Advertisement
Sri Mulyani Ungkap Ancaman Baru Ekonomi Global
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi pembicara di gelaran G20 High Level Tax Symposium on Combating Tax Evasion, Corruption, and Money Laundering, bagian rangkaian 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting G20 di India. - Instagram @smindrawati
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap bentuk ancaman baru ekonomi global yang dikhawatirkan dapat memberikan tekanan pada laju inflasi di dalam negeri.
Tantangan tersebut berasal dari situasi Rusia yang mengakhiri perjanjian ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiavites. Hal tersebut diperkirakan akan mempengaruhi harga komoditas pangan global.
Advertisement
“Rusia tidak mau memperbaharui perjanjian untuk membolehkan lalu lintas gandum, termasuk sunflower, ini berarti pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip dengan situasi 2022,” katanya dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah Periode I 2023, Senin (31/7/2023).
BACA JUGA : Perekonomian di Bawah Ancaman Resesi 2023, Bagaimana dengan Jogja?
Sri Mulyani mengatakan inflasi yang meningkat tinggi perlu segera direspons dengan kebijakan pada level makro, seperti situasi saat ini, di mana semua bank sentral negara maju dan berkembang menaikkan suku bunga secara signifikan.
Dia mencontohkan India yang sebelumnya suku bunganya berada pada level 3 persen, meningkat ke level 6,5 persen. Brasil bahkan yang suku bunganya di 3 persen melonjak ke 13,7 persen.
Eropa dan Inggris yang tingkat suku bunganya mendekati 0 meningkat, masing-masing menanjak ke level 4,25 persen dan 5 persen.
“Ini yang saya sampaikan bahwa fenomena global akan mempengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia, ini yang harus kita waspadai,” ucapnya.
Di dalam negeri, Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia berhasil menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan baik, di mana ekonomi domestik tumbuh di atas 5 persen selama 6 kuartal beruntun dan laju inflasi terus menurun hingga Juni 2023.
BACA JUGA : Tips Mengembangkan Bisnis di Tengah Resesi
Inflasi pangan yang sempat melonjak tinggi pada 2022 ke level 10-11 perse juga telah turun ke tingkat di bawah tingkat 4 persen pada Juni 2023. Selain itu, inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah yang juga meningkat drastis pada 2022 akibat kebijakan penyesuaian harga BBM mulai melandai.
“Itu bukan masalah demand, bukan karena adanya uang beredar yang berlebihan, maka kita tahu inflasi ini karena harga gandum, gara-gara perang, karena adanya distribusi yang tidak lancar, ada panen yang gagal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
UMP DIY 2026 Diusulkan Naik Jadi Rp3,6 Juta hingga Rp4 Juta
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- OJK DIY Ungkap Adanya Lonjakan Kasus Pinjol Ilegal
- Harga Emas Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Anjlok Lagi
- Lampung Jadi Kandidat Lokasi Pabrik Etanol Toyota di Indonesia
- Pemerintah Akui Efisiensi Investasi RI Masih Kalah dari Vietnam
- Indonesia Surplus 4 Juta Ton Beras, Tak Lakukan Impor Tahun Ini
- Regulasi UMP 2026 Masih Disusun, Menaker Pastikan Libatkan Buruh
Advertisement
Advertisement



