Jadi Warisan Budaya Dunia, Sumbu Filosofi Diklaim Bakal Dongkrak Ekonomi DIY
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Asisten Sekretaris Daerah DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tri Saktiyana mengatakan penetapan Sumbu Filosofi Jogja sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO akan berdampak pada perekonomian DIY. Dampaknya memang tidak serta merta. Selain itu, harus ada program ikutan di dalamnya.
Dia menjelaskan ada beberapa segmen perekonomian. Pertama, segmen yang digerakkan oleh jual beli komoditas alam, baik tambang, hasil hutan, dan lainnya. Meski hasilnya besar, namun nilai tambahnya tipis dan kurang sustain.
Advertisement
Selanjutnya perekonomian yang bergerak ke arah industri. Misalnya saja kopi, jika dijual dalam bentuk komoditas hitungannya adalah kuintal, tetapi jika diproses dan dikemas dengan baik, hitungannya menjadi gram dengan nilai yang lebih tinggi lagi.
"Sekarang ada gejala ekonomi itu bergerak ke arah ekonomi jasa dan gaya hidup. Sama-sama kopi tapi yang dijual adalah cerita. Nah Sumbu Filosofi juga gaya hidup dalam tanda kutip. Orang sekarang beli pengalaman, membeli cerita, jadi Sumbu Filosofi ini bukanlah sebuah benda," kata dia, Rabu (20/9/2023).
BACA JUGA: Sumbu Filosofi Jadi Warisan Budaya Dunia, Sultan Jogja: Pengelolaan Akan Melibatkan Masyarakat
Tetapi yang dibeli orang adalah cerita dibalik benda yang dihargai oleh UNESCO. Ini bisa mendorong perekonomian jika menjadi bagian dari pariwisata DIY. "Jadi kalau dilihat Tugu ya cuma kecil dibandingkan Monas belum ada apa-apanya. Tapi cerita history yang generate. Membuat orang ingin datang, kemudian ekonomi ikutannya kalau orang datang pasti makan, pasti nginep ada trasnportasi beli oleh-oleh, beli fashion dan lainnya," jelasnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, memaknai Sumbu Filosofi tidak hanya dari Jalan Krapyak ke Keraton ke Tugu saja. Namun lebih luas lagi diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarkat.
"Setidaknya kalau sumbunya kan jalan itu bisa kita dilebarkan sampai ke sebelah Barat Sungai Code, sebelah Timur Sungai Winongo. Jadi masyarakat harus siapkan sosial, budaya, ekonomi, harus disiapkan."
Dia mencontohkan, banyak jalan yang lebih lebar dan bagus, tapi wisatawan memilih datang ke Malioboro. Dibandingkan Tugu Jogja juga banyak bangunan lain yang lebih tinggi dan megah. "Inilah yang kami kemas. Di balik benda itu ada aura dalam tanda kutip itulah yang kami jadikan sebagai ikutannya pariswisaa gaya hidup dan lainnya."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pembatasan Anggaran Perdin Bakal Berdampak pada MICE di Jogja, Ini Strategi yang akan Dilakukan PHRI DIY
- Wakil Menteri Luar Negeri Minta Dunia Hentikan Hubungan Ekonomi dengan Israel
- Harga Emas Antam Hari Ini 12 November 2024 Turun Drastis, Termurah Rp791.000
- Jelang Natal dan Tahun Baru, Menko Zulhas Klaim Stok Beras Aman
- Pemerintah Hapus Utang Petani dan Nelayan, Ini Syarat-syaratnya
Advertisement
Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 15 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pembatasan Anggaran Perdin Bakal Berdampak pada MICE di Jogja, Ini Strategi yang akan Dilakukan PHRI DIY
- Ketahuan Curang, Pertamina Hentikan Oprasional Satu SPBU di Jogja
- Harga Pangan Hari Ini 14 November 2024: Bawang Merah dan Cabai Rawit Naik Lagi
- Dukung Produk Lokal, Alfamart Berikan Potongan Harga Khusus Produk UMKM
- Per 1 Desember 2024, Tak Ada Biaya Tambahan QRIS untuk Transaksi hingga Rp500 Ribu
- Pemerintah Disarankan Mengubah Pola Subsidi LPG
Advertisement
Advertisement