Advertisement

Rumah Kerajinan Yu Payem Kulonprogo, dari Satu Sampai Ribuan Order

Sirojul Khafid
Senin, 25 Maret 2024 - 06:47 WIB
Ujang Hasanudin
Rumah Kerajinan Yu Payem Kulonprogo, dari Satu Sampai Ribuan Order Payem saat ditemui di rumahnya, Kidulan, Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo, Senin (11/3/2024). - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Rumah Kerajinan Yu Payem menerima semua jenis dan jumlah pesanan, meskipun itu hanya satu pcs. Kini order berdatangan dari berbagai negara, dengan jumlah sampai ribuan pcs.

Saat malam purnama, semasa Payem masih kecil, dia bisa melihat terangnya Bulan dari dalam rumah. Ini bukan cerita romantis anak kecil dan pemandangan melihat Bulan dari rumah. Payem bisa melihat Bulan dari celah-celah atap yang berbahan rajutan blarak (daun pohon kelapa yang sudah tua). Tidak hanya atap, dinding juga terbuat dari blarak. Saat beberapa bagian dinding dimakan rayap, dan anak-anak sekitar bermain petak umpet, dinding yang rapuh bisa hancur saat tertubruk mereka yang berlarian.

Advertisement

Sekitar tahun 1980-an, ekonomi keluarga Payem belum begitu baik. Ayahnya bekerja sebagai kuli yang membersihkan batu di kebun. Apabila banyak batu di lahan kebun, dan perlu disingkirkan untuk proses pertanian, maka ayah Payem yang akan bekerja. Sementara ibunya menjadi pengrajin bahan agel untuk dibuat lembaran bagor.

Kondisi ekonomi yang sulit juga membuat Payem kecil harus ikut bekerja. Dia baru bisa punya uang saku sekolah apabila sudah bekerja. Bekerja mulai dari mencari rumput, mengumpulkan sisa-sisa panen melinjo, serta membantu ibu atau tetangga membuat kerajinan berbahan agel. Kegiatan itu Payem lakukan bersama teman-temannya. Mencari uang serasa bermain bersama sepulang sekolah.

“Dulu misal minta uang saku perlu nepung dulu, atau nyambung bahan serat agel menjadi semacam kain lembaran. Paling bisa bikin semeter persegi [setiap harinya], baru dikasih uang jajan,” kata Payem saat ditemui di rumahnya, Kidulan, Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo, Senin (11/3/2024).

Saat bekerja di tempat tetangganya, Payem bisa mendapatkan Rp125 dari pembuatan satu kerajinan dompet kecil. Itu berlangsung dari sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama (SMP). Lulus SMP, dia merantau ke Solo dan bekerja di pabrik ekspor produk kerajinan. Berbekal keahlian sejak kecil dan juga lingkungan yang merupakan sentra kerajinan serat alam, Payem menempati posisi product design dan quality control.

Dua tahun bekerja di pabrik, dia harus keluar lantaran menikah. Meski bukan pegawai tetap lagi, Payem masih sering membantu pabrik tempatnya dulu bekerja. Semisal sedang ada proyek ekspor, dia kontrak beberapa bulan sampai selesai. Begitu terjadi beberapa kali.

BACA JUGA: Pamerkan Keindahan Alam dan Kerajinan Bambu, Kalurahan Muntuk Gelar Lord of the Pring

Perjalanan hidup untuk berusaha memperbaiki ekonomi membawa Payem dan keluarganya merantau ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. “Ekonomi juga belum begitu baik waktu itu. [Setelah merantau, merasa bahwa] pendidikan anak jauh lebih penting, di sana kalau hujan itu jadi hari baik karena libur. Jalannya masih jeblok. Akhirnya suami di sana, saya pulang dan membuat rumah ini,” kata perempuan berusia 43 tahun ini.

Mulai Membangun Usaha

Sekembalinya ke Kulonprogo, perusahaan Solo tempatnya bekerja kembali menghubungi. Mereka meminta Payem membantu. Dia bersedia, namun pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah. Anaknya masih kecil dan tidak bisa ditinggal.

Dari situ, Payem mengembangkan produknya sendiri. Dari pekerja, dia beranjak menjadi produsen yang menyuplai pabriknya terdahulu. Order pertama pada 2018 berjumlah 25 set yang berisi 75 pcs produk kerajinan. Sejak mendirikan usahanya, Payem tidak pilih-pilih orderan. Mau sedikit ataupun banyak tetap dia layani.

“Kami enggak membatasi order apapun, satu pesanan pun saya bikinkan. Rezeki bisa berawal dari order satu. Misal ada pesenan satu, bisa jadi itu sebagai sampel produk. Pernah juga dari order satu, selang berapa bulan langsung 200 pesanan,” katanya. “Setahun kemudian, atau 2019 udah mulai terima order banyak. Ada pandemi Covid-19, orderan samakin banyak, untuk jualan online, permintaan sampai dikerjakan lembur-lembur.”

Dari yang awalnya tidak ada karyawan tetap, waktu itu ada sembilan orang yang bekerja di rumah produksinya. Itu belum termasuk orang-orang yang membantu membuat kerajinan dengan sistem dibawa pulang. Semua orang yang terlibat bisa mencapai 300 orang misal dijumlah dari hulu ke hilir. Meski di rumah produksi terlihat sepi, tapi para pekerjanya menyebar di berbagai rumah-rumah.

Rumah Kerajinan Yu Payem bisa mengerjakan produk berbahan serat agel dengan bentuk vas, cover kursi, guci, furniture rumah, sampai hiasan. Harga satuannya dari Rp30.000 sampai Rp700.000. Untuk satu set kerajinan bisa mencapai jutaan rupiah. Saat pandemi, orderan dua pekan bisa mencapai tiga truk. Satu truk bisa berisi 450 pcs.

Sejak 2019, saat pesanan semakin banyak, Payem perlu modal untuk memproduksi kerajinan. Memang ada uang muka sebanyak 30 persen dari pemesan, namun itu tidak cukup untuk membeli bahan baku. Belum lagi gaji karyawan yang tidak mungkin ditunda sampai ada pelunasan dari pemesan.

Payem berusaha mengajukan pinjaman ke bank. Namun dia terkendala suami yang tidak berada di Kulonprogo, masih merantau. Sementara untuk mengajukan pinjaman dengan jaminan sertifikat rumah, perlu tanda tangan suami dan istri.

“Pernah saya kaya dilempar dari bank ke bank, ditolak. Meski punya agunan sertifikat, cuma butuh Rp5 juta, tapi karena suami enggak ada di rumah, ditolak bank,” katanya. “Untungnya bisa difasilitasi oleh BRI, alhamdulillah bisa pinjam, entah gimana caranya waktu itu dibantu mantri Bank BRI.”

Pinjaman di Bank BRI berlangsung secara berkala, dari untuk membeli bahan baku sampai menggaji karyawan. Tidak hanya untuk satu pesanan, peminjaman melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI juga untuk pesanan lain. Sehingga peminjaman berlangsung cukup rutin, dengan nilai sampai ratusan juta rupiah.

BACA JUGA: Rumah Kerajinan Yu Payem, Upaya Menguatkan Ekonomi Keluarga di Sentolo Kulonprogo

Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan BRI sebagai mitra pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan KUR. Pada 2023, BRI Regional Office (RO) Jogja yang mencakup wilayah DIY dan sebagian Jawa Tengah telah menyalurkan KUR sebanyak Rp18,45 triliun dengan total 432.452 debitur. Di samping itu, ada pula penyaluran KUR Mikro sebanyak Rp16,46 triliun dengan total 424.919 debitur serta KUR Kecil sebanyak Rp1,98 triliun dengan total 7.533 debitur.

Dari total KUR di BRI RO Jogja 2023, penyaluran di sektor perdagangan sebanyak 42,2%. Sementara di sektor jasa sebanyak 23,6%, sektor pertanian 21,0%, sektor industri pengolahan 11,7%, dan sektor perikanan 1,6%. “UKM yang mendapat kredit KUR cenderung semakin maju dengan kesempatan nasabah untuk bisa naik kelas, dari kredit KUR Supermikro ke Kredit KUR Mikro, dan Kredit KUR Mikro bisa naik kelas ke Kredit KUR Kecil. Sehingga nasabah dapat terus membangun usahanya untuk berkembang lebih maju. Dan BRI senantiasa siap untuk mendukung pertumbuhan nasabah UKM,” kata Sarjono, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024).

Kepala Otoritas Jasa Keuangan DIY, Parjiman, mengatakan kredit perbankan di DIY yang menyalurkan dana pada UKM cukup tinggi. Sebagai gambaran pada bulan Oktober sampai Desember 2023, secara berturut-turut persentase kredit dari perbankan untuk UKM sebesar 48,34%; 48,10%; dan 48%. “Apabila dibandingkan dengan target yang dicanangkan pemerintah pada akhir 2024, kredit UKM sebesar 30%, di DIY sudah memenuhi, bahkan lebih dari target,” kata Parjiman dalam acara Pemaparan Kinerja Keuangan Industri Jasa Keuangan DIY, di Hotel Alana, Sleman, Sabtu (23/3/2024).

Sempat Merugi Lantaran Perang

Produk dari Rumah Kerajinan Yu Payem kebanyakan untuk pasar ekspor. Setelah penjualan cukup tinggi selama pandemi, Payem harus mengendurkan produksi kerajinannya saat pesanan dari pasar luar negeri secara tiba-tiba berkurang drastis. Biang keroknya perang Ukraina-Rusia pada 2022. Konflik itu berdampak pada penjualan produk Rumah Kerajinan Yu Payem di kawasan Eropa, yang selama ini menjadi andalan penyaluran produknya.

“Orderan turun waktu pecahnya perang Ukraina-Rusia. Pabrik enggak bisa ekspor ke Eropa, mereka sempat down. Turunnya parah banget, sampai 80 persen. Ada pesanan dari pabrik yang bahkan enggak diambil. Sampai barangnya rusak dan saya bakar semuanya,” kata Payem. “Kebanyakan memang menyasar pasar ekspor. Misalpun lokal jual ke galeri di Kasongan, yang mana dibeli turis mancanegara juga.”

Kondisi turunnya order akibat perang Ukraina-Rusia membuat Payem rugi sampai ratusan juta. Namun selama gaji karyawan dan biaya bahan baku sudah diberikan, dia merasa bisa menanggungnya sendiri. Saat Rumah Kerajinan Yu Payem hampir luluh lantak saat menurunnya order dampak dari perang Ukraina-Rusia, bisa saja Payem vakum atau menutup produksinya. Itu lebih mudah, daripada harus memutar otak untuk kembali bertahan. Meski yang mudah belum tentu yang benar.

BACA JUGA: 77 Tahun Bangunjiwo, Fokus Kembangkan UMKM Kerajinan

“Saya bertahan karena ibu-ibu yang bekerja di sini. Yang datang ke sini setiap hari, mesti tanya saya kerja apa, itu yang bikin saya bertahan. Berarti saya harus tetep berdiri, karena mereka menjagakan [ekonomi keluarganya dari usaha ini],” kata Yu Payem.

Produksi tetap berjalan dengan segala cara. Inovasi produk juga tetap dilakukan agar pembeli tidak bosan. Meski perlahan, namun dapur kerajinan kembali menggeliat. “Sekarang udah jalan lagi. Sekarang produksi untuk pasar Turki. Terakhir bikin kerajinan 1.600 pcs dalam waktu dua bulan, belum dari permintaan yang lainnya,” katanya.

Kini perekonomian keluarga Payem sudah membaik. Sekarang dia tidak lagi bisa melihat Bulan dari dalam rumah. Atap dan dindingnya sudah rapat dan kokoh. Dia masih bisa melihat Bulan saat purnama, dengan cara yang berbeda, harus keluar rumah. Namun tetap saja, itu Bulan yang sama, Bulan yang dia lihat sewaktu kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Minggu 28 April 2024

Jogja
| Minggu, 28 April 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement