Advertisement
Didominasi Impor, Harga Bawang Putih Terus Naik
Ilustrasi. - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Harga bawang putih di tingkat konsumen mengalami lonjakan beberapa pekan terakhir. Pasokan yang berkurang disinyalir jadi biangnya.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat kebutuhan bawang putih nasional 95% berasal dari impor, dan hanya 5% sisanya dari dalam negeri.
Advertisement
Dilansir dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, Kamis (25/5/2023) harga bawang putih selama sepekan terakhir naik hingga 11,1% jadi Rp37.300 per kilogram (kg) di rata-rata pasar tradisional Indonesia.
Analis Ketahanan Pangan Bapanas, Retno Utami mengatakan berdasarkan analisis Bapanas, peningkatan harga bawang putih ini sangat terkait dengan kondisi ketersediaan (supply). Apalagi Indonesia bukan produsen utama bawang putih.
"Secara hukum ekonomi harga itu berkolerasi dengan suplai, ketika suplai itu kurang harga itu cenderung meningkat begitupun sebaliknya," kata Retno dalam diskusi publik Carut Marut Tata Niaga Impor Bawang Putih di Jakarta, Kamis.
Meski tidak merinci penyebabnya, Retno mengungkapkan memang terdapat kendala pada suplai bawang putih di pasar-pasar.
Dia menuturkan sekitar 90%-95% komoditas bawang putih berasal dari impor. Alhasil, ketergantungan Indonesia terhadap impor bawang putih sangat tinggi.
BACA JUGA: Pakai Bawang Putih untuk Atasi Jerawat? Tes Dahulu! Begini Caranya..
Maka, ketika suplai impor terganggu, ketersediaan dalam negeri juga terganggu. Sebab Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
"Kita tahu bawang putih bukan komoditas yang kita produksi, 90 persen atau mungkin 95 persen bawang putih didatangkan dari luar, artinya kita masih impor, ketergantungan impor terhadap bawang putih ini sangat tinggi sehingga ketika tidak memproduksi dan ketika suplainya kurang maka kemungkinan ada kendalanya," ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan Bapanas sendiri sudah menyiapkan langkah untuk mengantisipsi kelangkaan ketersediaan bawang putih.
Salah satunya berkoordinasi dengan kementerian dan kembaga terkait untuk menganalisis neraca perdagangan antara ketersediaan dan kebutuhan komoditas tersebut.
Sementara itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai impor bawang putih yang hanya dikuasai oleh segelintir pihak yang menyebabkan tata niaga yang tidak sehat dan berakibat kenaikan harga bawang putih.
Ketua BPP Hipmi Bidang Pertanian, Perkebunan dan Peternakan M Hadi Nainggolan mengatakan tata niaga impor bawang putih ini sangatlah tidak sehat dan benar-benar sudah dikuasi para kartel mafia yang menguasi berbagai lininya.
Hipmi mensinyalir kartel impor bawang putih semakin memiliki bekingan kuat saat menjelang pemilu, termasuk menuju pemilu 2024 ini.
“Hanya segelintir perusahaan dan saling memiliki keterkaitan yang ‘menikmati’ kuota impor bawang putih. Kami berharap pemerintah dan penegak hukum bisa bertindak tegas demi menjaga tataniaga yang lebih sehat," ucap Hadi, Kamis.
Berdasarkan data Kementrian Pertanian (Kementan), kebutuhan konsumsi bawang putih nasional pada tahun ini sebesar 560.000 ton, sedangkan produksi dalam negeri sebesar 81.800 ton. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bawang putih nasional.
Sumber: Bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Memasuki Musim Hujan, Revitalisasi SAH di Kota Jogja Dikebut
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Saatnya Liburan di Indonesia Aja Jadi Slogan Libur Akhir Tahun
- Harga Bahan Baku Tinggi, Perajin Perak Kotagede Diminta Go Digital
- Petani Seret Modal Produksi Anjlok, 9 Industri Kakao Nasional Tutup
- Ekonom Wanti-wanti Risiko Gagal Bayar Kopdes
- Hadir di Forum Tekstil Global, Menperin Harap Indonesia Diuntungkan
- Penyaluran Beras SPHP di DIY Mencapai 32,86 Persen per September
- Evaluasi Setahun Pemerintahan Prabowo di Bidang Ekonomi Menurut Indef
Advertisement
Advertisement



