Advertisement
Batik Giri Wastra Pura Tak Mau Tinggalkan Tulis meski Ikuti Perkembangan Zaman
Advertisement
Harianjogja.com, JAWA TENGAH—Giri Wastra Pura (GWP) tak mau meninggalkan konsep batik tulis meski produsen batik di Karanganyar itu tetap mengikuti perkembangan zaman, yang antara lain memiliki mesin pencetak batik.
Terletak di Dusun Wetankali 0602, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, sentra batik tulis Giri Wastra Pura yang tetap mempertahankan keberadaan batik tulis kini menjadi tujuan penting bagi pelajar dalam mencari pengalaman belajar membatik.
Advertisement
“Harapannya agar generasi muda bisa belajar membatik guna melestarikan batik agar tidak hilang ditelan zaman. Beruntung, Giri Wastra Pura menjadi pilihan para pelajar maupun mahasiswa untuk belajar karena secara tidak langsung, kami ikut membantu melestarikan batik,” ungkap pemilik GWP, Partinah, kepada Harian Jogja, Selasa (30/4/2024).
Pada 2019, batik tulis Giri Wastra Pura merupakan usaha mikro kecil dan menengah yang menjadi peserta BRI Incubator. Produsen itu memiliki motif tersendiri dalam produknya, yakni Tugu Tri Dharma yang ada di antara makam Soeharto dan Pangeran Sambernyawa.
Sebagai jualan utamanya, batik tulis Giri Wastra Pura memproduksi lembaran kain yang nilai jualnya tergantung pada motif dan kerumitan proses. Harga jualnya di kisaran Rp500.000 sampai Rp1,5 juta untuk hasil cantingan yang belum diwarnai.
Untuk batik tulis yang sudah diwarnai, Partinah menuturkan harga jualnya bisa mulai dari Rp1,5 juta. Dalam memasarkan produk, GWP tetap mempertahankan sistem luring, baik di rumah Partinah maupun di hotel.
Pemasaran digital juga sudah dirambah. GWP aktif di media-media sosial untuk menawarkan produk jualan serta menggunakan sistem pembayaran nontunai, semacam metode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Tak cuma lembaran kain, GWP juga memproduksi bahan kemeja, sarung bantal maupun taplak. Karena itu, menurut Partinah, GWP menyediakan mesin pencetak batik untuk memenuhi keinginan pasar yang menuntut cepat dalam pemenuhan pesanan.
“Namun, tentu saja, cara-cara tradisional dalam membatik tidak kami tinggalkan karena itu sudah menjadi ciri tersendiri bagi GWP. Batik tulis yang dibuat oleh ibu-ibu di Wetankali,” ujar Partinah.
Regional CEO Bank Rakyat Indonesia Jogja John Sarjono menuturkan banknya selalu mendukung penuh upaya para pelaku UMKM memajukan usaha, termasuk dalam menyediakan permodalan guna pengembangan bisnis.
UMKM yang mendapat kredit usaha rakyat cenderung semakin maju dengan kesempatan nasabah untuk bisa naik kelas, dari kredit KUR Supermikro ke Kredit KUR Mikro, dan Kredit KUR Mikro bisa naik kelas ke Kredit KUR Kecil.
“Alhasil. nasabah dapat terus membangun usahanya untuk berkembang lebih maju dan BRI senantiasa siap untuk mendukung pertumbuhan nasabah UMKM,” ucapnya dalam keterangan tertulis kepada wartawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Program Makan Bergizi Gratis Incar Pengusaha Kuliner Lokal, PPJI DIY: Baru Penawaran Sewa Dapur
- Ombudsman Sebut Pengaturan Pupuk Bersubsidi Perlu Payung Hukum
- Luhut Sebut Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Awal 2025 Kemungkinan Ditunda
- 4 Keuntungan Memakai Rak Dapur Terbuka di Rumah
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Program Kerja Pertamina Diubah dan Diselaraskan untuk Swasembada Energi
- Libur Akhir Tahun KAI Wisata Siapkan Kereta Java Priority Jurusan Jakarta-Jogja
- Pinjol dan Judi Online Berefek Domino pada Industri Asuransi Umum
- Janur Resto Malyabhara Hotel Luncurkan Christmas Dinner Istimewa untuk Libur Akhir tahun
- Bank BPD DIY Pererat Silaturahmi dengan Purnabakti
- Okupansi Hotel DIY Libur Akhir Tahun, PHRI DIY Andalkan Rombongan Sekolah dan Perusahaan
- Resmi! Pemerintah Terbitkan Aturan Soal Formula Kenaikan UMP 2025
Advertisement
Advertisement