Advertisement
Silicon Valley Bank Ditutup, Bagaimana Nasib Start Up di DIY?
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penutupan Silicon Valley Bank (SVB) dikhawatirkan akan berimbas pada perkembangan perusahaan rintisan (start up) di sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia. Namun, Otoritas Jasa Keuangan membantahnya.
OJK menilai penutupan SVB oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Amerika Serikat pada 10 Maret lalu tidak akan berdampak langsung terhadap industri perbankan Indonesia.
Advertisement
OJK menilai perbankan Tanah Air memiliki kondisi yang kuat dan stabil. "Likuidasi SVB tidak berdampak langsung terhadap industri jasa keuangan di Indonesia termasuk di Jogja, karena tidak ada exposure langsung ke SVB. Kalau pun ada yang bermasalah di Jogja, bukan karena penutupan SVB," kata Kepala OJK Jogja, Parjiman, Sabtu (1/4/2023).
Meski demikian, pihaknya meminta industri jasa keuangan lebih berhati-hati terutama jika ada yang membiayai start up dan juga perdagangan kripto. "Di Jogja memang sejauh ini belum ada industri jasa keuangan yang membiayai start up apalagi aset kripto," katanya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan Indonesia pascakrisis keuangan 1998 telah melakukan langkah-langkah yang mendasar dalam rangka penguatan kelembagaan, infrastruktur hukum dan penguatan tata kelola serta perlindungan nasabah. Hal tersebut dinilai mampu menciptakan sistem perbankan yang kuat, resilien dan stabil.
"Pada saat ini, kondisi perbankan Indonesia menunjukkan kinerja likuiditas yang baik antara lain rasio AL/NCD [alat likuid terhadap non-core deposit] dan AL/DPK [alat likuid terhadap non-core deposit dana pihak ketiga] di atas threshold yakni sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen," katanya.
BACA JUGA: Grup Astra Incar Investasi Bisnis Media dan Hiburan
Selain itu, aset perbankan juga terjaga pada komposisi yang proporsional dengan komposisi DPK yang didominasi oleh current account and saving account (CASA) atau dana murah yang semakin meningkat sehingga tidak sensitif terhadap pergerakan suku bunga.
Demikian juga, untuk kinerja lainnya seperti risiko kredit, risiko pasar, permodalan dan profitabilitas masih terjaga dan tumbuh positif. "Lagipula saat ini tidak ada bank umum di Indonesia yang masuk dalam kategori Bank Dalam Resolusi yaitu bank yang mengalami kesulitan keuangan, membahayakan kelangsungan usahanya, dan tidak dapat disehatkan," kata dia.
Sebelumnya, Regulator California akhirnya memutuskan untuk menutup SVB dan menempatkannya di bawah kendali US Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). Hal itu menyusul ditetapkannya status kolaps pada SVB di awal Maret lalu setelah sebelumnya selama 48 jam mengalami krisis modal.
Salah satu faktor kebangkrutan SVB adalah kenaikan suku bunga agresif bank sentral AS (The Fed) selama setahun terakhir. Untuk menopang neraca, SVB menjual US$2,25 miliar saham baru.
Model Bisnis
Sementara CMO KiriminAja, Arief Ardinugroho mengatakan penutupan SVB bisa berdampak ke Indonesia tergantung dari model bisnis dan target start up tersebut.
Misalnya, start up yang hanya mengejar growth tanpa memikirkan operating cashflow yang positif atau memikirkan profit, tentunya akan berdampak. "Jenis start up ini selalu mencari pendanaan untuk membesarkan bisnisnya. Akan tetapi ada juga start up Indonesia yang tidak hanya mengejar growth, tetapi sustainability & profitability. Jumlahnya banyak juga tapi tidak terlalu terekspos media," ujar Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bergabung dengan BRICS, Indonesia Disebut Bisa Mempercepat Perjanjian Bilateral
- Peran Penting PAFI Papua Tengah Meningkatkan Akses Obat dan Layanan Kesehatan di Daerah Terpencil
- Pedagang Banyak yang Menolak Uang Tunai, Rupiah Seolah-olah Kehilangan Nilai
- Asosiasi Tekstil Usul Pemerintah Menunda Kenaikan PPN 12%
- Cek Harga Pangan Hari Ini, Selasa 15 Oktober, Harga Daging Ayam Naik
Advertisement
Jadwal Layanan SIM Keliling Gunungkidul Rabu 30 Oktober 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Antam Hari Ini Naik Jadi Rp1.535 Juta per Gram
- Semarakkan 6th Anniversary, Sleman City Hall Selenggarakan a Great Business Talk: Change Chance Choice untuk 3.500 Orang
- Harga Pangan per 29 Oktober 2024: Bawang Merah Naik, Cabai Turun
- Sejarah Panjang Sritex (SRIL) yang Kini Dinyatakan Pailit
- Kemenhub dan KBUMN Koordinasi Untuk Efisiensi Biaya Logistik di Sektor Transportasi
- Punya Peran Strategis, PAFI Pengurus Cabang Singkawang Terus Melakukan Edukasi Soal Obat-obatan ke Masyarakat
- Pemerintah Mau Hapus Utang Petani Hingga UMKM, Pakar UGM: Kuncinya Pendampingan
Advertisement
Advertisement