Advertisement
Tiga Kali Deflasi Penanda Daya Beli Masyarakat Turun? Begini Penjelasan Ekonom
Pertumbuhan ekonomi - Ilustrasi - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat sepanjang 2024 DIY sudah tiga kali mengalami deflasi. Pada Januari 2024 terjadi deflasi 0,02%, kemudian berturut-turut Mei dan Juni 2024 masing-masing 0,08% dan 0,25%.
Pertanyaannya, apakah deflasi yang terjadi berkali-kali tersebut menandakan daya beli masyarakat DIY turun?
Advertisement
Menjawab pertanyaan ini, Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan deflasi pada Januari, Mei, dan Juni 2024 terjadi setelah momen besar Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan Ramadan, Idulfitri.
Menurutnya ada kecenderungan deflasi ini adalah siklus. Biasanya, kata Sri, setelah terjadi lonjakan permintaan yang berdampak pada inflasi, selanjutnya akan terjadi deflasi. Meski siklus ini belum pasti tetapi ada kecenderungan ke arah sana. "Penurunan harga ini bisa karena permintaan berkurang," kata Sri, Kamis (4/7/2024).
Sri menjelaskan, turunnya permintaan diikuti dengan penurunan harga. Potensi lainnya adalah masyarakat memilih menunda belanja karena persiapan untuk kebutuhan tahun ajaran baru. Seperti untuk SPP, beli tas, seragam, dan lainnya. Kemungkinan lain juga bisa karena dampak dari pemutusan hubungan kerja (PHK), meski di DIY tidak ada PHK yang masif.
Lebih lanjut dia mengatakan untuk memastikan penyebab dari deflasi ini perlu riset lebih lanjut. Namun dugaan-dugaan yang dia utarakan berdasarkan fenomena yang kerap terjadi dan juga teori yang sudah mapan. "Memang dalam beberapa kasus ada peningkatan PHK di Sleman," ujar dia.
BACA JUGA: Juni 2024 Harga Pangan Turun, Deflasi DIY Lebih Dalam ketimbang Nasional
Sri mengatakan inflasi dan deflasi adalah fenomena yang biasa dalam ekonomi. Dia menyebut inflasi tidak selalu identik dengan penurunan daya beli, kecuali besarannya signifikan sampai dua digit.
Sebelumnya, Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan Mei dan Juni 2024 terjadi deflasi berturut-turut setelah sebelumnya juga terjadi deflasi pada Januari 2024.
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran pada Juni 2024 deflasi dialami oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau 1,07% dengan andil 0,31%. Kemudian kelompok pengeluaran informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,09% dengan andil 0,01%. "Dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi, tetapi dengan deflasi yang cukup tinggi," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Tarif dan Jadwal DAMRI Semarang Jogja PP, Rabu 29 Oktober 2025
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Lampung Jadi Kandidat Lokasi Pabrik Etanol Toyota di Indonesia
- Pemerintah Akui Efisiensi Investasi RI Masih Kalah dari Vietnam
- Indonesia Surplus 4 Juta Ton Beras, Tak Lakukan Impor Tahun Ini
- Regulasi UMP 2026 Masih Disusun, Menaker Pastikan Libatkan Buruh
- Kemnaker Siapkan Perpres Ojol, Tekankan Aspek Keadilan Kerja
- HIPPI Gelar Rakernas 2025 di Jogja, Bahas Kedaulatan Ekonomi
- Harga Emas Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini, 29 Oktober
Advertisement
Advertisement



