Advertisement
Industri Tekstil Goyang, Ini Penyebab Tutupnya 30 Pabrik dan PHK Massal

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Puluhan pabrik tekstil nasional tutup hingga menyebabkan pemutusan hubungan kerja atau PHK massal ribuan buruh tekstil. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) membeberkan sederet penyebabnya.
Berdasarkan catatan API, total karyawan pabrik tekstil yang terkena PHK hingga Mei 2024 mencapai 10.800 pekerja. Angka tersebut melanjutkan PHK sepanjang 2023 yang tercatat mencapai 7.200 pekerja di sentra industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yakni Bandung dan Solo.
Advertisement
Wakil Ketua Umum API David Leonardi mengatakan pada kuartal I/2024 terjadi kenaikan jumlah PHK sebesar 3.600 tenaga kerja atau naik sebesar 66,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Terdapat kurang lebih 20-30 pabrik yang mungkin saat ini sudah tutup dan tidak tercatat jumlah pabrik yang melakukan PHK pada tenaga kerjanya," kata David kepada Bisnis.com jaringan Harianjogja.com, Jumat (14/6/2024).
Meskipun, David memerkirakan bahwa jumlahnya dapat lebih besar lantaran jumlah pekerja kontrak yang tidak tercatat menunjukkan bahwa angka PHK yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan PHK yang tercatat.
Dalam hal ini, dia menegaskan bahwa permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya PHK secara masif adalah turunnya order untuk industri tekstil dalam negeri lantaran harga produk yang sulit bersaing dengan produk impor.
"Produk TPT Indonesia bersaing dengan produk impor yang lebih murah dibandingkan dengan produk TPT Indonesia," katanya.
Menurut dia, murahnya produk impor TPT yang masuk ke pasar dalam negeri Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari level playing field yang lebih menguntungkan produsen TPT negara lain dibandingkan Indonesia.
BACA JUGA: Industri Tekstil Goyang, Ini Daftar yang Tutup dan PHK Belasan Ribu Karyawan
Tak hanya itu, pihaknya masih menemukan adanya produk impor yang didistribusikan di pasar domestik tanpa label berbahasa Indonesia, produk impor tanpa ada merek dan produk impor yang masuk melewati jalur yang tidak seharusnya.
"Selain itu, hingga Q1 tahun 2024, masih ditemukan selisih pencatatan value ekspor Tiongkok ke Indonesia dan value impor Indonesia dari Tiongkok," jelasnya.
Perbedaan angka yang tercatat menunjukan adanya praktik under-value yang terjadi. Kondisi ini juga disebut berakibat pada berkurangnya pemasukan negara dari pajak impor.
Di sisi lain, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi mengatakan salah satu pabrik raksasa tekstil juga diprediksi akan melakukan PHK massal. Tak hanya PHK massal, pabrik besar tersebut berpotensi tutup meski masih berupaya bertahan.
"Pabrik tekstil raksasa di Indonesia akan PHK puluhan ribu pekerja, kita lihat sampai September 2024. Perusahaan tersebut masih berjuang agar tetap bisa survive," kata Ristadi, Kamis (13/6/2023).
Kondisi ini melanjutkan keterpurukan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang satu per satu berguguran sejak 2022. Bahkan, per kuartal Juni 2024 tercatat kurang lebih 13.800 buruh tekstil di PHK dengan alasan efisiensi hingga penutupan pabrik.
Berdasarkan catatan KSPN, sebanyak 6 pabrik tutup per awal Juni 2024 yang terdiri dari PT S Dupantex di Jawa Tengah (700 pekerja PHK), PT Alenatex di Jawa Barat (700 pekerja PHK), PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah (500 pekerja PHK), PT Kusumaputra Santosa di Jawa Tengah (400 pekerja PHK).
Kemudian, PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah (PHK 700 orang) dan PT Sai Apparel di Jawa Tengah (PHK 8.000 orang). Sementara itu, ada juga pabrik tekstil yang melakukan efisiensi karyawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Jadwal KA Bandara YIA dan KA Bandara YIA Xpress, 19 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Pinjamin Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2025 Lewat Penguatan Literasi
Advertisement
Advertisement