Advertisement

Ngeri! Sri Mulyani Ungkap 2023 Lebih Berisiko dalam Hal Pangan

Wibi Pangestu Pratama
Rabu, 12 Oktober 2022 - 08:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Ngeri! Sri Mulyani Ungkap 2023 Lebih Berisiko dalam Hal Pangan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan sambutan saat pembukaan Roundtable Keuangan Berkelanjutan untuk Transisi Iklim di sela 3rd FMCBG-FCBD G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (14/7/2022). ANTARA FOTO/POOL - Nyoman Budhiana

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap ancaman krisis pangan yang melanda dunia pada 2023. Menurutnya pada 2023 nanti lebih berisiko dalam hal pangan. 

Dia menuturkan ancaman krisis pangan global menjadi isu utama yang dibahas oleh forum G20. Menurutnya, fokus pembahasan isu pangan berkaitan dengan nutrisi dan pupuk.

Advertisement

"Kita akan menghadapi 2023, yang mana akan jauh lebih berisiko dalam hal pangan. Inisiatif, kolaborasi, setelah kami mengidentifikasi dan menguji solusinya, maka kami akan bisa melihat isu apa yang membutuhkan penanganan segera," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers setelah pertemuan antara Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan G20 di Washington DC, Selasa (11/10/2022).

Sri Mulyani juga mendorong serta meminta FAO dan World Bank untuk memetakan seluruh respons kebijakan secara global.
Karena ketika semua orang melakukan tanpa kolaborasi serta kesamaan data dan dashboard, katanya, hal itu dapat menyebabkan tumpang tindih serta bisa menyebabkan adanya titik krusial yang tidak tertangani.

Baca juga: Foto Visual Merapi Dipamerkan Selama Sebulan ke Depan di UII

Dengan memiliki FAO dan World Bank memetakan dan menguji bagaimana respons kebijakan di setiap negara, atau regional, diterapkan ke global, dia menilai pengambil kebijakan bisa mengidentifikasi area mana yang masih perlu tambahan fokus.

"Misalnya, dalam jangka pendek, program pangan apa yang menunjukkan permintaan untuk dukungan kemanusiaan itu meningkat dua kali lipat [doubling], bagaimana menyelesaikan ini?" ujarnya.

Terkait target jangka menengah, Sri Mulyani mengatakan forum Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 mencari solusi dengan memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap pangan serta mengembangkan bibit yang lebih tahan terhadap perubahan iklim.

Sri Mulyani menilai terdapat pula perkembangan perhatian yang saling berkaitan terhadap pupuk. Terutama ini dari World Bank (Bank Dunia), ADB (Asian Development Bank), FAO (Food and Agriculture Organization), dan dari berbagai negara.

"Masalah pupuk hari ini akan berdampak terhadap ketersediaan pangan atau bahkan krisis pangan dalam 8—12 bulan ke depan," ungkapnya.

Dia mengatakan lini masa saat ini akan menuju pertemuan musim semi (Spring Meeting) 2023. Saat itu, Indonesia akan memberikan presidensi G20 India.

Menurutnya, forum G20 akan melalukan pemetaan bagaimana respons global, juga inisiatifnya di berbagai tingkatan. Tujuannya, kata Sri Mulyani, akan pemangku kepentingan bisa mengidentifikasi hambatan dan bisa ditangani, baik dari sisi supply, demand, maupun distribusi.

"G20 memiliki kekuatan untuk meyakinkan dan meminta negara-negara, intistusi multilateral, atau organisasi internasional, juga inisiatif regional. Ini akan menjadi terorganisir, sistemik, dan semoga bisa lebih lengkap," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pansus DPRD DIY Mulai Bahas Perubahan Aturan Soal Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 21:47 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement