Advertisement
Selain Perang Rusia-Ukraina, Ini Penyebab Lain Lemahnya Pertumbuhan Ekonomi

Advertisement
Harianjohja.com, JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebagian besar pasar negara berkembang dan kawasan ekonomi berkembang akan melambat tajam di 2022.
Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia menyebutkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang kian memperbesar hambatan rantai pasok global yang sudah berlangsung sejak pandemi Covid-19.
Advertisement
Kondisi tersebut menimbulkan risiko lonjakan inflasi di tingkat global, khususnya di negara maju sehingga mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Lantas apakah perang Rusia vs Ukraina menjadi satu-satunya penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia?
Pengamat Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengungkapkan ada satu fakta yang terkubur, dimana sepanjang 2020 hingga 2021 seluruh dunia melakukan planting money dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya, menyebabkan uang kertas berlimpah di pasaran.
Kondisi ini yang kemudian menyebabkan nilai uang menjadi turun. Ditambah lagi, ekonomi dunia tidak pulih lebih cepat sehingga demand menjadi lambat, lebih lambat dari supply uangnya.
"Ini yang akhirnya menjadi resesi karena sektor riilnya tidak berjalan sementara di sektor non riil atau sektor keuangan sebutlah pasar equity, pasar modal, itu uang berlimpah banyak. Tapi riilnya nggak ada. Ini yang menyebabkan indikasi resesi ini akan disertai dengan efek-efek samping," kata Achmad dalam unggahan kanal YouTubenya, dikutip Senin (13/6/2022).
Dia mengatakan, sebetulnya ada solusi dari masalah tersebut yakni segera menggerakan demand baru. Namun, negara-negara yang memiliki demand besar seperti di China tengah menerapkan local lockdown akibat pandemi Covid-19. Padahal, kota-kota di China menyumbang demand tinggi terhadap barang-barang dan jasa di dunia.
Akibat local lockdown di China, demand kemudian berkurang dan sektor riil tidak berjalan.
Sehingga, dia kembali menegaskan bahwa perang Rusia vs Ukraina bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat.
"Ini perlu di perhatikan oleh kita terkait penyebabnya ini. Saya kira jangan salah. Betul Rusia dan Ukraina ini menimbulkan satu dampak tapi sudah ada dampak-dampak turunan karena penanganan pandemi ini diselesaikan dengan cara planting money. Saya kira tidak banyak ekonom yang berbicara seperti ini ya tapi kalau kita lihat itu real problem-nya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Kemantren Pakualaman Berhasil Turunkan Volume Sampah Berkat Mas Jos
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Pinjamin Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2025 Lewat Penguatan Literasi
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
- Update Harga Jual Emas Antam dan UBS Hari Ini 19 September 2025
Advertisement
Advertisement