Advertisement
Pelemahan Rupiah Bisa Berdampak ke Ekspor dan Impor DIY
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY menyebut jika pelemahan rupiah berlangsung lama, bisa dipastikan akan berdampak ke kegiatan ekspor dan impor.
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan impor akan turun sementara ekspor akan meningkat.
Dia menjelaskan, di sisi lain kegiatan ekspor yang menggunakan bahan baku impor dan bahan penolong impor akan mengalami kendala. Sehingga ekspor juga mengalami kendala.
"Seperti untuk produk garment dan sarung tangan," kata Syam, Rabu (10/7/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, kondisi yang berbeda dialami produk dengan bahan baku lokal, seperti furniture dan kerajinan. Diharapkan ekspornya akan lebih baik lagi. "Bisa lebih baik ekspornya."
Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) berdasarkan data terakhir 10 Juli 2024 sudah menguat di posisi Rp16.256 per dolar AS, dibandingkan 9 Juli 2024 di posisi Rp16.281 per dolar AS dan 8 Juli 2024 di posisi Rp16.265 per dolar AS.
Sebelumnya, Kaprodi S3 Ilmu Ekonomi FEB Universitas Gadjah Mada (UGM), Catur Sugiyanto mengatakan kenaikan dolar ini disebabkan perekonomian AS yang sedang naik. Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sehingga menaruh dolar lebih memberikan return daripada mata uang lainnya.
Advertisement
BACA JUGA: Dua Korban Meninggal Dunia Terseret Arus Pantai Parangtritis Ternyata Satu Keluarga, Ini Kronologinya
"Dolar AS sedang lebih kuat daripada mata uang lain, ini faktor eksternal," ucapnya.
Dia menjelaskan untuk faktor internal sendiri penyebab melemahnya rupiah karena situasi ekonomi dalam negeri yang masih penuh ketidakpastian. Saat ini sedang proses pergantian kepemimpinan, ditambah kabar mengenai tidak tercapainya penerimaan pemerintah. Sehingga menyebabkan kepercayaan pada rupiah menurun.
Saat ini menurutnya, pelaku pasar sedang menunggu apa yang akan dilakukan oleh pemerintahan baru. Sementara di dalam negeri masih menunggu, mereka menaruh dana di pasar AS yang lebih menjanjikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Peran Penting PAFI Papua Tengah Meningkatkan Akses Obat dan Layanan Kesehatan di Daerah Terpencil
- Pedagang Banyak yang Menolak Uang Tunai, Rupiah Seolah-olah Kehilangan Nilai
- Asosiasi Tekstil Usul Pemerintah Menunda Kenaikan PPN 12%
- Cek Harga Pangan Hari Ini, Selasa 15 Oktober, Harga Daging Ayam Naik
- Tak Bisa Bayar Pinjol, Anak Muda Berisiko Kena Depresi
Advertisement
Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Gunungkidul Baru Mencapai 23%
Advertisement
Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini Selasa, 22 Oktober 2024, Stagnan
- Sejumlah Harga Pangan Mulai Daging, Cabai hingga Beras, Kompak Turun Hari Ini
- Ini Harapan ISEI Cabang Yogyakarta untuk Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran
- PAFI Kabupaten Yahukimo Berkomitmen Layani Masyarakat Berkaitan dengan Kefarmasian
- DYN Clothingline Hadirkan Koleksi 'Legenda Jepang' di JMFW 2025
- Konsumsi BBM Subsidi di DIY dan Jawa Tengah per September 2024 di Atas 73%, Ini Rinciannya..
- Malyabhara Hotel Dukung Kegiatan Lari dengan Mengadakan Malyabhara Fun Run 2024
Advertisement
Advertisement