Advertisement
Sering Terlihat Antrean Panjang di SPBU, Konsumsi Pertalite di Jogja Diklaim Jeblok

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Sejak terjadi kenaikan harga BBM pada 3 September yang lalu, sering terjadi antrean panjang di sejumlah SPBU di DIY. Antrean panjang banyak terjadi pada pengisian BBM jenis Pertalite terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari.
Meski begitu, Pertamina Patra Niaga DIY dan Jawa Tengah mengklaim konsumsi Pertalite dan solar di wilayah DIY saat ini turun signifikan. Untuk DIY, misalnya, konsumsi BBM jenis Pertalite rentang 4 September hingga 15 September mengalami penurunan hingga 14% jika dibandingkan 23 Agustus hingga 3 September 2022 atau sebelum kenaikan harga.
Advertisement
"Untuk Pertalite [konsumsi] turun 14 persen dan Solar turun 19 persen," ungkap Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Tengah dan DIY Brasto Galih Nugroho saat dikonfirmasi, Selasa (20/9/2022).
BACA JUGA: Konflik Penolakan LDII di Sleman Belum Ada Titik Temu
Kondisi berbeda justru dialami BBM non subsidi. Menurut Brasto, sejak kenaikan harga konsumsi Pertamax Turbo justru naik siginifikan hingga 53% dan Dexlite penjualannya naik 9%. "Adanya peralihan ke Pertamax Turbo mengingat harga Pertamax Turbo hanya terpaut Rp1700 per liter dibandingkan Pertamax," katanya.
Disinggung soal masih banyaknya antrean di sejumlah SPBU, Brasto mengatakan jika antrean yang terjadi di SPBU masih dalam kondisi wajar. "Yang kami amati, antreannya dalam kondisi wajar dan normal. Di jam tertentu ada peningkatan konsumsi BBM di SPBU. Kami mengucapkan terima kasih kepada konsumen yang mengantre dengan tertib," katanya.
Menurutnya, red carpet atau jalur cepat tersedia bagi konsumen BBM nobsubsidi. Pertalite merupakan BBM penugasan di mana terdapat faktor kompensasi dari uang negara di sana. "Kami mengimbau konsumen yang mampu agar dapat membeli BBM nonsubsidi," ujar Brasto.
Ketua Dewan Pertimbangan Hiswana Migas DIY Siswanto mengatakan justru menyangsikan jika konsumsi Pertalite turun. Apalagi di lapangan masih banyak terlihat antrean kendaraan. "Apa turun [penjualannya]? Kayaknya [penjualan Pertalite naik] ini sesuai pengamatan saya di SPBU yang yang antre. Biasanya ada kenaikan [konsumsi] karena disparitas harga antara Pertalite dengan Pertamax," katanya.
Hanya saja, lanjut Siswanto, ia belum bisa memastikan jumlah konsumsi BBM saat ini. Sebab kemampuan penjualan BBM di masing-masing SPBU berbeda-beda. Ada yang mampu menjual 6-7 ton per hari namun tidak sedikit yang bisa menjual antara 4-5 ton per hari. "Soalnya saya melihat biasanya kendaraan yang menggunakan Pertamax kok sekarang pakai Pertalite. Saya juga tidak tahu kok seperti itu [terjadi migrasi]," katanya.
Meski begitu, katanya, ada kemungkinan secara umum memang ada penurunan konsumsi jika mengacu pada data Pertamina. Meski begitu, katanya, kebijakan pembelian Pertalite dengan barcode [MyPertamina] dimungkinkan menyebabkan sebagian masyarakat tidak bisa membeli BBM jenis Pertalite.
Sejumlah pemilik kendaraan mengakui jika pada jam-jam tertentu seperti pagi hari dan sore hingga malam hari terjadi antrian di SPBU tertentu. Kondisi tersebut terjadi karena kebutuhan BBM meski terjadi kenaikan harga. "Ya kalau sebelum naik beli Rp20.000 bisa untuk tiga hari kalau sekarang hanya untuk dua hari. Ya bisa dipastikan antrian terjadi. Cuma pada jam-jam tertentu," kata Prasetya, warga Sinduadi, Mlati.
Untuk diketahui, sejak 3 September harga BBM jenis solar naik jadi Rp6.800 per liter, Pertalite naik jadi Rp10.000/liter, dan Pertamax naik jadi Rp14.500/liter. Sedangkan harga Pertamax Turbo Rp15.900/liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
- Pengin Menabung di Deposito? Berikut Bunga Deposito BCA, Mandiri, BNI, dan BRI Terbaru
Advertisement

Kegiatan Padat Karya di Gunungkidul Turun Drastis Tahun Ini, Begini Penjelasan Pemkab
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Tak Ingin Ada Diskriminasi Usia dalam Rekrutmen Tenaga Kerja, Menaker Bakal Sisir Aturan Batasan Usia
- Pemerintah Pusat Siapkan Inpres Infrastruktur untuk Bantu Daerah
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Turun Hari Ini 9 Mei 2025
- Harga Pangan Hari Ini 9 Mei 2025: Daging Ayam dan Cabai Naik
- BI Catat Indeks Keyakinan Konsumen pada April 2025 Meningkat
- Hingga Maret 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Capai Rp4,66 Triliun
Advertisement