Advertisement
Kementan Nilai Bulog Gagal Jaga Stabilitas Harga Beras

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Perum Bulog dinilai telah gagal menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan khususnya beras karena cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Perum Bulog terus menipis yakni tinggal 673.613 ton pada Oktober ini.
Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh mengatakan stok CBP ini di bawah ideal yaitu 1,2-1,5 juta ton. Berbarengan dengan menipisnya stok, harga beras di tingkat konsumen pun naik 4,2%.
Advertisement
"Kalau itu [stabilisasi] enggak berjalan, fungsi Bulog sebagai stabilitator enggak ada. Saya gimana mau menjawabnya, memang enggak berfungsi," kata Saifulloh dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi secara virtual, Selasa (25/10/2022).
Menurut Saifulloh, penurunan stok CBP terjadi setelah Bulog menyalurkan beras untuk mengantisipasi kenaikan harga. Seharusnya, kata dia, penyaluran beras Bulog itu dibarengi dengan kesiapan perusahaan menyerap gabah di tingkat petani.
Saifulloh mengaku telah mengamati kinerja Bulog. Dia menuding Bulog selama ini tidak berhubungan langsung dengan petani, penggilingan, hingga entitas-entitas yang berkaitan. Menurutnya, Bulog lebih banyak mempercayakan tugas tersebut kepada mitranya.
“Dampaknya, arahan kebijakan pemerintah di lapangan menjadi bias. Sebab, informasi yang beredar dari hulu sampai hilir tidak langsung disampaikan Bulog kepada pihak pembeli gabah maupun beras,” kata dia.
BACA JUGA: SCH Gelar Jogja Otomotif Show #2, Ada Mobil Listrik dan Promo Spesial
Lebih lanjut, Saifulloh menilai semestinya Bulog turun langsung untuk berkomunikasi dengan petani dan tak hanya bergantung dengan mitra seperti sebelumnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Evaluasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Batara Siagian mengungkapkan yang menjadi persoalan pemerintah atau Bulog sulit menyerap beras, karena para swasta seperti berani membeli hasil panen petani dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga pembelian Bulog.
Terlebih, pada saat musim gadu kualitas gabah petani sedang bagus-bagusnya. "Kalau petaninya senang harganya tinggi," ucap Batara.
Menurutnya, bisnis beras saat ini menggiurkan dan dia pun menyangsikan stok beras saat ini menipis.
Buktinya, kata Batara, Wilmar Group sekarang ikut bermain di sektor beras dengan membuka pabrik besar di Sumatera Selatan. "Artinya pelaku usaha swasta masih bisa main. Berarti apa? Barang [beras] ada. Kalau enggak ada, tidak mungkin dia [swasta] bangun pabrik di sana," ujarnya.
Berdasarkan data dari Badan Pangan Nasional, Bulog hanya menguasai 11,3% dari seluruh stok beras nasional, sedangkan di penggilingan, pasokannya mencapai 21,1% stok beras nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Kemantren Pakualaman Berhasil Turunkan Volume Sampah Berkat Mas Jos
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Pinjamin Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2025 Lewat Penguatan Literasi
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
- Update Harga Jual Emas Antam dan UBS Hari Ini 19 September 2025
Advertisement
Advertisement