clutch.

Jenama tas asli Jogja ini dirintis oleh Dita sejak 2011 lalu. Kala itu, dia masih berstatus mahasiswa yang mulai tertarik dengan bisnis fesyen. Ide membuat bisnis muncul ketika ia minta dibuatkan tas untuk kuliah kepada saudaranya yang bisa menjahit tas.

"Waktu itu kan masih kuliah, mahasiswa kan enggak mampu kalau beli tas kulit asli. Jadi ide bikin tas ini awalnya karena kepengen dipakai sendiri. Waktu itu kalau nggak salah bikin totebag, lalu hasil produksinya difoto dan diunggah ke Facebook, ternyata direspons positif sama teman-teman saya," kata Dita kepada Harian Jogja, Selasa (8/2).

Dita pun mulai menyambut baik animo teman-temannya dengan membuka prapesan. Dia juga membuat sejumlah sampel dengan desain tas yang cocok dipakai anak muda.

Sebagai mahasiswa, dia menyadari bahwa kala itu tas kulit lebih diminati oleh ibu-ibu atau kalangan sepuh. Namun, dia sudah terpikir bahwa dengan desain menarik, tas kulit pun bisa diminati oleh anak muda.

"Saya buka pre-order, jadi modalnya itu hampir nol rupiah. Bikin sampel, difoto, lalu masuk ke Facebook dan BBM kala itu. Begitu banyak yang order, sampelnya makin banyak," lanjutnya.

Kini, dia tak lagi menerapkan penjualan dengan sistem tersebut. Setiap bulan, dia yang dibantu enam orang mampu memproduksi 800 tas dengan berbagai model dan dijual dengan sistem ready stock.

Adapun kain tenun yang digunakan dalam Tako Bag berasal dari berbagai daerah. Seperti NTT, Kalimantan, serta Jepara.

Keunikan tenun itu dipadukan dengan kulit sintetis dengan warna natural, seperti hitam, cokelat, beige, dan merah marun, sehingga desainnya begitu manis dan cocok untuk anak muda.

"Karena model kami everlasting, seringkali model yang best seller itu ya itu lagi, itu lagi, bahkan yang sudah dirilis lima tahun lalu. Tetapi kami tetap bikin desain baru juga," kata dia.

Korban Plagiasi

Dita mengungkapkan bahwa pemilihan tenun untuk dipadukan dengan tas kulit tidak dimulai sejak awal ia berbisnis. Sebab, Tako mulanya dimulai dengan desain tas dengan motif floral.

"Awalnya itu saya bikin tas dengan model vintage, kalau enggak yang warna kecokelat-cokelatan itu, rilisnya motif floral, karena waktu itu masih jarang. Ketika Tako mengeluarkan tas motif floral, ternyata hype-nya cepet banget," kata Dita.

Sayangnya, tingginya minat anak muda terhadap tas floral membuat desain Tako banyak diplagiasi. Apalagi, saat itu Dita masih menggunakan motif floral dari pabrikan. Lantaran malas menegur para penjiplak itu, ia pun memutar otak agar motif tasnya tidak dijiplak.

"Saya pun cari pattern yang meskipun dijiplak, hasilnya nggak akan sama. Makanya saya pakai tenun, karena kalaupun dijiplak, tetap tidak akan menghasilkan motif yang sama. Kecuali saya pakai kain motif tenun pabrikan atau printing, itu bisa dijiplak. Makanya ide menggunakan tenun itu sebenarnya cara mengatasi pesaing," ungkapnya.

Kini, Tako Bag bisa dibeli melalui situs takobags.com, Instagram, serta sejumlah platform lokapasar. Meski mereka memiliki offline store di Ngaglik, Sleman, tetapi Dita mengakui 90% penjualan didominasi daring.

Adapun harga tas yang ia jual, berkisar dari Rp170.000 hingga Rp330.000 yang masih terjangkau bagi anak muda.

"Perawatannya juga enggak susah, tetapi lebih disarankan dry cleaning. Di bagian tenunnya itu kalau kotor bisa disikat yang lembut. Kalau kulit sintetisnya cukup dilap pakai tisu atau baby oil," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Tekan Kasus Stunting, Remaja Putri di Sleman Diberi Edukasi

Sleman
| Selasa, 23 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement