Advertisement

Ini Penyebab Rupiah Makin Melemah Menurut Pakar UGM

Anisatul Umah
Senin, 24 Juni 2024 - 14:17 WIB
Abdul Hamied Razak
Ini Penyebab Rupiah Makin Melemah Menurut Pakar UGM Ilustrasi uang rupiah / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA— Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) berdasarkan data terakhir Jumat, (21/6/2024) sudah menyentuh Rp16.458 per dolar AS. Ini menjadi posisi paling lemah di pekan kemarin.

Kaprodi S3 Ilmu Ekonomi FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Catur Sugiyanto mengatakan kenaikan dolar ini disebabkan perekonomian AS yang sedang naik. Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sehingga menaruh dolar lebih memberikan return daripada mata uang lainnya.

Advertisement

BACA JUGA: Cek Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Senin 24 Juni 2024

"Dolar AS sedang lebih kuat daripada mata uang lain, ini faktor eksternal," ucapnya, Senin (24/6/2024).

Dia menjelaskan untuk faktor internal sendiri penyebab melemahnya rupiah karena situasi ekonomi dalam negeri yang masih penuh ketidakpastian. Saat ini sedang proses pergantian kepemimpinan, ditambah kabar mengenai tidak tercapainya penerimaan pemerintah. Sehingga menyebabkan kepercayaan pada rupiah menurun.

Saat ini menurutnya, pelaku pasar sedang menunggu apa yang akan dilakukan oleh pemerintahan baru. Sementara di dalam negeri masih menunggu, mereka menaruh dana di pasar AS yang lebih menjanjikan.

Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah perlu meyakinkan pelaku di dalam negeri bahwa segera setelah pergantian pemerintahan, akan terjadi perbaikan kondisi keuangan di dalam negeri. Membuat situasi lebih kondusif.

"Namun ini agak sulit, mengingat pergantian di bulan Oktober, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baru nanti Januari. Jadi praktis baru Februari akan terlihat realisasi janji pemerintah," jelasnya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan ini memutuskan menahan BI Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%. Catur mengatakan berat bagi BI untuk menaikkan BI Rate. Mengingat kenaikan suku bunga justru akan mengurangi gairah investasi dan memperlemah perekonomian.

Ia berpandangan jika BI bisa memberikan insentif bunga kepada dunia usaha untuk investasi, dan pemerintah bisa meyakinkan bahwa pemerintahan baru akan lebih baik, maka bisa menguatkan kegiatan ekonomi di semester kedua yakni Juli-Desember 2024.

"Kalau tidak agak bahaya bagi kondisi makro kalau dunia usaha posisinya menunggu enam bulan ke depan," lanjutnya.

Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan keputusan BI menahan suku bunga di 6,25% konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025.

Kebijakan ini didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar Rupiah dan masuknya aliran modal asing. Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Selatan Gunungkidul Banyak Dilirik Investor, Pakar: Partisipasi Publik Harus Diperkuat dan Diupayakan Ramah Lingkungan

Gunungkidul
| Jum'at, 28 Juni 2024, 15:07 WIB

Advertisement

alt

Gunung Batu di Tiongkok Dijuluki Ujung Pisau Berkat Bentang Alamnya yang Unik

Wisata
| Minggu, 23 Juni 2024, 13:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement