Advertisement

Promo November

Agradaya Berdaya dengan Melimpahnya Rempah-Rempah Lokal

Abdul Hamied Razak
Senin, 19 September 2022 - 06:47 WIB
Sirojul Khafid
Agradaya Berdaya dengan Melimpahnya Rempah-Rempah Lokal Founder Agradaya, Asri Saraswati.

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Keputusan untuk meninggalkan Ibu Kota dan memilih tinggal di desa, ternyata bukan keputusan yang salah bagi Asri Saraswati, Founder Agradaya.

Dia seperti menemukan seonggok permata setelah memutuskan pindah dari Jakarta ke pinggiran desa pada 2014 lalu. Saat itu, dia memutuskan menetap di Planden RT3 /RW14, Sendang Rejo, Kapanewon Minggir, Sleman.

Advertisement

Keputusannya untuk menjauh dari hiruk pikuk kehidupan Jakarta bukan tanpa alasan. Salah satunya, dia ingin menyatu dengan kehidupan masyarakat desa dan ikut memberdayakan petani. Asri bersama suaminya pun melakukan riset ke masyarakat sekitar, potensi apa yang bisa dikembangkan. 

Hasilnya, mereka menemukan potensi rempah atau tanaman biofarmaka yang melimpah. Dari situlah mereka lantas mendirikan Agradaya. "Ekosistem ini namanya Agradaya, kami manufaktur minuman herbal. Kami awalnya melakukan observasi di sini. Banyak tanaman obat meskipun belum menjadi tren, itu sebelum pandemi Covid-19," kata Asri saat ditemui di kediamannya, Sleman, Senin (12/9/2022).

BACA JUGA: Cuan Mengalir Mulus dari Sukulen dan Kaktus

Menurutnya, sumber daya alam di pedesaan melimpah, tetapi tidak terolah dengan baik. Petani hanya menanam dan menyetor ke tengkulak dan pasar. Padahal permintaan bahan baku tanaman obat dari luar negeri seperti Belgia sangat besar. 

Dia pun berpikir cara agar rempah dan tanaman obat di desa bisa di produksi, tidak hanya dalam bentuk mentah. Asri juga memikirkan skala produksi satu desa, bukan petani per petani. Akhirnya mereka membuat alat pengering untuk kelompok tani, sehingga rempah dan tanaman obat yang dihasilkan pun sudah dalam bentuk kering. 

“Kalau keluar kering itu sama dengan produk semifinis untuk bahan ekstraksi, suplemen minuman kesehatan, sehingga benefitnya bisa lebih besar. Nilai ekonominya bisa lebih tinggi," katanya.

Mereka pun lantas mengkreasikan dan melihat potensi lokal seperti tanaman obat, rempah untuk diekstraksi menjadi suplemen. Saat pandemi Covid-19, permintaan rempah-rempah untuk suplemen kesehatan meningkat. Asri pun menggenjot produksi. Selama pandemi, kata dia, orang bisa lebih menghargai bahan rempah-rempah lokal. 

Selama ini, tercatat ada sekitar 120 petani di kawasan perbukitan Menoreh di Kulonprogo yang menjadi mitra Agradaya. 

Mereka memasok bahan baku seperti kunyit, kemukus, jahe, sampai temulawak. "Potensinya memang besar di sana, bahannya berlimpah. Kami menjual produk langsung ke end user, kebanyakan melalui sistem online. Ada juga yang datang langsung ke sini," katanya.

Ekspedisi Andalan

Dalam hal pengiriman barang, Asri mengandalkan JNE untuk pengiriman ke seluruh Indonesia. Paling banyak permintaan rempah herbal seperti temulawak bubuk, jahe bubuk, dan sebagainya. 

BACA JUGA: Di Tengah Kenaikan Harga BBM, Harga Telur dan Cabai Mulai Turun

Pengiriman dilakukan paling rutin ke Jakarta, Bali, Surabaya, sampai Ambon. "Kami menggunakan jasa ekspedisi JNE, selain titik layanannya dekat dengan lokasi Agradaya, JNE juga terpercaya. Saat pandemi Covid-19, pengiriman JNE tetap lancar tanpa kendala.

Jahe merah, lanjut Asri, paling banyak yang diminta konsumen. Orang membutuhkan menjaga imunitas sejak pandemi. Penjualannya dilakukan per 50 gram seharga Rp50.000. "Konsumen sudah mengetahui proses produk kami sehingga dengan harga segitu juga tidak masalah. Seminggu bisa habis satu kwintal," katanya.

Bersama beberapa seniman, Asri lantas mendirikan Murakabi yang menjadi tempat bagi petani untuk menjual jajanan lokal yang berbahan baku lokal. Murakabi hasil kolaborasi dengan beberapa pengusaha bergerak dengan Agradaya untuk mengangkat produksi lokal. 

Jajanan di Murakabi ini, lanjut Asri, dibuat dari bahan baku lokal. Mulai dari keripik ubi, keripik singkong, tepung ubi, minyak kelapa, dan sebagainya. Mereka juga membuat chilli oil, cabai tabur, dan abon cabai untuk membantu petani cabai saat harga cabai anjlok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Pengawas Pilkada Lakukan Pemantauan Potensi Pelanggaran di Masa Tenang

Bantul
| Senin, 25 November 2024, 07:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement