Advertisement
Ini Dia Penyebab Bisnis Rintisan Kolaps hingga Gulung Tikar
Ilustrasi badai PHK yang menerjang perusahaan teknologi dan startup. Dok. JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Belakangan ini, Indonesia telah menyaksikan fenomena yang dikenal sebagai tech winter atau musim dingin teknologi, di mana pasar teknologi mengalami penurunan secara keseluruhan.
Bahkan, banyak perusahaan rintisan atau startup yang dilakukan para pemula bisnis melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal hingga terpaksa menutup operasional mereka atau mengalami kesulitan keuangan yang signifikan.
Advertisement
Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge Season 14, Helmy Yahya menyebut tren startup kala pandemi Covid-19 memang menjadi semacam perlombaan di antara para pemula bisnis.
Pasalnya, mereka menilai kebutuhan dan perilaku konsumen secara signifikan berubah, di startup ini pun mengidentifikasi diri dan menilai peluang bisnis ini sangatlah besar.
“Mereka menilai secara mentah bahwa semua orang membutuhkan layanan tanpa keluar rumah. Padahal, seharusnya secara fundamental dikuatkan, Bukan hanya ikut-ikutan,” jelasnya
BACA JUGA: Silicon Valley Bank Ditutup, Bagaimana Nasib Start Up di DIY?
Melihat kebutuhan pasar sebelum memulai bisnis startup menjadi hal yang penting agar sebuah startup berkembang dan bertumbuh menjadi ekosistem yang bermanfaat bagi masyarakat. “Hati-hati, 80 persen sampai 90 persen startup gagal saat merintis, karena tidak melihat kebutuhan pasar yang ada,” jelasnya.
Helmy pun menambahkan soal bagaimana dirinya memprediksi soal faktor yang menjadi penyumbang dari banyaknya perusahaan teknologi yang gulung tikar.
“Kata kuncinya itu haruslah unik. Jangan cuma ikut arus dan latah. Lagi ada edutech semua edutech, lagi ada fintech semua fintech. Butuh pembeda,” ujarnya, Selasa (13/6/2023).
Tak hanya itu, baginya literasi keuangan yang lemah menambah daftar deret penyebab gagalnya sebuah perusahaan rintisan.
Maka dari itu, peran Chief Financial Officer (CFO) dalam sebuah perusahaan memang sangat krusial. Di mana, dirinya harus mampu bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan perusahaan dan membuat keputusan strategis yang berkaitan dengan aspek keuangan.
“Saya pernah mewawancarai salah satu startup. Ternyata, mereka pilih CFO-nya asal banget, enggak tau soal arus kas, valuasi, itu kan riskan sekali,” ungkapnya.
Akses Pendanaan yang Sulit
Sementara itu, terlepas dari sektor bisnis teknologi, Ketua Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge Surjanto Yasaputera menyampaikan kini segala bisnis tertantang soal pendanaan.
Menurutnya, mendapatkan akses ke sumber pendanaan yang memadai bisa menjadi sulit bagi banyak bisnis, terutama yang baru didirikan atau beroperasi dalam industri yang kompetitif.
Menarik minat investor dan meyakinkan mereka untuk berinvestasi pun membutuhkan upaya yang signifikan, termasuk membangun hubungan yang kuat, menyusun presentasi yang meyakinkan, dan memiliki rencana bisnis yang matang.
"Ketidakpastian ekonomi menjadi salah satu faktor yang membuat investor menjadi lebih hati-hati dalam mengalokasikan dana mereka,” jelas Surjanto.
Sumber: Bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Tebing 100 Meter Longsor, Akses di Girimulyo Kulonprogo Lumpuh
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Ekonom Wanti-wanti Risiko Gagal Bayar Kopdes
- Hadir di Forum Tekstil Global, Menperin Harap Indonesia Diuntungkan
- Penyaluran Beras SPHP di DIY Mencapai 32,86 Persen per September
- Evaluasi Setahun Pemerintahan Prabowo di Bidang Ekonomi Menurut Indef
- Konstruksi Diprediksi Masih Jadi Penopang Ekonomi DIY Triwulan III
- Ekspor Sektor Ekonomi kreatif Capai Rp215 Triliun di Pertengahan 2025
- Ekonom UGM Sebut Kebijakan Ketenagakerjaan Tambal Sulam
Advertisement
Advertisement



