Advertisement

Promo November

Pernah bak Jualan Kacang, Kamera Tua Jadi Harapan Laba Anak Muda yang Satu Ini

Sirojul Khafid
Sabtu, 13 Mei 2023 - 06:57 WIB
Arief Junianto
Pernah bak Jualan Kacang, Kamera Tua Jadi Harapan Laba Anak Muda yang Satu Ini Iar menunjukkan koleksi kamera analog yang ia jual. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Proses yang panjang serta keterbatasan rol film tidak berpengaruh pada banyaknya orang yang menikmati kamera analog. Analog Kanaja, bisnis kamera analog yang digawangi Iar Aemid Pratama bahkan pernah menjual jenis kamera ini layaknya kacang goreng, saking banyaknya pencari. 

Ternyata merdu tidak hanya milik suara para penyanyi. Bagi Iar Aemid Pratama, suara saat menekan tombol shutter kamera analog membuatnya jatuh cinta seketika.

Advertisement

Semua berawal dari mata kuliah hitam putih, yang sedikit banyak mengulik kamera analog. Itu terjadi pada 2018, ketika dia masih duduk di semester II Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, ISI Jogja.

Suara yang keluar dari benda yang baginya masih asing kala itu, membuat Iar tetap bermain kamera analog meski mata kuliah sudah usai. Kecintaan ini membuatnya menyisihkan uang saku setiap bulan, untuk berburu kamera analog. Mengubek-ubek Pasar Sentir atau Klitikan sudah jadi sesuatu yang akrab baginya.

Dalam perjalanan mencari kamera analog ini, termasuk dengan datang di Pasar Kangen membuat Iar terpikir untuk berjualan. Meski kala itu dia belum tahu betul sistem berdagang kamera analog dan sebagainya.

Iar mencoba memberi tahu teman apabila butuh kamera analog, dia siap mencarikan. Itu berlangsung sampai 2020, tepatnya saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. “Belum punya toko, makin lama makin banyak [yang minta dicariin kamera], tetapi kok capek juga kalau harga temen doang,” kata Iar, laki-laki berusia 24 tahun saat ditemui di tempat tinggalnya, Bantul, Rabu (3/5/2023).

“Terus ada Covid-19, aku punya tujuh sampai delapan kamera analog, daripada enggak kepakai, aku belajar [jualan di] Tokopedia dan Shopee, belajar seminggu, baru jualan.

Dari situ maka lahir lah toko daring bernama Analog Kanaja.

Bak Kacang

Di awal-awal berjualan, Iar mempromosikan produknya dengan memberikan kamera secara gratis pada teman yang berkecimpung di dunia fotografi.

Dia membarter kamera dengan testimoni penggunaan kamera analog beserta permintaan mengenalkan toko online-nya. Alhasil, bulan pertama berjualan, sudah langsung ada pembeli. Penjualan terbantu oleh pola masyarakat yang terbatas, dan tidak jarang bingung hendak berkegiatan apa di masa pandemi. Saat banyak orang mencari kegiatan, hunting dengan kamera analog ternyata menjadi salah satu pilihan.

Berjualan kamera analog di era pandemi, menurut Iar, sama seperti berjualan kacang goreng, laku keras. Sebagai bayangan, baru mengunggah produk di Instagram, lima menit kemudian sudah ada yang membelinya.

Melihat perkembangan penjualan yang bagus, Iar kemudian menyetok produknya. Lantaran membeli di pasar tidak selalu dalam kondisi bagus, pencarian kamera lebih banyak pada perorangan. Dalam sebulan, dia bisa mendapatkan 100 kamera analog. Sementara penjualan sebulan rata-rata 40-60 kamera.

Meski punya stok, Iar juga tetap bisa mencarikan kamera analog sesuai pesanan. “Tetapi kalau pesenan untung-untungan, agak susah, enggak bisa buru-buru. Beberapa seri kamera agak susah dicari, misal nyari seri A-B-C, kadang ketemunya D-E-F. Ada barang yang aku ngidam, baru ketemu setelah dua tahun,” kata Iar.

Salah satu jenis kamera yang gampang dicari seperti Fujifilm MDL. Beberapa jenis yang susah dicari seperti Canon WP-1 dan Ricoh transparan.

Kamera jenis MDL juga yang paling banyak dibeli konsumen, selain juga Olympus MJU 2. Harga kamera analog di Kanaja mulai dari Rp300.000 sampai puluhan juta.

Konsumen Analog Kanaja, kata dia, kebanyakan berusia 17 sampai 30-an tahun. Kebanyakan mahasiswa, meski tidak jarang juga para pekerja yang memang hobi fotografi.

BACA JUGA: CONCEPT STUDIO : Pikat Konsumen dengan Promo Jenaka

Beberapa pembeli sengaja bermain kamera analog untuk nostalgia. Dahulu orang tua mereka memakai kamera analog, sehingga mereka juga ingin mencoba analog dengan bumbu-bumbu kenangan masa lalu.

Dalam perjalanan mengurus Analog Kanaja, Iar menganggap setiap kamera analog seakan punya “tuannya” masing-masing. “Aku bukan jualan barang, tapi mengantarkan barang itu ke pemilik barunya. Tiap kamera punya soul masing-masing, beda orang beda selera,” katanya.

“Aku banyak menemukan, kamera ini cocok untuk masnya atau mbaknya, seakan kamera bisa menemukan tuannya sendiri.”

Setiap pembeli punya kebutuhan dan keinginan masing-masing. Ada yang sekadar senang dengan bentuk kamera analog yang beda dan lucu. Ada yang senang dengan fitur tertentu, dan lainnya.

Mayoritas pembeli atau pemain kamera analog senang dengan hasil jepretan yang berbeda dengan kamera digital, apalagi ponsel. Hasil hitam putih dan nuansa unik dari kamera analog tidak perlu lagi diedit.

“Meski ada proses nyuci film dan sebagainya, justru banyak orang yang kadang merindukan proses dan sensasi menunggu hasil dari kamera analog tersebut. Tone warnanya juga unik, bahkan sampai efek kebakarnya. Zaman dulu motret pengen sempurna, jangan kebakar, jangan rusak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tol Jogja-Solo Segera Tembus hingga Prambanan, Kontraktor Siap Pasang Penerangan Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Sleman
| Sabtu, 30 November 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Kuliner Ikan Tuna di Jogja

Wisata
| Jum'at, 29 November 2024, 09:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement