Advertisement
Bayar UKT Pakai Pinjol, Ekonom: Masih Lebih Baik ketimbang untuk Konsumtif

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Akhir-akhir ini baru ramai dibahas mengenai pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) menggunakan platform pinjaman online (Pinjol).
Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo berpandangan jika opsi ini diselenggarakan secara resmi melalui institusi masih lebih baik daripada dilakukan oleh masing-masing individu.
Advertisement
Sebab pinjolnya sudah pasti legal dan sudah terdaftar di OJK. Selain itu, dalam menjalin kerja sama, tentu sudah diperhatikan plus minusnya, baik skenario lancar dan terburuk.
"Sebenarnya mahasiswa bukannya gak tahu konsekuensi, tapi mungkin karena kepepet. Saya masih menghargai kalau untuk SPP, yang saya sayangkan kalau untuk lifestyle," ucapnya, Rabu (31/1/2024).
Dia mewanti-wanti salah satu hal yang perlu diketahui adalah tingkat bunga pinjol cukup tinggi. Jika dilihat secara objektif proses pencairan dari Pinjol sangat cepat dan karakternya bisa digunakan oleh mahasiswa yang kepepet.
Misalnya bagi mahasiswa yang terkendala kiriman orang tua, sehingga tidak bisa membayar SPP tepat waktu. Ini bisa menjadi alternatif dengan catatan kerjasamanya resmi dan benar-benar tahu konsekuensinya.
"Saya kira ke depan sistem pembayaran digital semakin maju, saya kira menjadi salah satu alternatif pilihan dari kemungkinan yang ada. Tapi sebagai catatan, ini bukan pilihan utama, dan perlu dijelaskan dengan baik," jelasnya.
Terkait dengan literasi keuangan mahasiswa dewasa ini dia berpandangan mahasiswa sekarang sudah terbiasa learning by doing. Kerjasama antara pihak kampus dengan OJK hingga tekfin juga sudah dilakukan untuk sosialisasi
"Mahasiswa gunakan yang legal, meski tingkat bunga tinggi tapi bermain dengan regulasi. Berbeda dengan yang ilegal mainnya kasar terkait tagihan," lanjutnya.
Sekretaris Universitas Gadjah Mada (UGM), Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu mengatakan di UGM memang ada opsi pembayaran UKT dengan pinjol di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).
BACA JUGA: Didemo Mahasiswa, Ini Alasan UGM Terapkan Uang Pangkal di Biaya Kuliah
Dia menjelaskan ada tiga skema terkait dengan pembayaran UKT. Pertama, bagi mahasiswa kurang mampu bisa mengajukan keringanan untuk penyesuaian UKT.
Kedua, melalui opsi beasiswa dari UGM dan pihak lain seperti donatur dan CSR. Sementara pinjol merupakan opsi terakhir. "Kalau tekfin itu kami di UGM baru FEB. Hanya 33 orang penggunanya dari 60.000 sekian mahasiswa aktif UGM. Itu pun pascasarjana yang pakai, yang sudah bekerja yang gunakan," paparnya.
Menurutnya UGM terbuka untuk bekerjasama dengan semua pihak. Ia menekankan UGM akan lebih condong untuk opsi-opsi yang tidak memberatkan mahasiswa. "UGM condongnya ke mana yang enggak tambah beban ke mahasiswa, 60.300 [mahasiswa] berapa itu alhamdulilah sebagian besar selesai dengan skema pertama dan kedua. Tetapi kami enggak bisa melarang dong kalau ada yang mau ke sana."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Direksi dan Komisaris Pertamina Diubah, Oki Muraza Jadi Wakil Dirut
- Pertamina Catat Laba Bersih Rp49,54 Triliun pada 2024
- Daftar 5 Aplikasi Trading Crypto Dengan Likuiditas Tinggi, Cek di Sini
- Dampak Kebijakan Efisiensi Prabowo, Pengusaha Hotel Mengaku Pendapatan Turun 60 Persen
- OJK Minta Pemilik Asuransi Kesehatan Bayar 10 Persen Saat Klaim, Konsumen Protes
Advertisement

Mau Dibongkar, DLH Bantul Ambil Sampel Sampah di TPSS Pandansari
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Bank BPD DIY Pastikan Penyaluran TPG ASN 2025 Berjalan Lancar
- Pertamina Catat Laba Bersih Rp49,54 Triliun pada 2024
- Direksi dan Komisaris Pertamina Diubah, Oki Muraza Jadi Wakil Dirut
- Harga Komoditas Pangan Hari Ini, Harga Beras, Telur, Bawang, Cabai Turun
- Peringati Hari Lingkungan Hidup PLN Sambungkan Listrik 105 kVA, Berikan Energi Bersih untuk Penggilingan Padi Grobogan
- Peringati Hari Lingkungan Hidup 2025, PLN Ajak Pegawai dan Masyarakat Bersih-bersih Pasar Beringharjo
- Penjualan Mobil Honda di DIY Jateng Turun 33 Persen, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement