Advertisement

Promo November

BRI Bikin Senyum Kelompok Sumekar Kian Lebar

Anton Wahyu Prihartono
Rabu, 18 Januari 2023 - 21:32 WIB
Budi Cahyana
BRI Bikin Senyum Kelompok Sumekar Kian Lebar Sumiyati, saat berada di Toko Bakpia 543 Sonder di kawasan Pathuk, Ngampilan, Jogja, Sabtu (14/01/2023). BRI membentuk Klaster Sentra Bakpia Pathuk Kelompok Sumekar. - Harian Jogja/Anton Wahyu Prihartono

Advertisement

“Saya setiap pagi harus menyiapkan uang kecil untuk kembalian. Kalau enggak ada uang kecil, repot banget,” ujar Sumiyati, 50, pemilik Bakpia 543 Sonder, saat ditemui harianjogja.com, di Pathuk, Ngampilan, Jogja, Sabtu (14/01/2023).

Itulah sepenggal kisah Sumiyati beberapa tahun lalu. Namun, rutinitas itu berubah dua tahun terakhir ini sejak teknologi digital masuk ke dalam sisi-sisi bisnis yang telah digelutinya sejak 1990-an. Dia tidak lagi pusing mencari uang receh untuk kembalian.

Advertisement

Hampir semua transaksi dilakukan dengan cashless baik melalui QRIS BRI ataupun transfer melalui mobile banking. Belanja bahan-bahan untuk bakpia pun kini lebih mudah. Tinggal pesan, transfer melalui BRImo, esoknya barang dikirim. Semuanya beres. Tidak perlu repot seperti belasan tahun lalu. 

BACA JUGA: Transaksi E-Commerce Tembus Rp227,8 Triliun Selama Setengah Tahun Ini

Sumiyati juga tak pernah bermimpi bakpia buatannya bisa sampai luar Jawa. Kalau pun dagangannya sampai luar Jawa, itu karena dibawa wisatawan yang beli langsung ke tokonya saat berlibur ke Jogja. Kini, mimpi itu jadi nyata. Bakpia olahannya bisa dinikmati pelanggannya di berbagai wilayah di Indonesia.  Tinggal pesan, transfer, lalu bakpia dikirim ke tujuan. Itu semua berkat dukungan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang memberikan bantuan vacuum sealer, mesin pengemas hampa udara yang membuat bakpia bisa lebih tahan lama.

Cerita Sumiyati sama dengan Lucia Ruri Iswari, pemilik Bakpia Anda yang ada di kawasan Pathuk, Ngampilan, Jogja. Cara pembayaran nontunai atau cashlees dianggap sangat memudahkan. Digitalisasi telah mengubah cara bisnisnya. Model pemasaran yang semula masih konvensional, kini sudah dilakukan secara online.

Promosi melalui media sosial seperti Instagram, Facebook memungkinkan produknya dikenal lebih luas. Selain itu, produknya juga bisa didapatkan di lapak-lapak digital termasuk aplikasi pemesanan seperti Grabfood. “Dengan jualan online, banyak pesanan dari berbagai daerah seperti Jakarta, Kalimantan. Bayarnya pun mudah, tinggal transfer, barang langsung kami kirim. Mudah dan cepat,” ujar Ruri, Sabtu (14/01/2023).

Baik Sumiyati maupun Ruri sepakat para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) seperti mereka harus bertransformasi dengan memanfaatkan teknologi digital mulai dari cara pembayaran, pemasaran dan lainnya. Soal peningkatan omzet, jangan ditanya. Keduanya mengaku ada peningkatan hingga 30 persen.

Keduanya mengakui usaha yang kian berkembang tersebut tidak lepas dari dukungan BRI. Bahkan, BRI telah membentuk Klaster Sentra Bakpia Pathuk Kelompok Sumekar untuk menampung para pengrajin bakpia di Pathuk.

BRI tidak hanya memberi pendampingan dan mengajari bagaimana memasarkan produk di era digital, melainkan juga memberi bantuan 22 vacuum sealer kepada anggota Kelompok Sumekar. Dengan demikian bakpia bisa lebih tahan lama dan memungkinkan dikirim ke luar daerah.

Cerita Sumiyati dan Ruri hanya potret kecil bagaimana UMKM harus bertransformasi memanfaatkan teknologi digital. Pelaku UMKM harus meninggalkan cara-cara konvensional mulai sistem pemasaran atau pun pembayarannya. Dengan sistem digital, proses bisnis dan operasional akan lebih efektif dan efisien. 

Digitalisasi UMKM merupakan suatu keharusan. Pandemi Covid-19 memberi pelajaran kepada kita semua, termasuk pelaku UMKM untuk beralih ke digital. Banyak sektor usaha yang gulung tikar pada saat pandemi. Mereka yang survive kebanyakan yang memanfaatkan cara-cara digital untuk mendukung usaha mereka.

Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan pelaku UMKM di era digital saat ini. Pertama, pelaku UMKM harus melakukan perluasan pemasaran melalui berbagai saluran pemasaran digital. Tentu saja digital skill, digital mindset, digital marketing dan juga digital operational para pelaku UMKM harus ditingkatkan. Pelaku UMKM harus masuk e-commerce dan marketplace agar produk mereka bisa dikenal lebih luas. 

Promosi online, termasuk menggunakan media sosial seperti Instagram, Facebook, Tiktok harus dilakukan.

Kedua, e-payment. Pelaku UMKM harus menggunakan sistem pembayaran digital untuk memudahkan transaksi. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan QRIS atau transfer melalui mobile banking. Ini merupakan pintu masuk ke dalam ekosistem ekonomi dan  keuangan digital. Jika setidaknya dua hal itu bisa dilakukan, maka UMKM di Indonesia akan kian kuat, tumbuh dan berkembang.

Di Indonesia, jumlah UMKM sangat banyak. Dataindonesia.id pada 27 Desember 2022 menyebutkan jumlah UMKM sebanyak 64 juta. Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, dari jumlah itu baru 20,76 UMKM yang masuk ekosistem digital. Jumlah itu meningkat sekitar 26,4% dibanding tahun sebelumnya yang jumlahnya 16,4 juta UMKM. Sementara, pada 2024 pemerintah mentargetkan 30 juta UMKM masuk ekosistem digital.

BACA JUGA: LPS Dukung Digitalisasi Finansial yang Mudah, Cepat dan Aman

Tentu saja, target itu lumayan berat jika hanya dibebankan kepada pemerintah. Harus ada pihak-pihak lain baik sektor perbankan atau lainnya yang peduli dalam menggerakkan UMKM untuk go digital. Sektor-sektor tersebut perlu memberi pendampingan agar UMKM agar lebih melek digital. Memajukan UMKM sama juga turut membangun ekonomi Indonesia.

Sebab, uang yang beredar di sektor ini besar sekali, bisa ratusan triliun rupiah. Kemenkop UKM mencatat omzet UMKM yang sudah go digital pada 2022 mencapai Rp500 triliun-Rp600 triliun. Angka yang fantastis. Peluang inilah yang harus dimanfaatkan sektor perbankan.

Apa yang dilakukan BRI dengan membentuk klaster-klaster UMKM adalah bentuk konkret dalam membantu pengembangan UMKM dan sekaligus membangun ketahanan ekonomi Indonesia. Klaster Sentra Bakpia Pathuk Kelompok Sumekar buktinya. Kelompok tersebut saat ini bisa survive, tumbuh, dan berkembang. Omzet para perajin bakpia terus meningkat. Berkat BRI, senyum Kelompok Sumekar kian lebar. Sebab, dengan digitalisasi, usaha para perajin bakpia terus tumbuh dan makin tangguh.

*Artikel ini ditulis oleh Anton Wahyu Prihartono, wartawan Harian Jogja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement